Beberapa tahun belakangan, gaya hidup minimalis menjadi salah satu pembahasan yang menarik untuk dibahas. Mengingat kehidupan orang-orang penuh persaingan cenderung mengarahkan untuk hidup ke arah materialis, yang lebih mengedepankan kepemilikan banyak barang yang dinilai sangat berharga.
Gaya hidup demikian cenderung mudah untuk menyebabkan kecemasan ke diri kita sebab tingginya persaingan dalam hidup untuk mencapai hal yang diinginkan. Untuk itu, muncullah gaya hidup minimalis. Konsep minimalisme lebih berfokus pada meminimalisir barang-barang yang ada dan hanya berfokus pada barang-barang yang berguna atau sangat bernilai.
Gaya hidup minimalis tersebut, pada awalnya cenderung berfokus pada barang-barang yang berguna atau bernilai saja, namun sekarang mulai merambat ke aspek lain, contohnya seperti dalam dunia desain.
Baik itu dalam mendesain sebuah barang ataupun dalam desain grafis, jika dibandingkan antara jaman dulu dan sekarang, desain-desain yang ada sekarang cenderung terlihat minimalis, dengan menghilangkan beberapa detail-detail yang bersifat kurang bermakna. Tidak heran, karena dengan menerapkan konsep minimalis, tampilan dari suatu hal dapat terlihat lebih bersih dan elegan.
Pembahasan tentang hidup minimalis sebenarnya sudah pernah saya bahas sebelumnya, bisa di baca melalui tautan berikut.
Beberapa saat setelah menuliskan pembahasan tersebut, saya menemukan sebuah tulisan menarik di media sosial yang membahas mengenai desain yang minimalis dapat menjadi sangat berbahaya. Hal itu kemudian yang menjadi trigger bagi saya untuk kembali membahas mengenai konsep minimalis ini.
Dari tulisan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dipelajari. Jadi melalui tulisan ini, saya akan mencoba memaparkan mengenai hal-hal yang saya pelajari dan pahami dari hal tersebut.
Kedua gambar di atas merupakan salah satu contohnya. Sepemahaman saya, gambar di kanan cenderung lebih minimalis karena desainnya yang sederhana dan warnanya hampir mirip dengan warna jalan, sehingga tidak kontras seperti gambar yang di kiri.
Kalian tahu sendiri bahwa hal tersebut sungguh berbahaya mengingat tingginya kemungkinan orang untuk tidak sadar akan adanya tiang kecil tersebut karena warnanya yang tidak kontras dengan jalanan. Sehingga dapat membahayakan pengguna jalan.
Gambar di sebelah kanan menerapkan konsep minimalis dalam desainnya. Jika dilihat sekilas saja, kita bisa langsung menilai mana yang lebih aman. Walau terlihat lebih minimalis dan elegan, pembatas di sebelah kanan cenderung lebih berbahaya karena didominasi oleh besi-besi tipis dan terkesan kurang kokoh.
Begitupun pada gambar kedua bangku taman di atas. Bangku yang hanya memiliki 2 kaki tentunya lebih minimalis, tetapi tidak kokoh, dapat membahayakan orang-orang yang mendudukinya. Beda halnya dengan gambar di sebelahnya yang jika dilihat sekilas saja memberikan kesan yang kuat dan kokoh.
Konsep minimalis cenderung meminimalisir beberapa hal yang terkesan kurang bermakna, sehingga terkadang beberapa hal detail dapat hilang.
Sebagai contoh, gambar perkotaan di atas menunjukkan gambar perkotaan modern yang memiliki desain yang hampir sama. Detail dari bangunan-bangunannya kurang sehingga akan muncul kesan krisis identitas.
Dalam dunia desain grafis pun demikian. Bagaimana brand-brand ternama menggunakan jenis font yang kesannya sama dalam menuliskan nama brand mereka, sederhana dan minimalis. Akibatnya, kita menjadi cukup susah untuk membedakan brand-brand tersebut karena kita tidak bisa mengenalinya hanya dengan melihatnya sekilas, perlu dibaca agar kita dapat mengetahui identitas sebuah brand.
Bagi kalian yang ingin melihat contoh lebih lanjut, bisa mengakses tautan berikut.
Pada pemaparan sebelumnya, konsep minimalis dari beberapa contoh di atas, menurut saya merupakan perwujudan dari penerapannya yang berlebihan. Penerapan yang berlebihan tersebut tentu dapat menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan karena esensi sebenarnya dari sebuah desain tidak dapat tercapai.
Menurut saya, dalam mendesain suatu hal pertama yang harus dicapai adalah fungsionalitas dari sesuatu yang ingin dibuat. Apabila menyangkut penerapan di masyarakat, fungsionalitas dan keamanan menjadi hal pertama yang harus didahulukan. Sesudah itu, baru mencoba berfokus ke hal-hal lainnya seperti tampilan dan lain-lain.
Untuk itu, perlu untuk menganalisa lebih lanjut mengenai hal-hal yang menjadi tujuan ataupun Point of Interest (POI) dari suatu hal. Barulah kita bisa menentukan mana saja yang penting dan tidak. Dengan begitu kita jadi dapat lebih mengenal hal-hal yang ada di sekitar kita, hal-hal yang ingin dikerjakan, maupun diri kita sendiri.
Bagi saya sendiri, sebagai contoh dalam mendesain UI/UX dari sebuah aplikasi, konsep minimalis ini sebenarnya bisa baik untuk diterapkan. Karena sifatnya yang mengurangi hal-hal yang tidak diperlukan, kita harus betul-betul menentukan hal-hal apa saja yang sebenarnya penting dan perlu perhatian khusus, dan mana yang tidak.
Dengan begitu, konsep minimalis bisa diterapkan dengan mengurangi hal-hal yang kurang perlu perhatian dan lebih memfokuskan kepada hal-hal yang penting, terutama POI dari sebuah desain. Jika dalam konteks UI/UX, hal tersebut tentunya diperlukan agar pengguna dapat lebih mudah dan senang dalam menggunakan sebuah aplikasi.
Jika penggunaan konsep minimalis justru lebih merepotkan dan merugikan, bukannya hal tersebut tidak bisa disebut minimalis?
Muhammad Mukram
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2021
Sekaligus Webmaster PK identitas Unhas