Himpunan Mahasiswa Antropologi (HUMAN) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unhas adakan kajian umum bertemakan “Antropologi Sakral: Revitalisasi Metafisik Masyarakat Indigenous Indonesia”, Kamis (28/1). Bertempat di ruang A LEMA FISIP Unhas, kegiatan ini mengundang Muh Fariz Zainal Islami sebagai fasilitator.
Dalam kesempatan tersebut, Fariz menjelaskan, adat sebagai tradisi asli Indonesia berasal dari bahasa arab, yakni al-adat. Itu bermakna sesuatu yang dilakukan berkali-kali dan terus menerus.
“Dalam pandangan adat, adat merupakan sesuatu yang bersifat abadi, karenanya adat tidak mungkin ditaklukkan dan dibiarkan ditaklukkan oleh peradaban asing,” ungkap Fariz.
Ia menambahkan, Gerakan Wahhabiyah di Indonesia Abad 19 merupakan pemicu awal moderenisasi. Adapun guna menghadapi penetrasi peradaban asing, suku Melayu-Riau menciptakan tiga jenis adat.
“Diantaranya, Adat yang Teradat, Adat Sebenar Adat, dan Adat yang Diadatkan,” terang Fariz.
Ia juga mengatakan, tradisi modernisme Indonesia mengkritisi adanya tradisi. Hal itu didasari oleh tradisi yang penuh hal-hal kuno tahayul.
“Modernisme mengarahkannya pada sesuatu yang lebih modern,” jelas Fariz.
Lebih lanjut, Fariz juga menegaskan, pendekatan Perenialisme merupakan pendekatan yang membatu adat untuk tetap eksis.
M103

Discussion about this post