Prof Dr Andi Adri Arief SPi MSi resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Sosiologi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin (Unhas). Acara berlangsung di Ruang Rapat Senat Lantai 2 Gedung Rektorat Unhas pada Selasa (15/04).
Dalam pidatonya yang berjudul “Modernisasi Perikanan Inklusif: Akselerasi Transformasi Nelayan Skala Kecil dan Tradisional melalui Pendekatan Sosioteknologi”, ia menyoroti ketimpangan nelayan kecil dalam arus modernisasi perikanan kian pesat.
“Modernisasi tidak hanya tentang teknologi tangkap atau industrialisasi. Ia juga harus menyentuh manusia dan memperhatikan lanskap sosial masyarakat pesisir,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Adri menyampaikan, terdapat sekitar 16,42 juta masyarakat pesisir yang dikategorikan miskin. Di mana, 2,5 juta di antaranya berprofesi sebagai nelayan skala kecil dan tradisional. Sayangnya, modernisasi seringkali hanya menguntungkan kelompok bermodal besar.
“Nelayan kecil hanya menikmati 5 hingga 10 persen margin dari hasil laut mereka,” jelasnya.
Sebagai akademisi yang fokus pada dinamika sosial ekonomi nelayan, Adri memperkenalkan konsep sosioteknologi sebagai pendekatan transformasi inklusif. Melalui riset dan pendampingan, ia menggabungkan inovasi teknologi dengan kearifan lokal. Di antaranya penggunaan aplikasi nelayan pintar, sistem pemasaran digital, hingga pelatihan berbasis komunitas.
“Teknologi harus dirancang sesuai dengan kebutuhan, keterampilan, dan daya beli nelayan kecil. Tidak boleh hanya menguntungkan pihak tertentu,” ujarnya.
Dalam konteks ini, Adri mendorong implementasi roadmap berbasis pentahelix yang melibatkan kolaborasi pemerintah, swasta, akademisi, media, dan komunitas nelayan.
“Tanpa persiapan sosial, kebijakan modernisasi hanya akan bersifat teknokratis dan gagal meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,” tutup dosen FIKP Unhas itu.
Marcha Nurul Fadila Jalil
