Marak pembicaraan sepada motor listrik tanpa bahan bakar minyak, menjadi perhatian pada peringatan Hari Teknologi Nasional (Harteknas) di Makassar tahun lalu. Kemacetan dan kehabisan bahan bakar bensin menjadi hal yang sering dijumpai di jalan. Sering kali juga, tampak kurir orderan online lalu lalang mengantarkan orderan konsumen.
Kondisi ini yang memicu Rafiuddin Syam, Dosen Mekanika Universitas Hasanuddin (Unhas) tergerak membuat motor listrik. Awal mulanya Rafi membuat mobil listrik tetapi menurutnya mobil itu mahal. Rafi pun mulai melakukan riset dengan mempreteli motor listrik dari China untuk dijadikan bahan studi banding.
Saat diwawancarai Identitas di gedung CSA lanati 2 Computer Center Fakultas Teknik beberapa waktu lalu, Ia asyik berdiskusi dengan Mufti Raja yang bertugas mendesain, Aswar ahli solarcell dan seorang mahasiswa Teknik Lingkungan bagian teknisi pembuatan motor listrik ini, Fahri.
“Motor listrik yang kami buat itu berbeda dengan motor listrik pada umumnya. Kami berpikir untuk menciptakan motor listrik bagi kurir. Motor ini diberi nama Moliku(Motor Listrik Kurir Unhas),” ujar Rafi.
Rafi mengatakan, konsep motor yang ditujukan untuk kurir lantaran Ia melihat bahwa usaha-usaha online tumbuh subur saat ini.
“Untuk meningkatkan ekonomi bangsa, rupanya ekonomi bisa meningkat jika banyak bergerak dari situs online, itu ekonomi pasti akan maju. Di kepala saya begitu. Pengorder pun itu, kalo bisa tidak mengelurkan biaya bensin suapaya ongkos bisa rejus. Ongkir gratis sebenarnya harga diskon dari harga barang,” terangnya.
Desain motor ini, didesain sedemikian mungkin untuk menyesuaikan kebutuhan antar barang orderan. Moliku dilengkapi solarcell melengkung seperti atap bagi pengendara dan box orderan. Solarcell sendiri berfungsi alat pengisi energi melalui tenaga surya.
“Moliku rencana kami pasang dua kilo watt agar lebih hemat dan bertenaga khusus satu penumpang dan barang orderan,” ujar Doktor lulusan Jepang ini.
Lebih lanjut Mufti juga menjelaskan, solarcell akan menangkap cahaya matahari dan diubah menjadi energi listrik.
“Baterai Moliku akan terisi terus saat terkena cahaya,” ucapnya.
Dalam pembuatan motor ini, dibutuhkan waktu berbulan-bulan. Mulai dari desain badan motor atau bodi. Setelah itu, desain sparepart. Penentuan ukuran roda, motor, dan dibagian sparepart menjadi pertimbangan khusus yang cocok bagi kurir. Bahan bodi dibuat dari fiber atau bahan plastik yang dibuat dalam negeri, hanya baterai yang dipesan dari luar negeri.
“Setelah itu kita instal. Hampir semua desain kita gambar sendiri nanti . Kita juga latih mahasiswa kita untuk mendesain. Nantinya, Siswa Sekolah Tinggi Kejuruan (SMK) akan banyak menjadi operator pada bagian pemasangan,” tuturnya.
Rafi berharap pemerintah dan PLN nantinya, akan menyediakan colokan di SPBU khusus yang berkendara mobil ataupun motor listrik. Pengendara bisa mengganti baterai atau men-charger selama 5 menit di tempat SPBU yang disediakan. Sekarang PLN sudah membuat regulasinya. Olehnya, Moliku dibuat untuk menjawab perkembangan zaman.
Bulan Maret nanti Rafi akan menandatangani kontrak dengan Dirjen Inovasi Kementerian Riset Pendidikan Tinggi. Motor ini dibuat PT Bukaka seperti mesin dan lain-lain. Rafi juga berencana akan membawa ke pembuat motor lokal jika pembuatannya bisa dibuat di sana.
“Harga pasaran motor ini nantinya sekitar 7 juta per unit. Kami rencana selang empat jam satu motor jadi,” sebut Rafi.
Bulan agustus 2018 nanti, inovasi motor listrik pertama ini akan diikutkan pameran Harteknas (Hari Teknologi Nasional) di Riau. Inovasi ide dosen mekanika ini, tidak sampai di situ saja. Empat tahun ke depan dia berencana akan membuat mobil listrik.
“Moliku makin macet makin bertenaga, city motorcycle seperti halnya gesit, lincah bisa masuk ke lorong-lorong,” katanya. (*)
Reporter: Dhirga Erlangga