“Ketika kita sudah berani berkomitmen, maka mekanisme untuk mencapai tujuan itu banyak, meskipun akan merasakan yang namanya berat”
Hal itulah yang diungkapkan pendiri Lazuna Chicken, krispi geprek yang digemari Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas). Tidak banyak mahasiswa yang tahu, makanan kegemarannya ini dimiliki Alumnus Fakultas Ekonomi Bisnis Unhas, Hasdar Haedar SE.
Karirnya kini bukanlah suatu pencapaian yang mudah. Banyak lika-liku kehidupan dilaluinya hingga berada di titik ini. Sejak berstatus mahasiswa, Hasdar telah mengalami banyak jatuh bangun, mulai dari Ibu yang sakit hingga himpitan ekonomi sebab kebangkrutan sang ayah.
Permasalahan hidup itu yang pada akhirnya mencambuk Hasdar mencari nafkah untuk bertanggung jawab laksana anak sulung. Sebab itu, semasa kuliah ia bekerja di perusahaan kontraktor untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membantu keluarga.
Melalui akses keluarga yang bekerja di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Hasdar direkrut sebagai pegawai kontrak di perusahaan itu. “Setelah tiga tahun tidak ada kejelasan saya terangkat jadi pegawai dan regulasi berubah yang diterima ijazahnya itu SMA, apalagi masih ada sepuluh tahun gak jelas nih, akhirnya kepikiran bikin bisnis deh,” terangnya.
Bersama lima orang temannya Hasdar pun berencana menjalankan bisnis kuliner berbasis franchise pada 2017 lalu dengan modal 180 juta. Sayangnya, sebab ada persyaratan yang tidak memenuhi, bisnis tersebut kemudian tidak menjadi kenyataan.
Tak putus asa, Hasdar mendapat momentum untuk membuat sendiri usahanya dengan segmentasi pasar mahasiswa, bersama dua orang temannya yang tersisa dari bisnis sebelumnya. Namun, akhirnya bisnis itu tidak berjalan sesuai harapan, akibat adanya perbedaan visi.
Belajar dari pengalaman yang lalu, Hasdar kembali memulai bisnisnya. Kini, dirinya mengajak sang adik yang dinilai sebagai sosok mandiri dan memiliki visi yang sama dengannya. Hingga akhirnya lahirlah Lazuna Chicken pada 21 November 2018.
Sepenggal kisah unik ketika memilih nama Lazuna, Hasdar mengaku menentukan kata itu sebagai merek dua malam sebelum pembukaan rumah makan pertamanya. Bersama kerabatnya yang ahli dalam bidang desain grafis, terbesit di benak Hasdar kata Lasuna yang dalam bahasa Bugis berarti bawang.
“Terus kita ganti huruf s nya jadi z supaya kelihatan keren aja, tapi memang di awal iseng-iseng mau ambil (kata) itu, akhirnya malah menjadi berkah untuk saya pribadi,” imbuh Hasdar.
Ide bisnis ayam geprek krispi sendiri diusungnya sejak lama, berbeda dengan nama merek yang dipikirnya satu malam. Untuk inovasi ini, Hasdar melakukan riset dengan melihat perilaku masyarakat mengonsumsi ayam goreng krispi.
Dari itu, ia mengetahui hampir seluruh kalangan masyarakat menggemari menu ini. Hasdar semakin yakin setelah menghitung omset pedagang-pedagang pinggir jalan yang hasilnya bernilai besar.
Saat itu, tren ayam geprek krispi sedang marak di Pulau Jawa, namun belum merambah ke Makassar yang menjadi kota tujuan bisnisnya. Hal itu menjadikan Lazuna sebagai ayam geprek pertama di Makassar. “Ayam geprek yang dimaksud di sini definisinya dicampur sama sambelnya bukan diolesi,” tambah Hasdar.
Walau saat itu juga, banyak rumah makan yang membuat ayam geprek sama. Namun, pada akhirnya, dengan resep, pemasaran, segmentasi yang jelas, bisnisnya ini berhasil memiliki beberapa cabang. Kini, Lazuna Chicken mendapatkan Top Merchant Go Food kategori krispi geprek nomor satu.
Tetapi bukan hidup namanya apabila tidak mengalami kesuksesan yang timbul tenggelam. Setelah berdirinya Lazuna, pria kelahiran 1990 itu mengungkapkan banyak masalah selama lima tahun usia bisnisnya, mulai dari aspek internal dan eksternal. Berkat belajar dari pengalaman orang tuanya yang sempat bangkrut, serta pengalaman bisnis sebelumnya, ia berhasil melewati segala tantangan.
Mengaku sempat ingin menyerah, namun Hasdar kembali melihat respon tanggung jawabnya saat ini. Sebab, kini Lazuna memiliki enam cabang dan dari itu pria kelahiran Rappang ini berhasil membuka kesempatan untuk 100 lebih pekerja.
Dari segelintir kisah perjalanan hidupnya, Hasdar membagikan kiat-kiat yang perlu diterapkan bagi pebisnis pemula selayaknya ia di masa lalu. Hasdar menyarankan untuk tidak terlalu banyak mempertimbangkan perihal gagal atau sukses.
“Kuncinya ialah memulai, belajar mempunyai kapasitas diri, serta beraksi. Aksi tersebut dapat dimanifestasikan dalam berbagai program kampus dan organisasi mahasiswa,” tutup Hasdar.