Berprestasi dan menggapai cita-cita di usia muda adalah impian semua orang tanpa terkecuali. Menjadi beda dari orang lain atau menjadi satu-satunya di antara banyaknya orang merupakan kebanggaan tersendiri, namun tidak semua orang bisa mencapai posisi tersebut.
Seperti halnya Muhammad Faruk, yang baru-baru ini meraih posisi pertama di antara Dosen Unhas dengan jumlah publikasi versi Scopus terbanyak. Tidak terbayang, berapa banyak dosen yang harus bersaing dari ribuan jumlah pengajar yang ada.
Uniknya, setelah ditelusuri identitas, posisi pertama tersebut tidak dimiliki oleh para pengajar, melainkan seorang mahasiswa. Faruk merupakan Mahasiswa Program Spesialis I Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unhas. Pada tahun 2021, jumlah publikasinya mengalahkan para Profesor dan peneliti ahli se-Unhas. Menurut data Scopus, ia menerbitkan 66 artikel jurnal internasional dan belum termasuk jurnal nasional.
Pria 39 tahun ini mengungkapkan bahwa dirinya cukup gemar menulis. Ia telah menekuni dunia tulis menulis sejak 2010 saat masih bekerja di salah satu Rumah Sakit di Mataram, Nusa Tenggara Barat. “Saya selalu berusaha meluangkan waktu dalam sehari untuk menulis ataupun mengedit laporan media,” ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit Pendidikan Unhas, Kamis (27/1).
Pada pertemuan singkat dengan identitas, Faruk menyebutkan selama tahun-tahun awalnya mengemban gelar dokter, tak pernah terpikirkan untuk menulis publikasi sebelumnya. Namun, pada 2019, ia diharuskan oleh dosennya agar mengikuti pelatihan menulis artikel ilmiah. Berawal dari menulis artikel ilmiah untuk kepentingan pelaporan kasus pasien, ia justru merasa menikmati rutinitas barunya ini.
“Ternyata melalui pelatihan karya tulis ilmiah yang pernah saya ikuti, minat menulis publikasi seperti jurnal menjadi lebih terasah dan berkembang,” ujar Faruk.
Faruk bercerita bahwa ia senang mengirim rubrik kesehatan ke Lombok Post, salah satu stasiun berita harian di Lombok, sebelum mulai berkecimpung didunia penulisan artikel empat tahun lalu.
Dalam waktu singkat tersebut, pria kelahiran Kota Pahlawan tersebut mampu mempublikasikan 96 artikel ilmiah (terhitung dalam website Research Gate). Dimana 66 diantaranya termasuk kategori jurnal internasional. Ia sendiri mengaku tak tahu pasti berapa jumlah tulisannya, namun yang pasti bahwa setiap karyanya tak lepas dari bantuan dan kerjasama teman-teman dan para pembimbingnya.
Lulusan Universitas Wijaya Kusuma itu sesungguhnya tak menyangka dan cukup terkejut saat mendengar berita dirinya masuk sepuluh besar bahkan posisi pertama dosen Unhas dengan publikasi Scopus terbanyak. “Benar-benar tidak menyangka bisa menjadi nomor satu, padahal banyak yang lebih profesional, apalagi saya cuma residen,” ujarnya.
Mengenai topik jurnal, Faruk menjelaskan bahwa sebagian besar paper yang ditulis untuk melaporkan penemuan kasus unik dan aneh serta jarang ditemui pada pasien yang ada di Makassar. Contohnya penemuan dua kanker yang menyerang seorang pasien, kasus batu buli buli pada anak, dan banyak lagi.
“Banyak kasus unik dunia kesehatan yang selama ini cuma bisa kita baca di jurnal luar negeri, padahal kasus serupa juga banyak terjadi di Indonesia,” papar Faruk.
Di antara puluhan kasus yang pernah dilaporkan, penemuan batu pada ujung penis dengan ukuran 0,5 cm yang jumlahnya mencapai ratusan batu adalah yang paling unik. Tak ia sebutkan dengan detail penyebab munculnya batu tersebut, namun penelitian ini merupakan salah satu kasus berkesan yang ia laporkan, kasus itu ditemukan oleh dosen Unhas pada salah satu pasien yang ada di RSP Unhas.
Tentu, menulis suatu laporan media menjadi sebuah artikel jurnal tak semudah membalikkan telapak tangan, artikel jurnal merupakan laporan berkala terkait penelitian terbaru yang memerlukan tata cara penulisan khusus, termasuk waktu yang panjang untuk melengkapinya. Orcid.org dan Elsavier menjadi website pilihan Faruk menerbitkan banyak artikel jurnal. Dibalik tingginya angka publikasinya di 2021, Faruk bercerita, terkadang tulisannya sering ditolak oleh reviewer website dan harus berkali kali diedit.
Namun, langkahnya tak sampai disitu, ia mengaku masih akan terus menulis dan mengasah kemampuan menulisnya agar lebih baik. Dan sebelum itu, ia berharap segera lulus studi dan bisa masuk posisi penulis jurnal terbanyak versi nasional.
Oktafialni Rumengan