Dulu Job Placement Center (JPC), kini Direktorat Alumni dan Penyiapan Karir (DAPK). Apa yang berubah dan bagaimana kinerjanya?
Sarjana tapi tidak bekerja? tentu menjadi momok bagi sejumlah mahasiswa dan alumni. Hal ini patut menjadi masalah karena setiap tahunnya terdapat puluhan ribu sarjana dari berbagai universitas di Indonesia. Sedangkan, lapangan pekerjaan tidak bertambah secara signifikan.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, terdapat kurang lebih 7,04 juta orang menganggur. Lebih lanjut tertulis, dalam kurun satu tahun terakhir jumlah pengangguran yang ada di Indonesia meningkat 10 ribu orang. Sebagian besar mereka adalah sarjana strata satu yang baru selesai kuliah.
Menanggapi hal itu, Direktorat Jenderal Pembelajaran (Ditjen.Belmawa), Kementerian Pendidikan Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendorong agar setiap perguruan tinggi memiliki unit kerja yang dinamakan Pusat Karir (PK). Unit ini menjadi wadah pembinaan karir bagi mahasiswa. Di mana, PK akan mempersiapkan dan memperkenalkan dunia kerja bagi calon lulusan.
Sebagai salah satu universitas di Indonesia, Unhas juga mengalami persoalan yang sama. Tercatat setiap tahun, kampus ini menghasilkan kurang lebih lima ribu sarjana yang siap bekerja atau menjadi pengangguran baru. Bahkan sejak Unhas didirikan, sudah terdapat 114.893 alumni. Lantas, apakah semua alumni itu mampu terserap di lapangan kerja?
Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Job Placement Center (JPC) yang sejak 19 juli 2018 berubah nama menjadi Direktorat Alumni dan Penyiapan Karir (DAPK). Sebelum berubah nama dan berganti pengurus, JPC telah melakukan beberapa kegiatan untuk mewadahi mahasiswa tingkat akhir dan alumni yang mencari kerja. Beberapa di antaranya mengadakan job fair serta adanya website untuk mendapatkan informasi terkait alumni dan lowongan kerja.
Sayanganya, upaya itu belum banyak dirasakan oleh beberapa alumni Unhas. Firman salah satu alumni Peternakan mengaku tidak merasakan manfaat dari unit tersebut.
“Kalau saya sebagai alumni tidak ada saya rasakan sama sekali (manfaat) dari ikatan alumni atau apapun itu namanya,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Budi Hartino. Ia merasakan belum ada dampak positif yang didapatkan dari pusat karir. Menurutnya, hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi terkait pengadaan pelatihan dan kegiatan unit tersebut.
“Semoga direktur baru bisa memperbaiki sistem penyiapan karir khususnya untuk alumni baru, agar tidak terlalu lama dalam penyiapan kerja. Sebaiknya informasi kegiatan pelatihan bisa ditingkatkan dan disesuikan dengan jurusan masing-masing,” harap alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Adapun, salah seorang alumni Sastra Inggris, Arsyil Azim mengapresiasi adanya pusat karir karena membantu bagi alumni yang akan mencari pekerjaan. Namun, alumni angkatan 2012 ini berharap agar nantinya perusahaan yang diajak bekerja sama untuk mengadakan job fair ialah yang berkualitas dan bukan hanya dijadikan formalitas semata.
“Jangan sampai ini sekedar dijadikan formalitas. Asalkan mengikutkan perusahaan-perusahaan (dalam Job fair) padahal tidak cukup keren buat alumni-alumni. Jadi kasian juga kan kalau alumni hanya sekedar ikut kegiatan, datang meramaikan, kayak itu yang akhirnya terbuang-buang dan tidak efisien,”ujarnya saat ditemui disela-sela pelaksanaan job fair.
Sisi lain, Direktur Penyiapan Karir dan Alumni, Abdullah Sanusi tidak menafikan akan banyaknya tantangan dalam menjalankan fungsi dari direktorat yang baru dipimpinnya.
“Bayangkan kalau ada lima ribuan (sarjana) per tahun, sekarang sudah 135 ribuan alumni, nah ini menjadi potensi yang besar dan juga tantangan yang besar bagaimana memfasilitasi mereka,” ujarnya ketika ditemui di ruanganya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, tujuan dibentuknya direktorat penyiapan karir dan alumni adalah untuk merumuskan kegiatan, penyiapan karir, dan bagaimana mengurangi masa tunggu.
Selain itu, tambah Abdullah, terdapat tiga hal yang akan dilakukan ke depannya. Pertama, bagi mahasiswa yang belum menjadi alumni akan dipersiapkan dengan cara mengadakan workshop dan pelatihan.
Kedua, direktorat ini akan bekerja sama dengan fakultas-fakultas untuk mempersiapkan mahasiswanya. Khusunya mahasiswa yang sedang menulis skripsi atau pada tingkat akhir untuk mengidentifikasi apa yang diperlukan dan perlu dipersiapkan. Ketiga, saat menjadi alumni akan disiapkan informasi terkait dengan lowongan kerja.
“Bagaimana mampu meningkatkan potensi mahasiswa. Kami berkeinginan, sejak mahasiswa baru, mereka sudah bisa merencanakan masa depanya. Selepas kuliah mau jadi apa. Sehingga, sebelum lulus, mereka sudah tahu kemampuan apa saja yang dibutuhkan. Kala sudah jadi alumni, kita akan membantu menyiapkan informasi tentang lowongan kerja dan bagaimana ia bisa mengembangkan karirnya,” terangnya.
DAPK dalam menjalankan visi dan misi itu perlu sumbangsi pemikiran dari berbagai pihak, termasuk alumni. Selain itu, dibutuhkan basis data mahasiswa dan alumni yang mumpuni. Sayangnya, hingga usia 61 tahun Unhas hal itu belum ada. Padahal, adanya data alumni sebagai salah satu sesi berbagi untuk alumni yang baru sarjana.
“Saya akui itu sekarang memang bisa dikatakan belum memiliki basis data alumni yang mumpuni, tapi kita sudah koordinasi dengan Direktorat Teknologi Informasi untuk menyiapkan tracher study,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Abdullah perlu melakukan beberapa hal untuk merealisasikan visi DAPK. Salah satunya, akan bekerja sama dengan berbagai ikatan alumni Unhas dari pelbagai lapisan. Lalu, pembaharuan website, dan sosialisasi melalui media sosial.
Penulis: Norhafizah