“Kalau memang Unhas tidak bisa seratus persen membantu, paling tidak Unhas bisa mengurangi beban UKT yang harus saya bayar,”harap salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas asal Palu, Annisa Mardhatilah.
Dengan mata berkaca-kaca, Annisa Mardhatilah menceritakan beberapa kehilangan yang telah ia alami pasca gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, 28 September 2018 lalu. Termasuk Ibu yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga dan mendukungnya untuk kuliah di Makassar. Selain kehilangan ibu, Nissam, begitu ia disapa, pun mesti merelakan rumah, mobil, dan properti lainnya tersapu tsunami.
Seiring berjalannya waktu, Nissam mulai menerima keadaannya sekarang. Namun, rasa khawatir masih terus menghantuinya. Takut-takut jika ia tidak bisa membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Selama ini, sang ibu yang berprofesi sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kota Palu lah yang menjadi sumber utama UKT nya sejumlah 20 juta rupiah itu.
“Saya bersama teman Palu lainnya sekarang jadi kesulitan bayar UKT, jangankan untuk bayar uang kuliah, untuk kebutuhan sehari-hari saja tidak tahu harus bagaimana,” ucapnya dengan nada terisak, Jumat (26/10).
Ayah Nissam yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil itu mengaku angkat tangan dengan urusan UKT anak nya. Gaji per bulan yang ia terima hanya cukup menghidupi dirinya, Nissam, dan seorang adik lelaki Nissam.
Meski begitu, mahasiswi yang kini tinggal bersama tantenya itu tak menyerah. Saat ini ia sedang mengusahakan segala cara untuk tetap lanjut kuliah. Selain berusaha mendapatkan beasiswa, ia juga mengajukan permohonan keringanan UKT.
Awalnya, Nissam melaporkan hal itu kepada pihak dekanat Fakultas Kedokteran. Lama tak mendapat tanggapan, ia kemudian menghadap ke Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg Andi Arsunan Arsin. Akhirnya sedikit harapan ia peroleh.
Pihak kemahasiswaan bersedia mengusahakan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), meski uang yang akan ia peroleh tidak mampu menutupi biaya UKT-nya. Berkas dan namanya telah tercantum dalam daftar penerima beasiswa, tapi sampai saat ini belum ada panggilan untuknya. Terakhir, ia mengirim surat kepada Rektor Unhas agar UKT-nya diturunkan.
Selanjutnya, surat itu didisposisi ke Wakil Rektor II, Prof Sumbangan Baja. Lalu, WR II menugaskan Yohanis Sattu, Kepala Bidang Keuangan Masyarakat Unhas untuk mempelajari surat itu.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah mengatur penurunan UKT dalam aturan nomor 22 tahun 2015, pasal 6. Pasal 6 ayat 1 menyatakan, Pemimpin PTN dapat melakukan penetapan ulang pemberlakuan UKT terhadap mahasiswa apabila terdapat: a.ketidaksesuaian kemampuan ekonomi mahasiswa yang diajukan oleh mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya; dan/atau b. pemutakhiran data kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. Kemudian pada pasal 6 ayat 2 disebutkan, “ketentuan mengenai penetapan ulang pemberlakuan UKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Pemimpin PTN.”
Saat dikonfirmasi Yohanis mengatakan, saat ini Unhas belum memiliki aturan terkait penurunan UKT. ”Belum ada kebijakan dari pimpinan tentang penurunan UKT, sebab untuk melakukan itu, diperlukan data yang lengkap dari pemohon untuk meyakinkan bahwa mereka benar-benar terkena dampak bencana,”terangnya, Rabu (9/1).
Lebih lanjut, ia menyampaikan, setelah semua data telah lengkap, baru lah hal tersebut dirapatkan bersama pimpinan untuk selanjutnya dibuat kebijakan. Hingga berita ini diturunkan, Nissam hanya diberi surat penundaan untuk membayar UKT.
“Terkait apakah dia (Nissam) dibolehkan mengikuti kuliah atau tidak, itu tergantung kebijakan bagian akademik. Jika misalnya dibolehkan, maka UKT yang belum dibayarkan itu akan dicatat sebagai piutang,”lanjutnya saat ditemui di ruangannya.
Ternyata, Nissam bukan lah satu-satunya mahasiswa asal Palu yang mengirimkan surat permohonan penurunan UKT. Berdasarkan data dari Yohanis, terdapat delapan surat mahasiswa Unhas yang harus ia pelajari dengan rincian dua mahasiswa S1, satu mahasiswa S2, dan lima mahasiswa S3. Hingga saat ini, nasib mereka masih menggantung.
Simpang Siur Beasiswa Bagi Mahasiswa Asal Palu
Beberapa waktu lalu isu beasiswa sempat beredar di telinga mahasiswa asal Sulteng. Bahkan beberapa fakultas dan Prodi telah mendata mahasiswa Sulteng yang terkena dampak bencana. Hendrawan Tumakaka, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat mengaku mendapat informasi beasiswa dari pihak Prodi dan namanya telah didaftarkan.
Kabar tersebut diamini Kepala Humas Unhas, Ishaq Rahman. Ia mengatakan, Unhas akan memberikan beasiswa bagi mahasiswa Sulteng yang terkena dampak bencana. Namun pihak birokrat masih memikirkan beasiswa apa yang paling tepat untuk diberikan.
“Yang jelas kami akan berikan beasiswa, namun jenis beasiswa apa itu kami belum update, apakah beasiswa afirmasi kedaruratan, atau beasiswa yang langsung diberikan oleh Unhas sendiri,” kata Ishaq saat ditemui reporter identitas, Kamis (11/10).
Berdasarkan data dari Humas Unhas, tercatat 394 mahasiswa asal Sulteng yang aktif kuliah. Dari jumlah tersebut terdapat 181 mahasiswa yang berasal dari Palu dan Donggala. Ishaq menambahkan, saat ini Wakil Rektor Bidang Akademik masih sementara melakukan pendataan.
Rencananya, pemberian beasiswa akan disesuaikan berdasarkan level atau tingkatan dampak yang diterima oleh mahasiswa. Mahasiswa yang kehilangan kedua orang tua atau salah satunya akibat gempa akan mendapatkan perhatian lebih. Sayangnya, informasi mengenai jumlah kuota atau persyaratan untuk beasiswa ini belum bisa diberikan oleh Ishaq. Hal tersebut lantaran, penetapan beasiswa ini masih menunggu keputusan dari Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu dan menunggu rekapitulasi data mahasiswa.
Akan tetapi, hal berbeda datang dari Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Muhammad Restu MP. Ia menjelaskan, Unhas hanya membantu Kemenristekdikti dalam melakukan pendataan mahasiswa asal Palu. Selanjutnya pemerintah-lah yang akan memberikan beasiswa.
Dilansir dari okezone.com, Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi, Nasir, memastikan pemerintah akan memberikan beasiswa bagi mahasiswa korban bencana Palu dan Donggala. Kemenristekdikti juga akan memberikan bantuan beasiswa baik bagi mahasiswa yang tengah kuliah di Palu dan Donggala maupun mahasiswa asal Palu dan Donggala yang tengah menempuh studi di perguruan tinggi di luar Sulawesi Tengah.
Berdasarkan data Kemenristekdikti saat ini terdapat 3.530 mahasiswa asal Sulawesi Tengah yang tengah menempuh studi di 35 perguruan tinggi di Indonesia. “Jangan sampai mahasiswa terkatung-katung akibat bencana sehingga kuliah berhenti, jangan sampai terjadi. Nanti apa pembebasan biaya di kampus ataupun beasiswa, akan kita lakukan pembahasan bersama rektor,” ujarnya.
Nml/Tan