Banyak orang yang mengatakan, masa di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah masa yang paling indah. Di momen ini, kita banyak bertemu dengan teman-teman baru yang membawa beragam kenangan indah nan sulit untuk dilupakan. Begitulah kira-kira yang saya rasakan.
Cerita itu dimulai ketika saya yang pertama kali duduk di bangku SMA, hendak memutuskan ingin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kala itu, seluruh siswa baru disajikan dengan pilihan kegiatan di luar kelas yang menarik, mulai dari OSIS, ikatan remaja masjid, hingga ekstrakurikuler olahraga. Semua pilihan tersebut nampak begitu menggoda dan rasanya cukup sulit untuk memutuskan ingin berkecimpung pada kegiatan organisasi yang mana.
Selang beberapa saat, sekumpulan kakak kelas melakukan sosialisasi ekstrakurikulernya di dalam kelas saat jam istirahat. Tidak seperti biasanya, organisasi yang ditawarkan kali ini adalah Fisika Club, sebuah ekstrakurikuler yang dulunya tidak ada sewaktu saya berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Katanya, anggota yang tergabung dalam klub ini akan dipersiapkan kemudian untuk mengikuti olimpiade.
Saat pertama kali mendengar tentang organisasi ini, saya merasa cukup penasaran. Fisika, yang saya anggap sulit, ternyata menjadi fokus suatu lembaga siswa dan bahkan dijadikan sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Rasa penasaran itu membuat saya ingin tahu lebih jauh. Saya pun mengajak teman belakang bangku saya untuk sama-sama bergabung pada kegiatan ini agar tidak sendiri.
Begitu masuk ke dalam klub, saya cukup terkejut melihat saat melihat jumlah anggotanya yang sangat sedikit, hanya kurang dari sepuluh orang. Rasanya ekstrakurikuler ini nampak begitu eksklusif dan sangat anti mainstream. Hal inilah yang membuat kami memiliki hubungan keakraban lebih kuat antara satu sama lain.
Pada periode awal saat bergabung, saya dan teman-teman merasa kesulitan. Materi mekanika klasik, khususnya mengenai cara menghitung gaya pada balok yang dihubungkan melalui tali dan katrol, membuat saya bingung. Jujur, hanya untuk memahami sistem yang terbilang sederhana ini saja, saya membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk bisa benar-benar paham bagaimana menemukan solusinya.
Kami, para anggota baru, sungguh merasa kebingungan dihadapkan dengan soal fisika ini dan itu setiap waktunya. Meskipun demikian, kami langsung diminta untuk langsung mengikuti perlombaan fisika dengan skill yang pas-pasan. Lalu seperti yang bisa diprediksi, ya, kami tidak berhasil membawa pulang gelar juara.
Kekalahan demi kekalahan terus kami rasakan di tahun-tahun awal kami aktif mengikuti olimpiade fisika. Wajah murung tak jarang selalu menghiasi wajah kami di masa-masa itu, utamanya setelah hasil lomba telah diumumkan. Terkadang, saya merasa iri dengan mereka-mereka yang selalu menjadi juara di dunia olimpiade ini. Namun, kami semua pantang menyerah dan terus berusaha agar paling tidak kita bisa memenangi suatu event lomba fisika selama SMA. Sekolah pun sangat mendukung dengan perkembangan kami dengan membuat program semi boarding yang dibuat untuk memberikan pemadatan materi-materi yang diberi nama Training Center (TC).
Kegiatan TC ini berlangsung setiap akhir pekan, mulai Jumat sore hingga Minggu pagi. Dalam kegiatan ini, seluruh siswa yang bergabung akan mendapatkan materi tambahan di jam 8 hingga 10 malam untuk dipelajari bersama. Selain itu, kami disarankan untuk menginap agar terbentuk bonding yang kuat antara orang satu dan lainnya. Peserta dari program ini juga tidak hanya dari anggota Fisika Club saja, akan tetapi juga diikuti oleh anggota Matematika Club, Kimia Club, dan Biologi Club.
Saat TC, kami semua mempelajari materi-materi olimpiade sesuai dengan bidang yang kami pilih. Suasana sunyi yang tercipta pada malam itu membuat suasana tenang ketika kami semua mendapatkan penjelasan dari para pembina klub. Tidak jarang kami merasa mengantuk bahkan ketiduran saat pemberian materi berlangsung.
Suasana setelah kelas selalu menjadi yang favorit bagi saya karena saat itu kami semua bisa saling mengobrol dan bercengkerama dengan teman-teman. Topik pembahasannya pun beragam, ada yang bahas materi pelajaran, ada yang tentang episode anime dan game, ada juga waktu di mana kami berbagi pengalaman lomba yang telah diikuti sebelumnya. Beberapa kali, pembina kami juga bahkan ikut bergabung dalam percakapan walaupun topik yang dibahas bukan materi pelajaran, selayaknya seperti teman yang kita ajak untuk curhat.
Dari kegiatan TC ini, ada banyak sekali kenangan yang masih terekam jelas di ingatan saya. Selama saya SMA, ini merupakan salah satu momen yang sulit untuk dilupakan, pasalnya dari kegiatan TC ini, keakraban saya dengan teman-teman menjadi terjalin lebih kuat. Saya tidak pernah menyangka, materi fisika yang saya kenal sulit, ternyata bisa membawa saya ke dalam pertemanan yang solid, bahkan sampai sekarang.
Dengan pertemuan ini, ada banyak hal dalam kehidupan saya yang sangat terbantu dengan kehadiran teman-teman TC. Di masa itu, memenangi lomba memang masih menjadi prioritas utama, akan tetapi ikatan kuat yang tercipta lebih berharga. Dari kegiatan TC ini, saya bisa merasakan bagaimana serunya masa SMA walaupun suasana yang dijalani sebenarnya tergolong singkat, hanya 1,5 tahun.
Melalui tulisan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh teman-teman SMA saya yang sudah menggoreskan kenangan manis bersama di masa putih abu-abu, meskipun dalam kurun waktu yang singkat. Tidak lupa pula, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih juga kepada seluruh pembina klub yang sudah sabar menghadapi kami saat belajar dan menjadi pendengar yang baik saat kami ingin bercerita.
Nurfikri
Mahasiswa Fakultas Teknik 2022
sekaligus Kru PK identitas 2024