Dua tahun berlalu sudah semenjak Indonesia dilanda pandemi Covid-19, aktivitas belajar mengajar mengharuskan mahasiswa harus beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh. Menerapkan metode ini nyatanya mulai memunculkan berbagai permasalahan dikalangan mahasiswa
Persoalan yang dimaksud yakni kuota yang dibutuhkan pun harus lebih besar. Tak hanya itu mahasiswa yang berada di daerah sulit mangakses jaringan juga menjadi masalah. Hal tersebut berdampak pada tekanan yang dirasa lebih besar dan berpengaruh dengan psikis mahasiswa.
Lantas bagaimana pandangan psikologi mengenai hal ini, apa saja ciri-cirinya? Bagaimana cara mencegah? Berikut wawancara khusus reporter PK identitas Unhas, Nur Alya Azzahra dengan Ketua Program Studi Departemen Psikologi Kedokteran Universitas Hasanuddin, Dr Ichlas N Afandi SPsi MA, Senin (7/2).
Adanya perubahan sistem pembelajaran yang dialami mahasiswa selama masa pandemi Covid-19, rupanya berisiko munculnya masalah Kesehatan mental, bagaimana menurut Anda?
Hal ini bukan hanya mahasiswa yang merasakan, tetapi semua profesi rentan mengalamai gangguan psikologis. Perubahan metode seperti sangat berpengaruh bagi mahasiswa. Sedangkan sebelum pandemi mahasiswa sudah dihadapkan beberapa tekanan seperti tugas, perkuliah, asistensi dan lab atau praktikum. Hal itu saja sudah dapat menganggu kesehatan psikologis mahasiswa.
Apalagi kita ada di masa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Berada disuatu keadaan yang penuh dengan ketidakpastian, membahayakan dan mengancam. Jadi rentetan tekanan perkuliahan ditambah situasi tentunya sangat rentan mengakibatkan adanya gangguan psikis.
Bagaimana mencegah gangguan psikologis bagi mahasiswa?
Hal yang paling utama ialah memperbaiki dukungan. Untuk bisa bertahan hidup di masa pandemi, dibutuhkan dukungan dari orang terdekat. Selama ini kebanyakan mahasiswa yang memiliki gangguan kesehatan disebabkan oleh hubungannya dengan manusia lain yang tergolong buruk. Seperti hubungan dengan teman, pacar maupun keluarga.
Cara mencegah gangguan tersebut juga dapat dilakukan dengan selalu berpikir positif. Apabila terlalu sering larut dengan hal buruk sampai lupa yang hal- hal baik itu akan menjadi masalah. Tetapi ambillah titik baik dari segala permasalahan yang dihadapai. Hal lainnya adalah perlu adanya motivasi, baik itu motivasi untuk kuliah ataupun hidup. Jadi itulah yang dapat mencegah gangguan psikologis.
Apa saja ciri-ciri gangguan psikologis dan apa yang perlu dilakukan mahasiswa ketika sudah merasa mengidap penyakit tersebut?
Ada banyak ciri-cirinya, namun yang biasa dirasakan yakni kehilangan motivasi dan merasa tidak bersemangat menjalani hidup. Jadi ketika mahasiswa telah merasa mengidap gangguan kesehatan mental, mereka tidak harus disembuhkan dengan datang ke dokter. Tetapi cukup istirahat saja untuk sembuh, kalau istilahnya sekarang itu self healing. Jadi bisa berupa jalan-jalan, nonton atau melakukan kegiatan yang disenangi. Tak hanya itu, mereka juga bisa cerita masalah dengan orang terdekat.
Jika kedua hal tersebut belum merasa sembuh, silakan ke professional yaitu psikolog atau psikiater. Layanan psikologis Unhas sangat terbuka, ada juga konseling di Lt.1 Perpustakaan.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sembuh?
Untuk lama penyembuhan tergantung dari jenis penyakit yang dialami. Namun untuk gangguan awal, biasanya lumayan cepat disembuhkan hanya dengan konsultasi. Akan tetapi jika merasa sudah tidak bisa menyembuhkan sendiri, maka lebih baik ke layanan profesional.
Stigma masyarakat terhadap pengidap gangguan psikologis lebih ke pandangan yang buruk, bagaimana tanggapan anda?
Stigma memiliki arti padangan, pikiran yang berkembang dan sudah menjadi pola pikir turun temurun. Maka kampus sebagai penyelenggara Pendidikan memiliki peran untuk mengedukasi masyarakat untuk mengubah atau meminimalisir pola pikir tersebut. Saya kira mahasiswa tidak lagi berpikir seperti itu dan sudah lebih tahu akan gangguan psikolgis ini.
Apa pesan anda bagi mahasiswa?
Terlepas secara objektif, pandemi ini memang berat. Tetapi tetaplah berpikir positif dan menerima realita yang tidak bisa kita tolak. Berdamailah dengan situasi ini, karena anda tidak sendiri menjalani. Semua orang juga merasakan hal yang sama berada dikondisi pandemi. Jika memang anda memiliki masalah yang berat, ceritalah jangan memendam terlalu dalam.
Nama Lengkap: Dr Ichlas N Afandi S Psi MA
Tempat Tanggal lahir: Makassar, 25 Juli 1981
Pendidikan: S1 Psikologi UMM Malang (2002)
S2 Psikologi UGM Yogyakarta (2010)
S3 Psikologi UGM Yogyakarta (2019)