Jumat, 5 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Headline

Peluang Strategis Indonesia Menuju Standar Kesehatan WPRO

2 Desember 2025
in Headline, Wansus
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Sukri Palutturi SKM MKes MScPH PhD. Foto: Dokumentasi Pribadi

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Sukri Palutturi SKM MKes MScPH PhD. Foto: Dokumentasi Pribadi

Editor Nurfikri

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah mengesahkan penuh keputusan yang menempatkan Indonesia sepenuhnya dalam Wilayah Pasifik Barat atau Western Pacific Region (WPRO) pada sesi Sidang World Health Assembly (WHA) ke-78 di Jenewa, Swiss (23/05/2025). 

Sebelumnya, Indonesia tergabung dalam Wilayah Asia Tenggara atau South East Asia Region (SEARO). Kepindahan ini tidak hanya bermakna geografis, tetapi juga menyangkut kebijakan kesehatan nasional di masa mendatang.

BacaJuga

Berebut Jenazah, Kisah Anak yang Diperebutkan Agama

Hindari Penurunan Performa Akademik dengan Sarapan

Perubahan tersebut membawa berbagai konsekuensi, mulai dari pendekatan kebijakan kesehatan yang lebih ketat dan berbasis regulasi, hingga peluang kolaborasi teknologi dan penguatan sistem kesehatan digital.

Di sisi lain, muncul pula kekhawatiran soal kesiapan Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan standar baru yang lebih tinggi dan tantangan menjaga keberlangsungan program yang selama ini dikembangkan di bawah SEARO.

Apa makna strategis dari perpindahan ini bagi Indonesia? Bagaimana dampaknya terhadap sistem kesehatan nasional, termasuk kesiapan tenaga kesehatan dan peran perguruan tinggi?

Simak wawancara khusus Reporter identitas, Muh Fadhel Perdana bersama Guru Besar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan sekaligus Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Sukri Palutturi SKM MKes MScPH PhD, Jumat (04/07).

Menurut Anda, bagaimana adaptasi keputusan WHO mengesahkan Indonesia berpindah ke wilayah WPRO secara penuh? 

Keputusan WHO yang mengesahkan perpindahan Indonesia dari SEARO ke WPRO tentu kami pandang sebagai langkah strategis. Di satu sisi, hal tersebut merupakan peluang karena Indonesia kini bergabung dengan rumpun negara yang mayoritasnya negara-negara maju. Oleh karena itu, kita akan mulai beradaptasi ke arah tersebut.

Perpindahan ini juga sudah melalui proses konsensus antar negara anggota WHO. Secara geografis, posisi Indonesia memang lebih dekat dengan negara-negara anggota WPRO, seperti Malaysia, Singapura, dan Papua Nugini. 

Siapkah sistem kesehatan kita menghadapi perubahan ini?

Menurut saya, Indonesia bisa banyak belajar dari negara-negara yang lebih dulu mengembangkan sistem digital terakses seperti dengan Singapura, Jepang, China, dan negara lainnya. 

Kita bisa meningkatkan sistem digital terintegrasi dalam pelayanan kesehatan, mulai dari pencatatan pasien hingga pemantauan penyakit.

Posisi Indonesia bukan sebagai pendatang baru dalam interaksi dengan negara-negara ini. Sebelum-sebelumnya negara kita telah sering dengan melakukan kerja sama dengan Malaysia, Filipina, Australia, dan lainnya. Hanya saja, kini secara resmi WHO menempatkan kita di rumpun WPRO.

Perpindahan dari SEARO ke WPRO membuat Indonesia akan fokus dalam penekanan promotif dan preventif. Apa indikator jangka pendek yang bisa digunakan untuk menilai efektivitas kebijakan? Apakah kita bisa menggunakan pajak gula dan pelabelan gizi seperti yang telah diterapkan negara WPRO?

Sebenarnya, indikator untuk mengukur efektivitas kebijakan seperti pajak gula atau pelabelan gizi memang tidak bisa langsung dilihat dari penurunan angka diabetes, karena penyakit ini muncul di akhir rantai risiko.

Gula hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor risiko diabetes. Meskipun begitu, paling tidak kita bisa melihat beberapa perubahan perilaku masyarakat sebagai indikator jangka pendek.

Dulu, diabetes lebih banyak terjadi di daerah perkotaan dan identik dengan kelompok masyarakat yang mampu. Namun sekarang, kasus diabetes sudah banyak ditemukan di desa-desa dan juga pada kelompok masyarakat yang tidak tergolong kaya. 

Ini tentu berkaitan erat dengan pola konsumsi masyarakat yang berubah. Salah satu indikator awalnya bisa kita lihat pada perubahan di layanan publik, misalnya di hotel atau restoran.

Kalau kita belajar dari negara-negara maju, mereka sudah tidak lagi secara otomatis menyediakan gula.

Bagaimana peran perguruan tinggi khususnya Unhas dan peluang kolaborasi ke depannya?

Kalau untuk konteks perguruan tinggi Indonesia, bahkan sebelum resmi pindah ke WPRO, sudah banyak kabupaten/kota yang menjalin kerja sama, terutama dalam hal penyelenggaraan program kabupaten/kota sehat. 

Dalam banyak hal, Indonesia sebenarnya sudah sejak lama belajar dari Australia, salah satu negara anggota WPRO yang juga aktif mengembangkan konsep kota sehat.

Unhas sebagai perguruan tinggi, hal ini menjadi peluang besar untuk memperkuat kerja sama yang sudah ada, khususnya di bidang kesehatan. Misalnya, Indonesia bisa belajar bagaimana negara-negara di WPRO menangani isu stunting, mengendalikan kawasan tanpa rokok, dan membatasi konsumsi gula.

Bagaimana harapan Anda terhadap pemerintah terkait program makan bergizi gratis dan Asta Cita Prabowo Gibran? Apakah sejalan dengan pendekatan negara-negara WPRO?

Tentu harapan kita, program makan bergizi gratis ini bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk belajar dari negara-negara yang sudah berhasil, seperti Jepang. 

Setahu saya, Jepang termasuk negara yang cukup sukses dalam menjalankan program serupa, terutama dalam konteks perbaikan gizi anak-anak sekolah.

Terkait Asta Cita yang menjadi arah pembangunan baru menggantikan SDGs, harapan kita kepada pemerintah agar semakin meningkatkan kepekaan terhadap sistem kesehatan nasional, memperkuat aspek pencegahan dan promosi kesehatan, dan mendorong integrasi inovasi serta teknologi ke dalam sistem kesehatan kita.

Dalam jangka panjang, tentu kita ingin melihat bagaimana Indonesia mampu menjalin kolaborasi lintas sektor dengan daya saing global. Untuk program makan bergizi gratis, saya kira Indonesia bisa banyak belajar dari pendekatan negara-negara di WPRO. 

Informasi Narasumber

Prof Sukri Palutturi SKM MKes MScPH PhD 

Riwayat Pendidikan

S1 Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Unhas

S2 Center for Environment and Population Health Griffith University

S3 Center for Environment and Population Health Griffith University

 

Penulis: Muh Fadhel Perdana

Tags: Pajak GulaSEAROwawancara khususWHOWPRO
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Respons Bencana Sumatra, Unhas Berangkatkan 12 Tenaga Medis

Next Post

SRE Unhas Adakan Open Recruitment Anggota Baru untuk Mahasiswa Angkatan 2024-2025

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In