Sistem Kelola Pembelajaran (Sikola) menjadi sistem baru yang dikembangkan Unhas. Model pembelajaran daring yang menjadi dampak pandemi sangat didukung dengan adanya Sikola. Harapannya, Sikola mampu menjadi jembatan perkuliahan dosen dan mahasiswa. Namun sejak diresmikan pada 2020 hingga kini, masalah kerap ditemui mahasiswa maupun dosen.
Selama ini, Sikola telah memiliki fitur yang cukup lengkap untuk menunjang perkuliahan. Seperti fitur untuk mengakses materi, tugas, kuis, forum, pengumuman, agenda, daftar hadir, survei, portofolio penilaian, kalender, dan lain sebagainya.
Sikola membersamai Unhas, mewujudkan sistem pembelajaran yang efektif dan maksimal. Hadirnya sangat menggambarkan kemajuan teknologi saat ini. Mewadahi mahasiswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan automatic system yang patut diapresiasi. Meskipun demikian harus terus dievaluasi.
Dua tahun mahasiswa dan dosen mulai menjelajahi Sikola, menggunakan pun mengabaikan fitur-fitur yang ada. Tak sedikit masalah didapatkan. Bahkan terjadi berulang kali untuk satu masalah yang sama.
Error saat mengakses Sikola adalah satu dari sekian banyak masalah yang didapati. Ada yang kesulitan mencari mata kuliah, kesulitan berdiskusi di forum, hingga gagal mengumpulkan tugas. Kendala-kendala tersebut didapati oleh mahasiswa Unhas berdasarkan hasil wawancara dan survei yang dilakukan identitas.
“Kendala server yang tidak kuat jika diakses di waktu jam kerja dan kelas yang sulit ditemukan karena harus dituliskan secara spesifik,” Tulis Muhammad Yuan, Mahasiswa Hubungan Internasional.
Pengelola Sikola, Prof Dr Yusring Sanusi Baso SS M App Ling mengungkap, rata-rata user per hari yang menggunakan Sikola adalah 16.000, baik dosen maupun mahasiswa. Angka ini dinilai masih rendah, karena belum mencapai setengah dari seluruh mahasiswa Unhas yang berjumlah 30 ribuan.
Prof Yusring juga menyampaikan, Sikola terus terus melakukan perbaikan-perbaikan. Seperti baru-baru ini diadakan penambahan fitur statistik. Fitur ini dapat digunakan oleh gugus penjaminan mutu untuk memantau aktivitas perkuliahan di seluruh mata kuliah pada setiap prodi. Tak hanya itu, ke depannya akan ada fitur yang bisa mengawasi mahasiswa saat ujian.
“Sikola itu sebenarnya (ibarat) mencatat amal baik dan buruk penggunanya. Semua tercatat di Sikola. Para dosen tidak menggunakan itu karena mereka tidak tahu, tapi ada beberapa dosen yang datang mengatakan Sikola terlalu ribet,” ungkapnya saat ditemui di ruang LPMPP, Selasa (30/8).
Padahal, menurut Prof Yusring, Sikola itu akan maksimal jika dosen memiliki rencana pembelajaran dan aktif dalam mengunggah materinya. Ketika dosen memiliki instrumen penilaian dan materi pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS), Sikola akan maksimal.
“Jika dosen kurang aktif memperbarui RPSnya, maka Sikola hanya menjadi tempat penyimpanan power point dan tugas, dan mungkin tidak diperiksa. Jadi sekali lagi, ini bukan persoalan aplikasi tetapi persoalan dosen menyiapkan hal-hal yang tadi disebutkan,” tuturnya.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil survei dan wawancara yang dilakukan pada mahasiswa Unhas, banyak yang mengeluhkan dan meminta penambahan kapasitas unggah filenya yang hanya 2 MB. Ada pula yang meminta ditambahkannya fitur hapus tugas setelah diunggah.
“Dalam keadaan tertentu, terjadi error saat mengakses sikola. Terkadang juga sulitnya mengirim file sebab terbatas oleh ukuran file. Padahal waktu pengumpulan tinggal sedikit,” kata Hairun Multazam, salah satu Mahasiswa FMIPA Unhas.
Menanggapi hal tersebut, Prof Yusring menuturkan, kapasitas 2 MB yang dikeluhkan merupakan masalah penyimpanan yang masih terbatas. “Yang perlu diketahui, di sini kami tidak punya anggaran (rutin). Jadi harus meminta ke rektorat. Hal ini juga sebenarnya alasan yang menghambat untuk mengembangkan Sikola secara cepat.”
Untuk fitur tugas yang tidak bisa dihapus, Prof Yusring mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kesengajaan. Karena tidak adanya fitur menghapus ini, tugas mahasiswa yang salah mengumpulkan tugas dapat terekam. Mahasiswa cukup mengunggah tugasnya sekali lagi, sehingga dosen dapat mengetahui tugas yang benar adalah yang terakhir diunggah.
“Sangat perlu rekam jejak dalam dunia pendidikan, sehingga mahasiswa belajar dari kesalahannya. Hal lainnya untuk menghindari adanya pengambilan tugas oleh orang lain,” imbuhnya .
Prof Yusring menekankan, Sikola adalah sebuah sistem yang harus dibangun bersama dan civitas akademika punya peran untuk membesarkannya. Ia menyayangkan tidak adanya aturan yang mewajibkan dosen dan mahasiswa untuk menggunakan Sikola. Ketika dikonfirmasi, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhas, Prof drg Muhammad Ruslin MKes PhD SpBM(K) mengatakan belum ada aturan yang mewajibkan dosen dan mahasiswa untuk memakai Sikola. “Sekarang belum ada aturan khusus pemakaian SIKOLA, hanya saja dulu ada aturan khususnya, yaitu pas pandemi, di mana Sikola menjadi salah satu pilihan.”
Guru besar Fakultas Kedokteran Gigi Unhas ini juga mengungkapkan upaya yang telah dilakukan Unhas agar dosen aktif menggunakan Sikola. “Salah satu caranya mendorong dosen untuk menggunakan Sikola ada memang di rubrik kinerja dosen, bagi dosen yang aktif menggunakan Sikola. Artinya itu regulasi, dan itu termasuk regulasi universitas.”
Ia juga menambahkan, dalam rapat koordinasi yang akan dilaksanakan, akan ada peraturan dan regulasi baru yang dibuat untuk optimalisasi Sikola ke depannya. Optimalisasi tersebut berupa penambahan kapasitas, serta integrasi sistem data antara Sikola, LPMPP, Bidang Akademik, dan Direktorat Sistem Informasi & Transformasi Digital Unhas. Sejalan dengan pengelola Sikola, Prof Ruslin juga menegaskan perlunya kolaborasi dan sinergitas dari berbagai pihak untuk pengembangan Sikola.
Tim Liputan
Koordinator:
Winona Vanessa HN
Anggota:
Yaslinda Utari Kasim,
Achmad Ghiffary M
Davino
Berita Sebelumnya: Selayang Pandang Pengembangan Sikola
Berita Selanjutnya: Sistem Pembelajaran Digital Fakultas Lebih Efisien?