Putra Sulawesi, penggiat literasi, Nirwan Ahmad Arsuka, menghembuskan napas terakhirnya pada Senin, 07 Agustus 2023. Nirwan yang merupakan pendiri Pustaka Bergerak ini lahir di Kampung Ulo, Kabupaten Barru, 57 tahun silam tepatnya pada 5 September 1967.
Jika melihat latar belakang pendidikannya, Nirwan merupakan Mahasiswa Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Namun, ia sempat menempuh pendidikan di Teknik Arsitektur Unhas sebelum berpindah menjadi mahasiswa Teknik Nuklir UGM. Menjadi mahasiswa teknik tidak membuat Nirwan meninggalkan kecintaannya akan kepenulisan dan literasi.
Setelah menempuh pendidikan sarjananya, Nirwan pindah ke DKI Jakarta. Di kota metropolitan itu nama Nirwan muncul dalam salah satu media besar di Indonesia dengan tulisannya yang membahas mengenai ilmu kemanusiaan dan sosial. Meski tidak ada latar belakang kepenulisan, tulisan Nirwan dianggap tajam dan dapat memberikan gambaran terkait isu yang tengah dibahasnya.
Sosoknya dikenal sebagai seorang esais yang mampu merangkai kata dan menghasilkan karya hingga jenjang internasional. Karya yang diciptakan Nirwan kerap kali mengangkat kekayaan budaya tempat kelahirannya sebagai latar belakang. Tak hanya itu, Nirwan juga menunjukkan ketertarikannya terhadap sejarah melalui karyanya yang selalu diterbitkan secara berkala oleh media-media besar baik berskala nasional maupun internasional.
Di mata salah seorang rekannya di dunia kepenulisan, Jimpe Rahman, yang kali pertama bertemu dengan Nirwan pada acara seminar di Unhas 2006 silam mengatakan, Nirwan merupakan sosok yang dedikatif akan sesuatu yang sedang ditekuninya. Sifat dedikatif membuatnya menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dikenal sebagai teman diskusi yang baik dan tidak menggurui merupakan julukan yang tak pernah lepas di Nirwan dari kacamata Jimpe.
Satu hal yang disampaikan Jimpe dalam wawancaranya, Minggu (17/09) dengan identitas mengenai keunikan sosok Nirwan. Selain menggiati dunia literasi, Nirwan juga hobi berkuda. Tidak semua orang bisa ataupun hobi berkuda. Namun, Nirwan memiliki ketertarikan akan itu. Meskipun begitu, Nirwan adalah orang yang tertutup atas kehidupan pribadinya. Berhubung Nirwan Hidup sendiri di salah satu apartemen kota metropolitan membuat Jimpe jarang berjumpa dengannya.
Nirwan dan Jimpe merupakan rekan yang kerap kali berada di satu project yang sama, seperti Makassar Bienalle. Sejak 2017 silam, Nirwan menjadi pembicara di project ini. Selain itu, Nirwan aktif melakukan revitalisasi kebudayaan Sulawesi Selatan bersama salah satu rekannya yaitu Prof Nurhayati Rahman yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas. Melalui kerja sama itu, Nirwan menjadi juru bicara La Galigo yang mumpuni di sejumlah negara.
Kepergian Nirwan mengejutkan para rekannya yaitu para penggiat literasi. Mengapa tidak, Nirwan ditemukan meninggal dunia karena sakit di apartemen yang sedang ia tempati pada Minggu (06/08).
Dikutip dari tulisan Kompas, satu pekan sebelum meninggal dunia, Nirwan masih berdiskusi bersama para penggiat literasi mengenai rencana memperkuat gerakan literasi di Indonesia. Tak hanya itu, pada awal Agustus, Nirwan juga masih bertemu dengan orang dari media Kompas di sebuah kedai kopi di Cikini, Jakarta Pusat.
Pada pertemuan itu, tak ada sedikitpun tanda bahwa Nirwan sedang sakit, ia masih tampak bugar dan ceria serta aktif bercerita mengenai strategi dalam pendistribusian buku yang efisien diterapkan di Indonesia. Selaras dengan hal tersebut, Keponakan Nirwan, Muhammad Iftikar Sahid, menuturkan bahwa Nirwan diduga terkena serangan jantung meski tidak ada riwayat kesehatan yang mendukung dugaannya.
Sebagai sosok yang dikenal sebagai pemikir seni dan kebudayaan, Nirwan telah meninggalkan banyak karya hingga pemikiran, salah satu hal terbesar yang telah digagas oleh Nirwan ialah Pustaka Bergerak yang memberikan kesempatan kepada anak-anak di pelosok negeri untuk mendapatkan hal yang sama dengan anak kota terkhusus pada buku dan literasi.
Kini, raganya telah bersemayam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ulo, Desa Libureng, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Meski demikian, perjuangan panjang Nirwan takkan pernah usai. Semua karya dan gerakannya akan selalu abadi dan menjadi sumber inspirasi.
Ugi Fitri
Ditulis dari berbagai sumber