Sejak beberapa tahun terakhir, Malaria menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, tak terkecuali Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), total kasus malaria di Indonesia mencapai 94.610 kasus pada 2021.
Bahkan penyakit ini tergolong endemi karena di beberapa daerah masih banyak yang menderita malaria terutama di wilayah Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Papua, Papua Barat, serta di sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatra.
Malaria disebabkan oleh parasit Plasomodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit tersebut. Gigitan dari nyamuk membuat parasit masuk ke dalam tubuh, mengendap di organ hati lalu menginfeksi sel darah merah.
Selain melalui gigitan nyamuk, terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan malaria dapat menyebar dan menjangkiti manusia seperti melalui donor organ, transfusi darah, berbagi pemakaian jarum suntik, dan janin yang terinfeksi dari ibunya. Penderita malaria akan mengeluhkan gejala demam dan menggigil beberapa hari setelah terinfeksi.
Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berkomitmen untuk menghilangkan penyakit malaria di 35 negara yang ditargetkan tercapai pada tahun 2030. Upaya lain untuk menurunkan kasus malaria di Indonesia, telah dilakukan melalui pendekatan positif deviance atau penyimpangan positif.
Penelitian ini diusung oleh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas Prof Dr drg A Arsunan Arsin Mkes dalam penelitiannya di tahun 2019 yang berjudul “Identifikasi Dan Penguatan Dari Penyimpangan Positif: Upaya Menurunkan Angka Kejadian Malaria Di Pulau Selayar”.
Dalam wawancaranya bersama Reporter Identitas Unhas, Ilham Anwar pada Kamis, (16/6), ia menyampaikan melakukan penelitian ini karena fenomena penyakit malaria di beberapa tempat tidak dapat dikendalikan dengan baik.
“Karena fenomena tersebut, salah satu aspek yang saya amati bahwa bisa ditemukan pola kehidupan positif pada masyarakat yang secara tidak sadar dapat mengurangi kasus Malaria,” ungkap Arsunan.
Pada umumnya penyimpangan positif atau positif deviance adalah kebiasaan yang dilakukan masyarakat tanpa sadar tapi dapat membawa manfaat untuk dirinya sendiri, khususnya untuk daerah pedesaan. Di beberapa tempat, tidak jarang diantara mereka masih berpegang pada ritual keagamaan atau leluhur seperti membakar sabut kelapa untuk mengusir roh jahat, kegiatan yang mungkin saja bagi sebagian masyarakat saat ini menganggap hal tersebut merupakan suatu penyimpangan.
“Kebiasaan ini sebenarnya memberi manfaat, seperti sabut kelapa itu untuk mengusir roh di rumahnya, tanpa sadar asap dari pembakaran itu dapat menghalau masuknya nyamuk sehingga menurunkan tingkat kasus malaria,” paparnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ini menyampaikan bahwa daat melakukan penelitian bersama tim nya, ada beberapa kendala sempat ia alami. “Pada awalnya itu masyarakat heran, dan beranggapan kalau kebiasaan tersebut merupakan hal wajar. Tapi setelah kami beri pemahaman bahwa kebiasaan tersebut bermanfaat barulah mereka mengerti,” ujar Arsunan.
Sehingga penelitian Arsunan yang dilakukan di Pulau Selayar, ditemukan bahwa beberapa responden yang diambil sebagai sampel, mendapatkan hasil 81 orang diantaranya melakukan penyimpangan positif. Tapi, untuk responden yang menderita malaria lebih banyak ditemukan pada yang tidak melakukan penyimpangan positif sebanyak 74,4% dibandingkan dengan responden yang melakukan penyimpangan positif sebanyak 13,6%.
Berdasarkan hasil identifikasi penyimpangan positif, perilaku dari masyarkat yang dimaksud yakni penerapan menggunakan pakaian lengan panjang untuk menghindari udara dingin di malam hari, ternyata Ini memiliki efek positif pada pencegahan gigitan nyamuk Anopheles yang cenderung lebih aktif pada malam hari hingga dini hari.
“Ditambah lagi kondisi dari kebun, yang ditumbuhi dengan semak belukar menjadikannya tempat yang ideal bagi nyamuk untuk beristirahat, adanya ini secara tidak langsung mencegah penyakit malaria,” tambahnya.
Ia berharap penelitian ini lebih dimasifkan lagi sehingga membuat pemerintah daerah (Pemda) memahami bahwa ada kebiasaan di masyarakat yang di abaikan tapi sebenarnya bermanfaat, mengingat penyakit malaria tidak terlalu diperhatikan lagi akibat munculnya pandemi Covid-19.
“Penelitian seperti ini harus lebih diperhatikan agar Pemda juga mengetahui kalau ada perilaku masyarakat yang secara tidak sadar bermanfaat menurunkan penularan malaria, apalagi kalau kita liat dampak yang diberikan oleh penyakit ini mampu menurunkan tingkat produktifitas pekerja dan tentunya juga akan mempengaruhi perekonomian nya,” pungkas Arsunan.
Ilham Anwar