Judul : Perempuan, Negara, dan Keluarga
Penulis : E. Moraletat
Penerbit : Liberta
Halaman : 58 halaman
“Mitos kecantikan selalu dan akan terus jadi kekuattan yang mengatur dan mengasingkan perempuan, sekaligus jadi bisnis yang menguntungkan bagi kapitalisme,” Kutipan halaman 45.
Bukan lagi hal baru bahwa patriarki dianggap sebagai sumber ketidakadilan dan penindasan terhadap perempuan yang termanifestasi dalam peran tradisional yang ditetapkan oleh masyarakat dan keluarga. Patriarki juga menciptakan ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, dengan laki-laki mendominasi dalam struktur politik, ekonomi dan sosial.
Moraletat dalam buku Perempuan, Negara, dan Keluarga menyoroti integrasi feminisme ke dalam sistem kapitalis dan peran negara dalam mengendalikan gerakan feminis. Ia menyoroti kontradiksi dan ketidakadilan yang terjadi ketika feminisme diadaptasi ke dalam struktur kapitalis yang ada, serta perlunya perjuangan revolusioner dan persatuan kelas dalam mencapai pembebasan wanita
Gerakan feminis pada tahun 1970-an menantang peran tradisional dan mengutuk patriarki serta kapitalisme. Namun, gerakan ini menghadapi berbagai masalah, seperti perayaan nilai-nilai feminin yang memperkuat peran tradisional, kurangnya representasi wanita dalam politik, dan kurangnya interseksionalitas dalam mengatasi perjuangan kelas.
Kontradiksi dalam gerakan feminis juga terkait dengan peran feminin. Meskipun perempuan telah mengklaim hak untuk mengendalikan tubuh mereka sendiri, produk-produk seperti lingerie dan produk kecantikan masih memiliki pasar yang besar. Mitos kecantikan juga tetap menjadi kekuatan yang membatasi dan memisahkan perempuan, serta menjadi bisnis yang menguntungkan bagi kapitalisme.
Selain itu, pembagian gender dalam pekerjaan masih ada, terutama bagi perempuan kelas pekerja yang terbatas dalam memilih pekerjaan dengan bayaran rendah dan tidak stabil. Dalam kasus ini kaum laki-laki juga memiliki kepentingan yang besar dalam melawan patriarki, tidak akan ada revolusi yang bisa terjadi jika dalam hal ini salah satu jenis kelamin mengabaikannya.
“Jika perempuan adalah korban penindasan patriarki, maka laki-laki juga teralienasi oleh peran yang dipaksakan masyarakat terhadapnya,” Kutipan halaman 39.
Buku ini merupakan sebuah karya yang menarik dan provokatif, membahas tentang perjuangan feminisme kontemporer dan integrasinya ke dalam sistem kapitalis. E. Moraletat dengan tajam mengkritisi peran negara dalam mengendalikan gerakan feminis dan menyoroti bahwa kemenangan feminisme seringkali menguntungkan negara itu sendiri.
Buku Perempuan, Negara, dan Keluarga juga mengupas asal-usul feminisme dalam konteks kontradiksi kapitalisme dan perubahan yang dibawanya pada bidang produksi domestik dan non-domestik. Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah penjelasan yang mendalam tentang perubahan dalam wacana feminis dari masa ke masa.
Buku Perempuan, Negara, dan Keluarga menggambarkan bagaimana perjuangan feminis berfokus pada konsekuensi fisik dan emosional dari wanita yang bekerja baik di rumah maupun di pabrik. Penulis dengan jelas menuliskan bagaimana kelas penguasa menggunakan model borjuis “domestisitas” dan “konjugasi” untuk meredakan kesulitan para wanita pekerja.
Namun, perubahan-perubahan tersebut juga membawa konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti re-organisasi keluarga dan penguatan peran gender tradisional. Hal ini menyebabkan perjuangan feminis menjadi terinstitusionalisasi dan kehilangan potensinya sebagai kekuatan subversif.
Peran negara dalam mengatur dan mengendalikan keluarga dan peran gender tradisional juga menjadi sorotan dalam buku Perempuan, Negara, dan Keluarga. Mereka menunjukkan bahwa negara telah mengimplementasikan kebijakan dan undang-undang yang bertujuan untuk membentuk keluarga sesuai dengan model borjuis, dengan tujuan mengendalikan dan mengawasi kelas pekerja.
Penggunaan bahasa dalam buku Perempuan, Negara, dan Keluarga cenderung akademis dan analitis. Penulis menggunakan bahasa yang kompleks dan terperinci untuk menjelaskan konsep-konsep feminisme, kapitalisme, dan peran negara dalam masyarakat. Ia menggunakan istilah-istilah khusus seperti “patriarki,” “eksploitasi,” dan “dominasi” untuk menggambarkan realitas sosial yang kompleks .
Penulis berhasil menggambarkan dengan baik perjuangan feminisme kontemporer dan integrasinya ke dalam sistem kapitalis. Mereka secara tajam mengkritik peran negara dalam mengendalikan gerakan feminis. Dalam kesimpulannya, buku ini menekankan perlunya persatuan kelas dan perjuangan revolusioner untuk melawan eksploitasi dan dominasi.
Meskipun penulis mengkritik integrasi feminisme ke dalam sistem kapitalis, namun sayangnya buku ini tidak memberikan gagasan yang jelas tentang bagaimana menciptakan perubahan yang lebih radikal dan transformasional dalam masyarakat .
Andi Nurul Istiqamah