Dunia esports nasional kini menggaet salah satu mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai anggota timnya. Ia adalah A. Muhammad Affan Wahyudi, seorang Pro Player dari tim esports terkenal bernama Alter Ego.
Sejak kecil, pemilik nickname Yazuke ini sudah tertarik dengan gaming, walaupun awalnya ia tidak mendapat dukungan dari orang tuanya. Bahkan, ia sering dimarahi dan ponselnya pernah disita karena terlalu sering bermain game.
Ketertarikan Affan terhadap dunia esports dimulai sejak ajang Mobile Legends M1. Menurutnya, menyaksikan pemain profesional bertanding di depan banyak penonton dan meraih kemenangan adalah hal yang sangat keren.
Hal ini yang mendorongnya memainkan Mobile Legends Bang Bang (MLBB) sebagai tempat pelarian. Terkadang, ia secara diam-diam beralasan nongkrong di kafe bersama teman-temannya. Ketika mengikuti turnamen pertamanya, Affan tetap menggunakan alasan yang sama agar mendapatkan izin.
Perubahan besar terjadi ketika bergabung dengan tim lokal bernama Lamone Esports. Pemilik tim tersebut berperan penting dalam meyakinkan orang tuanya, yang akhirnya mulai mendukung Affan dengan syarat bahwa esports tidak mengganggu pendidikannya.
Pada 2022, titik balik dukungan penuh keluarga terhadap Affan pun akhirnya terjadi. Ia terpilih mewakili Kabupaten Bone dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) cabang esports di Sinjai-Bulukumba.
Memasuki dunia perkuliahan di Universitas Hasanuddin (Unhas), pria kelahiran Bone ini semakin mendalami dunia esports. Ia bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Esports Unhas dan membentuk tim serta berlatih secara intensif bersama teman-temannya.
Dari sinilah ia diperkenalkan dengan UH Askary, salah satu tim inti Unhas Esports. Banyak pengalaman berharga yang ia peroleh, mulai dari membangun Gaming House (GH) di rumahnya, hingga meraih kemenangan dalam turnamen yang diadakan salah satu operator ternama untuk mahasiswa Sulawesi.
Namun, perjalanan Affan di dunia esports tidak selalu mulus. Setelah tim UH Askary bubar, ia sempat bergabung dengan tim Renaissance bersama anggota lain bernama Rafi, Dexy, Nopal, dan Zenn. Salah satu pencapaian terbesar mereka adalah meraih posisi ketiga di Mobile Legends Indonesia Community Cup (MICC) Season 1.
Namun, masalah internal akhirnya menyebabkan tim ini bubar. Tak lama setelah itu, Dexy memberinya tawaran untuk bergabung dengan tim Butta Karaeng (BTK) Makassar, yang kemudian menjadi fase paling penting dalam kariernya. Di BTK, Affan memperoleh banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang akhirnya membawanya lolos trial (percobaan) ke tim Esports Alter Ego.
Perjalanannya menuju tim tersebut tidaklah instan. Mahasiswa Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian (Faperta) Unhas ini mendaftar ke berbagai tim yang membuka trial, seperti EVOS, Geek, dan BTR, namun dirinya harus menghadapi kegagalan berkali-kali.
Hingga akhirnya, ia berhasil mencapai tahap akhir seleksi untuk bergabung ke tim esport nasional. Beberapa hari setelahnya, Affan menerima pesan dari manajer tim yang mengonfirmasi bahwa ia diterima di Alter Ego. Proses seleksi yang berlangsung selama satu bulan itu pun menandai awal perjalanannya sebagai seorang Pro Player.
Menjadi seorang mahasiswa sekaligus atlet esports bukanlah hal yang mudah. Affan harus menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan pendidikan dan kariernya di dunia gaming, terutama tuntutan akademik dan jadwal latihan yang bertabrakan.
Saat masa trial, kesulitannya semakin bertambah karena bertepatan dengan jadwal Ujian Akhir Semester (UAS). Ia harus mengatur waktu agar tidak mengorbankan pendidikan maupun kariernya di esports.
Seiring dengan keseriusan kariernya, ia dihadapkan pada keputusan besar, yakni mengambil cuti kuliah. Keputusan ini tidak hanya sulit bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang tuanya.
“Awalnya orang tua saya bingung karena mereka tidak tahu-menahu soal dunia esports. Itu saja minta persetujuan ke orang tua butuh lima hari lebih soalnya dicari tahu dulu Alter Ego Esportsn ini menjanjikan apa tidak,” tuturnya, Rabu (26/02).
Menurut Affan, persaingan di dunia esports sangatlah ketat. Untuk tetap kompetitif, ia selalu bermain dengan ikhlas dan memberikan yang terbaik tanpa menganggap lawan sebagai musuh. Baginya, melihat pesaing sebagai teman adalah pilihan yang lebih baik agar tidak ada emosi negatif yang dapat menghambat perkembangan.
Menurutnya, perkembangan esports di Indonesia telah melaju pesat dan membuka peluang bagi siapa saja yang ingin berkarier di bidang ini. Namun, ia juga mengingatkan para mahasiswa yang tertarik terjun ke bidang yang digelutinya itu, untuk mempertimbangkan kembali prioritas mereka sebelum mengambil keputusan besar.
Meskipun telah berkarier di esports, Affan belum memiliki ketertarikan pada bidang lain seperti coaching, streaming, atau manajemen tim. Baginya, esports bukan sekadar bermain game, melainkan sebuah kompetisi profesional yang menuntut keterampilan, strategi, dan kerja sama tim yang tinggi.
Sebagai pesan bagi teman-teman yang bercita-cita menjadi pro player, Affan menekankan pentingnya semangat, komitmen, dan konsistensi. Menurutnya, kesuksesan di dunia esports tidak bisa diraih dengan kemalasan, melainkan dengan kerja keras dan dedikasi yang tinggi.
“Tetap semangat meraih cita-cita, lakukan dengan sungguh-sungguh, dan jangan pernah malas!” ujarnya menutup kisahnya.
Afifah Khairunnisa
