Sejak tahun 2004 Unhas telah mencanangkan program pengembangan bagi mahasiswa baru. Awalnya program tersebut dinamai BSS (Basic Study Skill). Program ini telah tiga kali berganti nama disertai penambahan konsep.
Dr Arlina B Latief MSc, Ketua tim penyusun BSS pertama juga ketua Bimbingan dan Konseling ini mengatakan, program BSS sangat dibutuhkan mahasiswa dalam memanajemen waktu yang baik disamping memiliki skill. Ia juga menambahkan di negara maju sekalipun program BSS ini masih tetap diberikan dan memang terbukti membantu.
Namun penyelenggaraan BSS terus didampingi berbagai masalah dan rintangan ikut mewarnai pelaksanaan program ini. Bahkan hingga saat ini. 2004 merupakan tahun perdana BSS diselenggrakan, berdasarkan bundel identitas yang berjudul Catatan Perdana Basic Skill Study, edisi awal Oktober tahun 2004 menuliskan, masih banyaknya evaluasi yang perlu dilakukan oleh pihak penyelanggara. Pun diiyakan oleh Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof Ambo Ala pada saat itu. “Memang pelaksanaannya tidak sesuai perencanaan,” katanya.
Tercatat 245 dosen Unhas masing-masing mendapatkan tanggungjawab satu materi. Pembagiannya pun telah diatur secara merata. Untuk materi hakikat belajar ditangani 75 orang, belajar dan kuliah dipegang 70 orang, belajar dari buku teks diasuh 80 orang serta belajar dari internet dan praktikum masing-masing diberikan kepada 50 orang. Pembagian ini telah diatur sedemikian rupa di dalam jadwal sehingga setiap dosen dipastikan mendapat giliran dan ruang. Jumlah ruangan yang disediakan 109 kelas.
Walaupun dikatakan telah terbagi secara merata, akan tetapi berbanding terbalik dengan realita di lapangan. Masih saja ada dosen yang tak kunjung datang di beberapa kelas. Akan tetapi Ketua Penyelenggara BSS, DR Ir Dadang Ahmad MSc menampik keluhan mahasiswa terkait tidak adanya dosen yang datang. Pernyataannya pun kembali menyerang mahasiswa. “Jumlah mahasiswa yang tidak hadir lebih besar ketimbang kekosongan materi,” terangnya.
Kendala kehadiran mahasiswa pun tak henti-hentinya menjadi bahan evaluasi tim penyelanggara. Di tahun ke tiga penyelenggaraannya yakni tahun 2006, kehadiran mahasiswa pun masih sangat minim. Padahal Pemateri BSS (dosen) tahun itu sangat selektif pemilihannya. 85 dosen terpilih telah memenuhi syarat yang ditentukan penanggungjawab program, mengikuti Trainer Of Trainer (TOT).
Sebenarmya mahasiswa yang terdaftar sekitar 3728 mahasiswa baru namun hanya segelintir orang yang mengikuti program BSS ini. Di setiap hari Jumat dan Sabtu. Disebutkan langsung oleh ketua BSS, intensitas kehadiran mahasiswa itu disebabkan oleh bertepatannya dengan pengaderan di fakultas.
“Dosen yang mengajar BSS sangat rajin, sedangkan mahasiswa sangat kurang. Terkadang hanya lima orang saja yang datang,” ungkap Rabbayani mahasiswa baru angkatan 2005 yang dikutip dari bundel identitas edisi akhir April 2006.
Melihat program tak pernah berjalan sesuai yang diharapkan, Ir Nasarudin Salam MT, Pembantu rektor III saat itu mengatakan, BSS ini akan dimasukkan satu poin untuk kegiatan ekstrakulikuler.
M Saleh AF Wakil Ketua BSS pun mengatakan kedepannya akan ada general BSS Unhas. Akan ditetapkan dalam kurikulum setiap fakultas dalam pengembangan skill mahasiswa, semata agar mahasiswa dapat antusias dalam mengikuti program BSS ini.
Setelah melewati tujuh tahun pelaksanaan, pada 2012 BSS berganti nama menjadi BCSS (Basic Character Study Skill). Tidak hanya berubah nama tapi juga materi, disamping itu juga diresmikannya pula Pusat Pengembangan Pendidikan Karakter (P3K), ini untuk menanamkan karakter Maritim sesuai visi Unhas. Pengelolah P3K akhirnya yang ditunjuk untuk melaksanakan BCSS selanjutnya.
Nama baru ini ikut menyisipkan konsep pendidikan karakter berdasarkan MARITIM singkatan dari Manusiawi, Arif, Religius, Integritas, Tangguh Inovatif, dan Mandiri, ke dalam program BCSS. “Pendidikan karakter ini sebagai tolak ukur mahasiswa untuk memperbaiki peringkat Unhas di Indonesia, dengan cara memperbaiki input untuk menghasilkan output yang baik dengan mengubah cara belajar dan mindset mahasiswa, sehingga dapat cepat terserap di dunia kerja. Karena dengan karakter yang jelek, mahasiswa akan gagal,” jelas Nasarudin kala itu, Jumat (9/8), dalam bundel identitas tahun 2012.
Masalah kehadiran mahasiswa pun akhirnya tak lagi terdengar. Unhas telah menetepkan program pengembangan ini sebagai hal wajib diikuti semua mahasiswa baru.
Kemudian di tahun 2017, BCSS kembali berganti nama menjadi Balance (Basic learning skills, character & creativity). Perbedaan dari tahun sebelumnya, penambahannya ada pada creativity. Untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam berpikir dan berinovasi.
Namun 2017 lalu sebagaimana tercatat dalam berita identitas bulan Februari, tahun pertama Balance diadakan telah mendapat masalah. Kali ini berbeda dari berdasarkan data bundel identitas sebelumnya.
Beberapa bulan sebelum pelaksanaan Balance, Rektor Unhas mengeluarkan surat keputusan tentang pengangkatan dan penetapan biaya kegiatan bagi tutor pendamping instruktur pelatihan Balance tingkat Fakultas. Tercatat dalam surat keputusan, 179 tutor terdaftar dari 14 fakultas di Unhas dan pada poin tiga menyatakan untuk kelancaran pelaksanaan bagi yang bersangkutan diberikan biaya kegiatan sebesar Rp 50 ribu per hari kepada tiap orangnya. Biaya ini dibebankan pada anggaran Biaya Penyelenggaraan (BP) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Badan Hukum alokasi Unhas tahun 2017.
Namun sejak berakhirnya kegiatan dana honor tutor dan instruktur tak kunjung cair. Akibatnya menuai protes. Salah satu instruktur BALANCE, Elvita Belanni mengharapkan dana tutor dan instruktur cepat cair dan tidak berlarut-larut.
“Kita tak punya mata anggaran tetap untuk honorer. Sehingga kita sudah proses dan sudah selesai. Kita perlu menunggu waktu saja anggaran tutor ini agak sempit waktunya,” terang Suprihadi, Kepala Biro Kemahasiswaan menanggapi hal tersebut.
Renita Pausi Ardila