Di era digital seperti sekarang, data telah menjadi “mata uang” baru. Setiap hari, kita disuguhi angka, grafik, dan informasi dari berbagai sumber, seperti berita ekonomi, survei sosial, hingga laporan riset ilmiah.
Sayangnya, saat ini tidak semua orang mampu membaca data dengan benar. Banyak yang hanya melihat angka tanpa memahami maknanya, bahkan terkadang salah menafsirkannya.
Melihat fenomena tersebut, membuat kemampuan literasi statistik menjadi kebutuhan penting di lingkungan akademik. Oleh karena itu, Pojok Statistik Universitas Hasanuddin (Unhas) hadir menjadi solusi sebagai ruang belajar, konsultasi, dan pelayanan data bagi seluruh civitas academica.
Lembaga ini berdiri pada tahun 2019 sebagai hasil kerja sama antara Badan Pusat Statistik (BPS) dan Unhas. Tujuan utamanya sederhana, yaitu meningkatkan literasi statistik di kalangan mahasiswa, dosen, dan peneliti.
Koordinator Umum Pojok Statistik Unhas, Anugrah Nur Isnaeni, mengatakan, layanan ini dirancang agar masyarakat kampus bisa lebih mudah mengakses data BPS, sekaligus belajar cara mengolahnya.
“Kalau dulu orang bingung cari data, sekarang cukup datang ke Pojok Statistik,” kata Anugrah, Jumat (24/10).
Awalnya, Pojok Statistik hanya dikelola oleh mahasiswa dari Departemen Statistika. Namun, seiring berkembangnya waktu, ruang ini makin terbuka.
Perekrutan agen kini melibatkan mahasiswa dari berbagai program studi di rumpun Sains dan Teknologi. Pada tahun 2025, jumlah agennya sudah mencapai 32 orang.
Hal ini menjadi bukti semangat literasi data bukan hanya milik mahasiswa statistik, tetapi milik semua yang ingin memahami dunia lewat angka.
Setiap harinya, tiga agen bertugas menjaga Pojok Statistik dari Senin hingga Jumat, pukul 10.00 sampai 13.00 WITA. Mereka melayani berbagai kebutuhan, seperti konsultasi penelitian, pembuatan kuesioner, hingga analisis data.
Menariknya, meskipun layanan ini sudah aktif beberapa tahun, sebagian mahasiswa Unhas masih belum tahu bahwa mereka bisa datang dan berkonsultasi gratis.
“Kendalanya mungkin dipromosi, tetapi kalau dosen sendiri sudah banyak yang tahu dan sering datang. Mahasiswa masih belum terlalu familiar,” tuturnya.
Salah satu bentuk kontribusi nyata lembaga ini terlihat dari kolaborasinya dengan Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Kala itu dosen Sastra Mandarin pernah meminta bantuan Pojok Statistik untuk menyusun kuesioner penelitian mengenai pengaruh dukungan eksternal terhadap pembelajaran bahasa Mandarin di SMA. Para agen pun membantunya dari tahap desain kuesioner hingga analisis hasilnya.
Selain layanan konsultasi, Pojok Statistik Unhas juga dikenal lewat berbagai kegiatan edukatif. Salah satu program unggulannya yaitu “Barani Statistik”, sebuah webinar kolaboratif dengan BPS yang berhasil menarik seribu peserta.
Acara ini membuka ruang dialog antara akademisi dan praktisi statistik, sekaligus memperluas pemahaman masyarakat tentang pentingnya data dalam kehidupan sehari-hari.
Para agen juga aktif membuat infografis dan video grafis yang dipublikasikan di Pojok Statistik Virtual, platform daring tempat berbagi hasil olahan data dengan tampilan visual menarik.
Melalui cara ini, Pojok Statistik tidak hanya berfungsi sebagai ruang konsultasi, tetapi juga sebagai sarana literasi publik yang kreatif.
Fenomena meningkatnya kebutuhan data membuat keberadaan Pojok Statistik terasa semakin relevan. Di tengah situasi informasi semakin mudah tersebar tanpa verifikasi, kemampuan memahami dan menggunakan data menjadi bentuk literasi baru yang menentukan kualitas berpikir masyarakat.
Kampus sebagai pusat ilmu tentu memiliki tanggung jawab untuk menumbuhkan budaya berpikir berbasis data dan di titik inilah Pojok Statistik hadir sebagai jembatan antara teori dan praktik.
Pojok Statistik bukan hanya lembaga kampus biasa. Ia berdiri di bawah dua payung universitas dan BPS.
“Karena dibawahi langsung oleh BPS, jadi akses ke data nasional lebih mudah dan cepat,” pungkasnya.
Pojok Statistik Unhas ingin memperluas programnya agar tidak hanya sebatas konsultasi. Selain itu, mereka juga akan mengadakan lomba statistik, pelatihan software, hingga kegiatan lintas fakultas.
Meski fasilitas masih bergantung pada dukungan BPS, semangat untuk mengembangkan ruang ini terus tumbuh dari para agen yang setiap hari menjaga layanan dengan komitmen tinggi.
Menurut Anugrah, indikator keberhasilan Pojok Statistik bukan diukur dari penghargaan atau kompetisi, melainkan dari seberapa banyak orang yang tahu dan datang untuk belajar.
Kehadiran Pojok Statistik Unhas menunjukkan, di tengah derasnya arus digitalisasi, kampus tidak boleh hanya menjadi konsumen data, tetapi juga produsen pengetahuan yang sadar akan pentingnya validitas dan literasi.
Ismail Basri
