Berjalan di titian tambak yang kayunya sudah lapuk telah menjadi kebiasaan Daeng Itung, salah satu petambak yang menggantungkan hidupnya dari hasil penangkaran ikan air tawar di Sungai Jeneberang, Gowa. Sejam menjelang adzan maghrib, tanpa mengenakan baju, ia berkeliling menyusuri petak kolam untuk menyortir, serta memberi pakan ke ikan yang nampak kelaparan tersebut, Selasa (19/09).
Jaring yang telah dipeta-petakan berdasarkan jenis dan ukurannya itu diisi oleh ribuan ikan air tawar, mulai dari lele, nila, dan koi. Dari tiga jenis ikan yang dibudidaya, lele merupakan komoditas andalan yang ia panen sebanyak satu ton per bulannya.
Hasil penjualan tersebutlah yang membuat Daeng Itung mampu membiayai dua anaknya yang masih sekolah di salah satu pondok pesantren di Gowa.
Demi menghindari pencurian yang kerap kali terjadi pada petambak di bawah jembatan besi yang membelah jeneberang tersebut, Daeng Itung bersama istrinya memilih untuk tinggal di rumah sempit yang bersebelahan dengan tambaknya.




Foto dan Naskah: Achmad Ghiffary M