Minggu, 14 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Ulasan Civitas

Polemik Metode “Cuci Otak” Alumni Unhas, Promotor dr Terawan Beri Penjelasan

6 April 2018
in Civitas, Kampusiana
Polemik Metode “Cuci Otak” Alumni Unhas, Promotor dr Terawan Beri Penjelasan

Promotor dr Terawan sewaktu menjadi mahasiswa S3 Fakultas Kedokteran Unhas, Prof dr Irawan Yusuf melakukan konferensi pers soal kontroversi metode cuci otak dr Terawan di Ruang Rapat Lt 6, Jumat (6/4). Foto: Norhafizah/identitas

Editor Khintan

Salah satu Alumni Unhas, dr Terawan Agus Putranto saat ini menjadi pembicaraan  di berbagai media dan memunculkan berbagai reaksi dari kalangan masyarakat. Hal ini terjadi setelah dikeluarkannya surat pemecatan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Prof dr Irawan Yusuf sebagai  salah satu promotor Terawan ketika menempuh pendidikan doktoral di Fakultas Kedoteran Unhas angkat bicara terkait hal tersebut di Lantai 6 Gedung Rektorat Unhas, Jumat (6/4).

Terawan membuat disertasi terkait metode “cuci otak” atau Digital Substracion Angiography (DSA ) untuk membersihkan sumbatan pada otak. Adanya sumbatan menyebabkan aliran darah pada otak macet hingga menyebabkan saraf dalam tubuh tidak dapat bekerja dengan baik. Kemudian melalui metode DSA menggunakan cairan heparin untuk membersihkan pembuluh darah hingga menjadi bersih dan normal kembali.

BacaJuga

Sasjep FIB Unhas Gandeng Pegadaian Sosialisasikan Literasi Keuangan

Dekan Apresiasi Inaugurasi Fapet Unhas: Tema yang Diangkat Bagus

Namun akhirnya menimbulkan kontroversi karena selama ini DSA hanya dapat digunakan untuk diagnostik bukan untuk terapi. Sedangkan Terawan menggunakanya untuk terapi.

“Ini semua adalah konsekuensi dari perkembangan ilmu kodekteran yang sangat cepat, sehingga batas-batas keilmuan itu jadi kabur.  Tadinya hanya bisa dilakukan oleh ilmu ini, sekarang bisa dilakukan oleh ilmu ini. Sementara itu, kita belum punya regulasi yang mengaturnya,”jelas Irawan.

Irawan juga menegaskan bahwa disertasi Terawan telah melalui metode penelitian sesuai dengan standar ilmiah. Ia menjelaskan bahwa walau Terawan dianggap melanggar kode etik Ikatan Dokter Indonesia (IDI), namun secara akademik tidak ada masalah.

“Dari sudut ilmiah, metode dan cara yang digunakan semua itu sudah sesuai standar (akademik), kalau seseorang masuk S3 itu dia harus melakukan ini melakukan itu, ada standarnya,”ungkapnya.

Lebih lanjut Irawan menjelaskan bahwa sebuah metode pengobatan dapat digunakan secara luas setelah melakukan uji klinik dengan mengambil subjek secara acak atau biasa disebut dengan randomize clinical trial.

“Perlu kita ingat bahwa hampir semua terobosan-terobosan dalam dunia kedokteran hampir selalu dimulai dengan kontroversi, nah kontroversi ini harus diselesaikan dengan riset. Riset itu butuh waktu lama, masalahnya metode ini sudah digunakan,”tambahnya

Ia beranggapan bahwa adanya kejadiaan ini lebih kepada kurang terjadinya komunikasi antara Terawan dan IDI. “Saya kira, ini persoalannya adalah lebih pada aspek komunikasi. Jika Terawan dan teman-teman di IDI bisa membangun komunikasi yang baik, saya kira kasus ini tidak akan terjadi,”tutupnya.

Reporter: Norhafizah

Tags: Fakultas kedokteranUniversitas Hasanuddin
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Lagi, Pencuri Tas di Musala Unhas Tertangkap

Next Post

Infografis: SYL Diberikan Gelar Profesor, Dosen Unhas Tidak Setuju

Discussion about this post

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In