Pusat Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin, menyelenggarakan bincang-bincang lingkungan secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Sabtu (25/07). Kegiatan tersebut mengusung tema “Gagasan dan Konseptualisasi untuk Pemulihan Lingkungan Secara Efektif (Studi Kasus Banjir Bandang Masamba)”.
Hadir sebagai narasumber, Ir Syamsul Arifin Lias MSi, Dr Eng Ir Farouk Maricar MT PU-SDA, dan Dr Ir M. Rijal Idrus MSc.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan tersebut dibuka Kepala PPLH Unhas, Prof Dr Rer Nat Ir A.M. Imran. Lewat sambutannya, beliau menjelaskan diskusi ini merupakan ruang untuk membahas permasalahan lingkungan, yang pada kesempatan kali ini difokuskan pada bencana banjir yang melanda Masamba.
“Kegiatan ini akan digelar setiap pekan, dengan maksud sebagai sarana bertukar informasi dan juga membahas mengenai permasalahan lingkungan yang saat ini menjadi trend di masyarakat untuk mencari solusinya,” jelas Prof Imran.
Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan mendengarkan paparan dari Syamsul yang membahas mengenai “Sumberdaya Pertanian dan Responnya Terhadap Lingkungan”.
Dalam materinya, Syamsul menuturkan sektor pertanian memiliki kontribusi besar dalam kehidupan masyarakat. Secara nasional, sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar ketiga dalam struktur PDB Indonesia dengan porsi 12.84% pada kuartal pertama tahun 2020.
Pemerintah sendiri telah mengemukakan berbagai program di sektor pertanian seperti nawa cita, ketahanan pangan, konsratani, triple helix dan beberapa program lainnya guna mewujudkan kedaulatan pangan nasional.
Untuk di Luwu Utara sendiri, sektor pertanian penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mencapai 54.3%. Sektor pertanian merupakan prioritas pembangunan di Luwu Utara. Sebagai penyumbang pangan nasional, Luwu Utara memiliki lahan sawah yang luasnya mencapai 28.970,9 ha (2019) dengan luas tanam 49.005,8 ha dan luas panen 46.008,8 ha.
“Dampak bencana di Masamba berpengaruh pada sektor pertanian. Tanaman pertanian mengalami puso dan gagal panen, terutama pada lahan yang letaknya di daerah sempadan sungai. Selain itu, kehilangan lahan produktif dan pendapatan serta ancaman kekurangan pangan dan sektor lainnya,” jelas Syamsul.
Di akhir materinya, Syamsul memberikan beberapa rekomendasi untuk mengantisipasi kejadian serupa. Di antaranya, meminimalisir dan menghentikan praktek konversi lahan pertanian produktif dan mengoptimalkan lahan tidur yang dikuasai daerah untuk kegiatan pertanian produktif. Selain itu, juga monitoring alur sungai di wilayah hulu dengan teknologi drone utamanya pada musim hujan serta melakukan kajian terhadap kemampuan lahan dan kebijakan penggunaan lahan di daerah sempadan sungai.
Materi kemudian ditutup oleh Farouk, yang membahas tentang “Pengelolaan Sumberdaya Air Berwawasan Lingkungan” dan Rijal yang membahas “Dinamika Estuaria Sebagai Mediator Lingkungan Darat dan Laut”.
Wandi Janwar