Tim Fakultas Pertanian (Faperta), Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Pengabdian Masyarakat Program Kemitraan Masyarakat (PKM) LPPM Unhas bekerja sama dengan Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek).
Pengabdian bertajuk “Produksi Benih dan Beras Hitam Fungsional dengan Pertanian Organik di Kelompok Tani Wanuae” bertempat di Desa Samaelo, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone. Kegiatan ini telah berjalan dari Juni hingga Desember mendatang.
Tim yang diketuai oleh Dosen Faperta, Dr Ifayanti Ridwan Saleh SP MP beranggotakan dua Dosen Faperta yakni Prof Dr Ir Muh Farid BDR MP dan Dr Muh Fuad Anshori SP M Si serta beberapa mahasiswa.
Dalam wawancaranya pada Jumat (30/09), Ifa menyampaikan bahwa pengabdian ini terlaksana karena melihat potensi yang besar dari Kelompok Tani Wanuae. Kelompok ini beranggotakan 25 orang dengan hamparan sawah seluas 40 hektare.
Mereka mengusahakan padi sebagai komoditi utama serta kedelai sebagai komoditas sampingan. Di sekitar kegiatan pertanian banyak terdapat limbah kotoran sapi, limbah pupuk kandang ayam, sekam bakar penggilingan padi, limbah Jerami padi yang dibakar setiap selesai panen dan semuanya belum di pernah dimanfaatkan.
“Informasi yang kami terima bahwa permasalahan yang dihadapi mereka adalah adalah rendahnya produktivitas padi, harga gabah rendah saat panen, dan kelangkaan pupuk,” ungkapnya
Permasalah lain yang tiap tahun dialami adalah kelangkaan pupuk saat musim tanam dan keterlambatan ketersediaan pupuk setelah tanam tanpa ada alternatif pemupukan selain menunggu penyaluran pupuk.
“Sementara jika kita lihat, banyak tersedia bahan baku untuk pembuatan, daripada menunggu pupuk yang lama, sebaiknya membuat sendiri dari bahan yang tersedia, tapi mereka belum paham cara memproduksi dan mengaturnya,” ujar Ifa.
Kelompok tani ini sangat berpeluang dalam pengembangan usaha perbenihan padi hitam karena pemilik modal besar dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hanya bergerak pada benih padi komersial dan penggilingan beras putih. Sementara padi hitam belum ada yang mengembangkan di Kabupaten Bone, baik untuk benih maupun beras hitam.
“Belum lagi masyarakat yang butuh beras hitam harus pesan dari Makassar dengan harga 25.000 perkilo, belum lagi pengirimannya. Jadi, sangat berpotensi jika kelompok tani ini kita bina untuk produksi beras dan benih padi hitam,” ungkapannya.
Dari beberapa hal itu, pengabdian yang dilakukan yakni membina Kelompok Tani Wanuae melalui pelatihan pembuatan kompos, biopestisida, pupuk organik cair (POC), demplot padi hitam fungsional baik dari segi teknik budidaya maupun perbenihannya.
Benih awal yang digunakan adalah padi hitam varietas umur genjah (Jeliteng) yang memiliki produktivitas tinggi. Kegiatan yang dimulai dari sosialisasi, pengolahan tanah, persemaian, pelatihan, penanaman, penyiangan, penyemprotan produk hasil pelatihan, perawatan dan panen menghasilkan benih sebesar 3000 kg dan beras 1500 kg.
“Untuk produksi kompos sebesar 3000 kg, 1000 kg biochart dan 100 botol POC, yang kemudian diaplikasikan pada budidaya padi hitam, sisa produksi kemudian dilakukan pendampingan lagi dalam hal pengemasan, pelabelan serta pemasaran sehingga menambah nilai tambah limbah menjadi ekonomi produktif berbasis sumber daya alam,” jelasnya.
Target khusus yang ingin dicapai pada program ini, agar terbentuknya Desa Mandiri benih padi hitam berkualitas dan pupuk organik secara lokal sebagai suatu unit usaha kelompok tani yang dapat menyuplai benih dan pupuk kepada petani di Kabupaten Bone.
“Harapan kami agar petani Wanuae bisa secara mandiri memproduksi beras hitam, melalui itu kemudian meningkatkan pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani,” tutupnya.
Nurul Hikma