“Lakukan yang terbaik, dan serahkan sisanya kepada Tuhan.”
Begitulah yang diungkapkan Wakil Rektor Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis, Prof Dr Eng Ir Adi Maulana ST M Phil. Ia merupakan sosok yang cerdas, hal ini dibuktikan dengan gelar akademiknya, guru besar Geologi.
Kecintaannya dengan geologi berawal dari kecil, ia terkesima dengan beragam fenomena alam sekitar yang indah nan beragam, berbagai jenis pegunungan menjulang tinggi, lautan, fosil-fosil hingga mineral-mineral, membuatnya jatuh hati pada Ilmu Bumi.
Sedari menduduki bangku sekolah menengah atas (SMA) cintanya pada fenomena-fenomena alam semakin bergejolak, perasaan itu kemudian menciptakan mimpi besar baginya untuk menjadi seorang ahli ilmu bumi di masa depan.
Setelah menamatkan SMA, untuk memenuhi mimpinya sebagai ahli ilmu bumi, menuntunnya untuk mengambil program studi S1 Teknik Geologi di Universitas Hasanuddin. Karena sangat menyukai bidang ini, Adi bahkan tercatat sebagai lulusan tercepat S1 Teknik Geologi di Unhas pada tahun 2002.
Kegemaran dan semangat mengajar membuatnya diangkat menjadi dosen. Sembari mengajar, ia sebagai dosen Fakultas Teknik Unhas juga melakukan berbagai riset penelitian. Hingga pada akhirnya pria kelahiran April 1980 ini mendapat beasiswa Australian Development Scholarship (ADS) dari Australia untuk melanjutkan pendidikan S2 di Australian National University, Canberra pada tahun 2007.
Kecintaan terhadap ilmu geologi memberi Adi kesempatan melanjutkan pendidikan S3 dengan beasiswa MEXT dari pemerintah Jepang. Pendidikannya kali ini ditempuh di Kyushu University, Fukuoka yang diselesaikannya pada tahun 2013.
Ilmu yang didapatkan dari berbagai negara, membuatnya kaya pengetahuan yang disalurkan melalui riset-riset penelitian, tidak jarang riset ini menghasilkan temuan-temuan baru di Sulawesi Selatan.
“Mungkin karena senang dengan ilmu ini dan geologi menjadi minat dan hobi, saya sangat menikmati belajar geologi terutama bebatuan,” ucap Adi antusias saat diwawancara, Jumat (14/10).
Di usianya yang masih tergolong muda, ia telah memiliki kompetensi sebagai guru besar, bahkan termuda di Indonesia.
“Jadi pada saat saya berumur 38 tahun saya diusulkan menjadi guru besar, dan akhirnya SK saya keluar pada umur 39 tahun, usia ini tercatat sebagai guru besar bidang ilmu geologi termuda di Indonesia,” jelasnya.
Dengan segala temuan, riset, dan inovasi membuat Adi menjadi sosok yang berperan besar dalam Ilmu geologi tidak hanya di Sulawesi Selatan, juga Indonesia. Oleh karena itu, Adi dinominasikan sebagai perwakilan Indonesia dalam International Visitor Leadership Program di USA, oleh kedutaan besar Indonesia di Amerika. Bahkan, dalam program leadership ini Adi adalah satu-satunya akademisi yang menjadi delegasi.
Melihat potensi Adi, Rektor Unhas terpilih memercayainya untuk bertanggung jawab sebagai wakil rektor bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan dan Bisnis. Dijajaran wakil rektor Unhas 2022, Adi merupakan wakil rektor termuda.
Bukan pekerjaan yang asing lagi bagi Adi untuk menjadi seorang pemimpin. Pasalnya, ia pernah menjadi ketua himpunan dan pernah dicalonkan sebagai ketua senat di Fakultas Teknik semasa kuliah.
Kesibukan dan kepadatan kerja, dari berbagai posisi yang dijalani Adi mengharuskannya mengatur waktu sebaik mungkin. Namun ini bukan hal baru bagi Adi, karena ilmu manajemen waktu telah ia terapkan sejak menempuh pendidikan S1. Bahkan, walaupun Adi sangat aktif dalam organisasi, Adi mampu menyelesaikan pendidikannya dengan cepat karena mampu mengatur waktu.
“Intinya adalah manajemen waktu, tentunya hal itu tidak akan diraih dengan mudah jika kita tidak punya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri,” tambah Adi.
Kesuksesan Adi di berbagai posisi ini tidak terlepas oleh manis pahit deretan kejadian. Saat berkuliah orang tuanya harus menanggung beban lebih karena dengan dua saudara Adi lainnya juga berkuliah. Membuat Adi harus hidup dengan kiriman orang tua yang sangat terbatas. Namun, justru dengan keterbatasan itulah Adi sering bekerja membantu proyek dosen yang membuatnya semakin inovatif, dan mendapatkan uang jajan lebih.
“Pesan yang ingin saya sampaikan justru jangan sampai keterbatasan yang kita punya kemudian menghalangi kita untuk bisa berprestasi,” tambah Adi.
Namun, segala rintangan itu ditanggapi dengan santai oleh Adi. Pasalnya, Ia selalu memegang teguh pada prinsip Do your best, and let god do the rest.
“Sebenarnya saya orang yang mengalir seperti air, jadi apa yang ada dihadapan saya kerjakan. Jika kita sudah berusaha maksimal kemudian ternyata hasilnya tidak sesuai keinginan, rasa kecewa itu akan muncul bila tidak berserah pada Tuhan,” jelasnya.
Rentetan keterbatasan secara berkala yang dialami Adi, nampaknya serupa dengan pengalaman yang dialami BJ Habibie sewaktu ia menempuh pendidikan di Jerman. Kesamaan tersebut membuat Adi menjadikan BJ Habibie sebagai role model untuk keluar dari zona nyaman dan meraih mimpinya.
“Saya merasa potensi Indonesia itu sangat besar cuma mungkin belum dikelola maksimal. Mudah-mudahan diberikan umur panjang kesehatan dan kemampuan untuk memberi kontribusi pemikiran dan tindakan, terutama dalam bidang ilmu saya,” pungkas Adi.
Yaslinda Utari Kasim