Guru Besar Bidang Ilmu Geologi Struktur dan Tektonik Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Eng Ir Asri Jaya Hs ST MT IPM menghembuskan napas terakhirnya pada 25 Agustus 2023 lalu. Pria kelahiran Atapange, 24 September 1969 itu dikenal sebagai sosok pekerja keras, pantang menyerah, dan memiliki ambisi yang kuat.
Sebelum mencapai puncak kariernya, Asri mengawali perjalanan sebagai mahasiswa Sarjana Teknik Geologi Unhas. Selama itu, ia banyak menghabiskan waktunya dengan mengikuti penelitian tentang fenomena geologi.
Asri lalu melanjutkan pendidikan Magister di Institut Teknologi Bandung setelah lulus pada 1996. Kecintaannya terhadap geologi membuatnya aktif menulis buku hingga terlibat pada gerakan kemanusiaan. Hal itu terlihat ketika dirinya seringkali turun lapangan membagikan bantuan logistik kepada korban bencana alam.
Setelah tamat program Magister 2001, Asri mulai mengukir kariernya dengan menjabat sebagai Sekretaris Bidang Kemahasiswaan Jurusan Teknik Geologi pada 2002 hingga 2004 dan Anggota Komisi Disiplin (Komdis) Fakultas Teknik (FT) Unhas. Meskipun dengan berbagai pekerjaan yang diembannya, ia tetap melanjutkan studinya ke jenjang Doktor di Akita University, Jepang dan lulus pada 2014.
Semasa hidupnya, keahliannya di bidang geologi membuat Asri pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah (Pengda) Sulawesi Selatan, Barat, dan Tengah (Sultanbarteng) periode 2015-2018. Keloyalan dan prinsip kerjanya selalu menjadi alasan dibalik sejumlah tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Selain itu, ia juga sempat diberi kepercayaan untuk menahkodai Departemen Teknik Geologi FT Unhas selama dua periode, terhitung sejak 2014 sampai 2022. Di bawah kepemimpinannya, Asri berhasil mengembangkan dan membawa nama Departemen Geologi FT Unhas terkenal di mata dunia.
Dalam kenangan Adi Maulana sebagai rekan seperjuangannya, Asri dikenal sebagai pribadi yang loyal, penuh dedikasi terhadap almamater, dan menaruh kecintaan yang sangat besar kepada Teknik Geologi. Berkat tangan dinginnya, ia berhasil memajukan departemen dengan memperoleh sertifikasi internasional pertama semenjak Teknik Geologi Unhas berdiri.
“Saat dia menjadi ketua, Departemen Geologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, khususnya dalam hal kurikulum dan publikasi. Berkat tangan dingin beliau, Geologi Unhas yang tadinya belum banyak dikenal bisa sampai ke tingkat internasional,” ungkap Adi Maulana saat diwawancara lewat telepon, Kamis (31/08).
Ikatan pertemanan Asri dan Adi terbilang sangat erat bahkan melebih rasa persahabatan. Segala perjuangan yang mereka lalui hanya berfokus pada satu tujuan, yaitu memajukan Teknik Geologi FT Unhas. Dalam mewujudkan tujuan itu, mereka terlihat saling melengkapi dengan beban pekerjaan internal ditangani oleh Asri dan bagian eksternal oleh Adi.
“Setelah kembali dari Jepang, beliau menjadi Ketua Departemen dan saya sebagai Ketua Akreditasi Internasional. Nah semua itu kita kerjakan sama-sama karena komitmen yang begitu tinggi untuk almamater,” ujarnya.
Proses yang dilalui Asri tidaklah mudah. Di mata sahabatnya itu, Asri tidak pernah terlihat santai, ia selalu saja bekerja dan membahas tentang kondisi struktur geologi di Sulawesi. Bahkan, Asri telah menerbitkan berbagai penelitian mengenai geologi Sulawesi. Karya yang diciptakan tersebut menjadi interpretasi semangat kerja keras dan pantang menyerah yang dimiliki oleh seorang Asri Jaya.
“Karya-karya beliau itu banyak dibaca oleh orang terutama terkait penelitiannya tentang geologi Sulawesi. Semua itu berhasil ia capai berkat usahanya yang tak kenal lelah,” ucap Adi.
Kepribadian khas yang dimiliki Asri ternyata masih tersimpan dalam memori orang terdekatnya. Adi mengaku banyak belajar dari Asri tentang kerja cerdas, cepat, dan tuntas. Tak hanya itu, ambisi untuk mencapai setiap target juga terekam jelas dalam ingatan teman sejawatnya tersebut.
Kepergian sosok Asri tidak pernah terlintas di pikiran rekan seperjuangannya itu. Sebelum menjemput ajal, Asri dikabarkan pingsan di kediamannya, lalu dibawa ke Rumah Sakit Unhas. Salah satu direktur rumah sakit pun memberikan laporan kepada Adi terkait kondisi sahabatnya itu. Namun, laporan yang diterimanya menjadi kisah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Saat ditangani oleh pihak rumah sakit, denyut jantung Asri sudah sangat lemah dan tidak banyak lagi yang bisa dilakukan. Tak menjelang lama, ia pun menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pendidikan Unhas. Kini, tersisa karya dan semangat kerja keras juga pantang menyerahnya yang akan terus terkenang di hati para sahabat serta keluarganya.
Otto Aditia