Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, menjadi salah satu pembicara dalam Konferensi Diaspora Pemuda Indonesia 2018 di Jakarta, Selasa (14/8). Dalam kegiatan ini, Dwia memberikan sambutan selaku ketua Forum Rektor Indonesia.
Menurutnya, pemuda harus tahu tantangan Indonesia. Sehingga, akan ditemukan cara untuk mengatasinya.
“Intinya bagaimana kita berkontribusi untuk Indonesia. Untuk itu, kita harus tahu di mana tantangannya. Jadi tahu ke mana kita akan pergi,”jelas Dwia.
Adapun tantangan yang sedang dihadapi Indonesia, Dwia mencoba mengutip data dari Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), ada 10 tantangan. Rinciannya, penghasilan menengah, masyarakat agraris, ekologi yang selalu berubah, kelas menengah bertumbuh, cadangan energi fosil menipis, demokrasi yang masih muda, keragaman suku dan budaya,megabiodiversity, benua maritim Indonesia, dan ring of fire.
Dwia mengatakan, poin yang paling penting ialah kelas menengah bertumbuh. Ini adalah ancaman dalam hal pemerataan jaminan kesehatan yang layak.
“Bonus demografi bukan jadi bonus,” tambah Dwia.
Hal penting lain, lanjut Dwia, soal pendidikan. Menurutnya, riset Indonesia masih rendah. Sehingga, salah satu upaya untuk meningkatkannya ialah perlu dana riset yang besar.
Selain Dwia, dalam forum ini juga menghadirkan Ketua Dewan Pembina IDN-Global, Dr Dini Patti Djalal, Sekretaris Jenderal World Organization of The Scout Movement, Ahmad Alhendawi, dan pembicara lain.
Konferensi ini mempertemukan sekitar 500 pemuda dari berbagai instansi, lembaga pemerintahan, organisasi, dan universitas. Mereka akan bersama-sama merancang visi Indonesia 2045.
Selain itu, Unhas mengirimkan delapan mahasiswa dari berbagai fakultas. Mereka adalah Fadil Hidayat, Muhammad Firmansyah, Hans Glovanny Yosua Sallata, Andi Zainal Abidin, Muhmmad Ainun Fikri, Fatimah, Sri Hadriana, dan Muhammad Hafis Tafsani.
Acara ini berlangsung selama tiga hari mulai Senin – Rabu, (13-15/8).
Reporter: Sri Hadriana