“Jika saya semakin meratapi kejatuhan, maka saya akan semakin terbelenggu dari kejatuhan itu.”
Udara yang dingin tak menghalangi seorang pria asal Sengkang tersebut menyusuri jalanan yang mengarah ke kampusnya, Universitas Toyama Jepang. Sesekali ia berhenti sambil memotret bunga-bunga ataupun serangga-serangga kecil dengan menggunakan kamera yang ia beli menggunakan uang beasiswa.
Setelah menyelesaikan Sarjananya di jurusan farmasi Unhas, pria itu memang mendapatkan kesempatan mengambil S2 dan S3 nya di negeri matahari terbit, Jepang. Pria tersebut ialah Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Keuangan (WR II) Unhas, Prof Subehan SSi MPharmsSc PhD Apt yang baru saja dilantik pada Juli 2022.
Semasa berkuliah, mantan Dekan Fakultas Farmasi itu lebih banyak menghabiskan waktunya di laboratorium sebagai asisten, hal itu ia lakukan selain untuk membimbing dan mengajari juniornya, ia juga memanfaatkan kesempatan itu untuk memperdalam ilmu yang telah ia pelajari di kelas. Sebelum lulus pun, ia sudah banyak mendapat tawaran untuk menjadi asisten laboratorium di beberapa universitas dan akhirnya menjadi seorang dosen.
“Setelah lulus, saya diterima sebagai dosen di Unhas. Dari situ, Alhamdulillah mendapat kesempatan berkuliah di Jepang,” tuturnya saat diwawancara, Jumat (11,11)
Semasa kuliah S1, Prof Subehan tertarik untuk meneliti obat-obatan tradisional yang berasal dari kekayaan Indonesia secara lebih dalam. Apalagi ia berasal dari lingkungan pedesaan yang masih sangat kental dengan penggunaan ramuan tradisional untuk menyembuhkan orang yang sedang sakit. Pria asal Sengkang itu percaya suatu saat ia mampu menemukan banyak obat yang sumber bahan bakunya berasal dari tanaman tradisional.
“Kalau kita mampu untuk mengandalkan bahan tradisional sebagai bahan baku obat, maka pasti kita akan berjaya,” tegasnya.
Kecintaan dan dedikasinya membuat Prof Subehan selalu mendapat undangan menjadi pembicara di beberapa universitas di dalam maupun luar negeri untuk menjelaskan mengenai obat-obatan tradisional di Indonesia.
Deretan prestasi dan pengalamannya memimpin di jurusan dan fakultas, membuatnya dipercayai sebagai WR II. Bukan tanpa visi dan misi, ia optimis agar tata kelola di kampus-kampus Unhas, seperti yang ada di Tamalanrea, Barayya, dan Gowa lebih tertata lagi dengan perencanaan yang lebih jelas. Ia juga ingin membuat keuangan Unhas mulai dari perencanaan hingga penggunaan anggaran menjadi lebih transparan.
Walaupun di awal jabatan WR II ia sempat kewalahan, Prof Subehan perlahan-lahan mampu beradaptasi, lalu melakukan perubahan-perubahan tatanan birokrasi yang ada di bidang perencanaan, pengembangan, dan keuangan dengan berpegang pada mottonya untuk selalu belajar dan melakukan sesuatu dengan maksimal,
“Awalnya berat, namun tahap demi tahap kita lakukan perbaikan di tatanan birokrasi. Ini untuk Unhas menuju World Class University,” ucapnya.
Di balik kesuksesannya hari ini, tentu banyak tantangan yang harus Prof Subehan lewati, terutama saat akan memutuskan untuk merantau jauh dari tanah kelahiran. Tetapi dengan tekad kuat didukung prestasi-prestasi yang ia dapatkan semasa SMA, akhirnya membuat ia mendapat dukungan dari teman-teman serta keluarganya untuk berkuliah. Keterbatasan ekonomi keluarga tidak menyurutkan semangatnya dalam meraih mimpi untuk berkiprah di bidang farmasi yang telah ia sukai sejak kecil.
Disamping itu, ia pernah mengalami titik terendah di dalam karirnya saat banyak hasil penelitian yang ia lakukan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun dengan prinsip yang Prof Subehan genggam dengan kuat ia bisa bangkit dari kejatuhan tersebut.
“Jika saya semakin meratapi kejatuhan, maka saya akan semakin terbelenggu dari kejatuhan itu, karenanya saya harus tetap kuat,” kenangnya sambil mengingat kembali masa kelam yang pernah ia lalui.
Untuk menguatkan langkahnya Prof Subehan sejak dahulu selalu berusaha memanfaatkan kesempatan yang ada dengan kepercayaan yang telah diberikan dan selalu melakukan sesuatu secara maksimal tanpa memikirkan pamrihnya, serta tidak berlarut-larut dalam kegagalan.
Saat ditanya tentang siapa motivator terbesarnya, Prof Subehan menyebutkan keluarganya adalah pihak yang berperan besar dalam hidupnya. Ia juga menyarankan agar senantiasa mencintai apa yang sedang dikerjakan agar hal itu tidak menjadi beban hidup.
“Karena keluarga yang paling tahu saat kita terpuruk dan mereka juga yang memberi kita motivasi,” ucap pria yang hobi memelihara ikan hias itu.
Achmad Ghiffary M