“Beliau memiliki pemahaman agama yang sangat dalam. Sampai sekarang, saya masih simpan buku-bukunya yang ditulis dari berbagai rujukan Al-Quran dan hadits,” kenang Prof Dr Abdul Rahman Kadir, Senin (26/02).
Begitulah penuturan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengenai sosok Prof Dr H Muhammad Yunus Zain MA. Pria berdarah Bugis tersebut merupakan mantan Dekan FEB Unhas periode 2007-2009 yang telah berpulang pada 1 November 2019 lalu.
Yunus berasal dari keluarga yang sederhana dan religius. Ayahnya yang menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama saat itu telah menanamkan pondasi agama sejak kecil kepada anak-anaknya. Berawal dari situ, Yunus pun menghabiskan masa pendidikan SD di Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah (SMP), sebelum melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bone.
Pada 1981, Yunus melangkah ke dunia perkuliahan sebagai mahasiswa Jurusan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Unhas. Semasa kuliah, dirinya sudah dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas, berprestasi, dan sangat religius. Tak sedikit teman kuliahnya bahkan mengira bahwa ia lulusan pesantren.
Dua tahun setelah menyelesaikan studi sarjana pada 1985, Yunus resmi diangkat sebagai dosen Jurusan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unhas. Pada tahun yang sama pula, ia menikah dengan rekan kuliahnya, Prof Dr Rahmatia.
Yunus dan sang istri merupakan pasangan yang sangat mengutamakan pendidikan. Dua bulan setelah dikaruniai anak laki-laki, Rahmatia dengan lapang dada harus melepaskan lawatan suaminya ke Filipina untuk melanjutkan program magister dan doktoral. Yunus menjalani pendidikannya di School of Economics, University of the Philippines, Diliman-Quezon City, Manila pada 1988.
Proses belajar di negara orang tentu bukan tanpa tantangan bagi Yunus. Satu tahun pertamanya begitu berat karena tidak memiliki uang yang cukup untuk makan dan bertahan hidup di sana. Untungnya, ilmu agama yang diturunkan sang ayah membuat dirinya ditunjuk sebagai imam masjid. Dari sanalah, Yunus mulai mengumpulkan uang dan mendapat dukungan finansial juga dari beberapa kolega berkat kepribadiannya yang begitu disenangi.
Yunus kembali mengabdi ke Kampus Merah pada 1993. Berbekal pengalaman dan ilmunya, pria kelahiran Bone ini secara perlahan mengantongi sejumlah jabatan, seperti Anggota Ahli Konsorsium Ilmu Ekonomi dan Komisi Disiplin Ilmu Ekonomi Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Ketua Program Studi (Kaprodi) Magister Ekonomi Sumber Daya dan Kaprodi Doktoral Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana Unhas.
Pada 2007, Yunus diberi mandat sebagai Dekan FEB Unhas menggantikan Dr Fattah Kadir SE SU yang meninggal dunia. Meski hanya dua tahun menduduki jabatan tersebut, Rahman Kadir menilai Yunus sebagai sosok pemimpin yang religius, intelektual, dan sangat paham ilmu matematika ekonomi.
Jiwa kepemimpinan Yunus semakin terlihat ketika dirinya berani mencalonkan diri pada pemilihan rektor Unhas 2006 dan 2018. Saat kontestasi bersama Prof Dwia, ia mengatakan kepada sang istri bahwa keputusan ini merupakan wujud pengabdiannya untuk Unhas.
“Saya harus tunjukkan bahwa saya mau mengabdi untuk Unhas. Kalaupun tidak terpilih, artinya kewajiban saya untuk mengabdi sudah selesai,” ucap Rahmatia saat mencoba mengingat kembali perkataan sang suami, Senin (04/03).
Di mata keluarga, Yunus dikenal sebagai pribadi yang tenang, tidak banyak bicara, serta sangat sistematis dan terstruktur dalam bekerja. Ayah dari lima anak itu ternyata kurang suka liburan dan rekreasi. Ia lebih nyaman menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga beserta buku-buku dan jurnalnya. Dari kebiasaan itu, dirinya senantiasa mengajarkan anak-anak agar tidak hedonis dan harus memprioritaskan pendidikan.
Dalam aspek akidah, Yunus memilih mengajarkan pendidikan agama secara mandiri kepada anaknya. Ia menilai, peran orang tua sangat penting dalam membentuk akhlak anak sejak dini. Karenanya, meskipun telah belajar mengaji di masjid, Yunus tetap memastikan bacaan Al-Quran anaknya sesuai tajwid hingga benar-benar dipahami dengan baik.
Pada 2013, Yunus bersama Rahmatia menerbitkan buku berjudul Rekonsiliasi Manusia Ekonomi: Tuma’ninah vs Self-interest. Buku yang membahas tentang asal mula dan perjalanan manusia di bumi ini ditulis dengan mengacu ke Al-Quran dan hadits. Buku tersebut pula menjadi salah satu warisan Yunus untuk anak-anaknya.
“Setelah buku itu jadi, saya sudah puas. Beri tahu anak-anak bahwa buku ini adalah warisan kita. Simpan buku itu baik-baik,” pesan Yunus kepada sang istri.
Hingga di penghujung napasnya, Yunus masih sempat meminta istri dan anaknya untuk tetap bersikap tenang ketika dirinya telah tiada. Sebab baginya, manusia ketika meninggal bukan berarti dia pergi, tetapi hanya berpindah tempat.
Andi Nurul Istiqamah Bate
