Pada pertengahan Oktober 2015, saya dan beberapa rekan pengajar di salah satu sekolah bertaraf internasional di Surabaya (tahun itu saya masih mengajar di sana) berkunjung ke salah satu surga di kota Malang, yakni Pulau Sempu yang terkenal dengan Telaga Anakan.
Sejak tahun 1928, Pulau Sempu telah ditetapkan sebagai Cagar Alam, sehingga siapapun yang hendak berkunjung ke sana harus mengantongi izin dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA).
Kunjungan saya ke Pulau Sempu saat itu sudah mendapatkan izin dan masih aman untuk berwisata dengan catatan ditemani seorang guide yang pada saat itu ditemani oleh Arif (28 tahun), seorang penduduk Sumbermanjing yang sehari-hari bekerja di Pulau Sempu sebagai pemandu wisata.
Pasir Putih dan Air Bening Kehijauan di Telaga Anakan
Pulau Sempu dapat ditempuh melalui Pantai Sendang Biru, sebab perahu lebih mudah dikendalikan dari area Pantai itu. Dari Surabaya menuju wilayah Sumbermanjing (tempat Pantai Sendang Biru berada) dilalui dengan lancar, karena jalan sudah beraspal. Saat itu saya dan kawan-kawan menaiki mobil. Di Sendang Biru, kami segera menuju pusat informasi mengenai prosedur mengunjungi Pulau Sempu. Di sanalah saya bertemu dengan Mas Arif.
Setelah negosiasi harga parkir dan jasa guide (waktu itu deal dengan harga 150.000) selesai, saya dan kawan-kawan beserta Mas Arif tentunya, langsung meluncur ke perahu nelayan. Air laut di pantai sendang biru relatif tenang karena ombak ganas pantai selatan terhalang oleh kegagahan Pulau Sempu. Pantai Sendang Biru sendiri berlokasi di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
Perjalanan dilanjutkan dengan menaiki perahu yang disewakan dengan harga Rp.100.000 – Rp.150.000. Dari sinilah perjalanan seru akan segera dimulai, menikmati hamparan air Pantai Sendang Biru yang tenang diiringi deru mesin perahu dan sepoi angin yang memainkan gerak rambut. Perjalanan dari Pantai Sendang Biru menuju Pulau Sempu kira-kira tiga puluh menit.
Bagian yang cukup menguras tenaga adalah perjalanan dari dermaga Pulau Sempu menuju Telaga Anakan yang ditempuh dengan jalan kaki selama kurang lebih dua jam. Salah satu teman saya bahkan harus muntah-muntah karena kelelahan dan masuk angin. Bagian inilah yang menunjukkan sangat pentingnya peran seorang guide. “Wisatawan yang nekat tidak meminta bantuan guide bisa berputar-putar di pulau selama 4 jam, bahkan lebih,” ungkap Arif.
Di Pulau Sempu, saya dimanjakan dengan pemandangan yang masih sangat alami. Suara-suara burung dan sesekali beberapa ekor kera tampak berseliweran di antara pepohonan. “Di Pulau Sempu selain kera putih, juga terdapat spesies Lutung Jawa dan mereka semua dilindungi”, jelas Arif.
Rasa lelah perjalanan akan terbayar dengan keindahan bentang alam Telaga Anakan yang mempesona. Telaga Anakan dikelilingi oleh barisan tinggi bukit-bukit karang. Di balik bukit itulah keganasan ombak Pantai Selatan dapat disaksikan. Air di Telaga Anakan yang tenang dan sedikit hangat berasal dari air laut yang masuk lewat cela-cela lubang di bukit karang, sehingga membentuk sebuah telaga yang lengkap dengan hamparan pasir putih.
Kembali Pulang Disambut Senja yang Gemilang
Saya dan kawan-kawan kembali pulang menjelang malam di kala senja hendak datang. Terik sinar matahari yang tak lagi panas, burung-burung yang mulai bercuitan, dan menunggu warna kuning kegelapan menjadi perpaduan yang sempurna untuk berpamitan dengan Pulau Sempu. Si guide bercerita juga bahwa beberapa pengunjung terkadang menginap di pulau sambil mendirikan tenda (camping), namun harus berhati-hati dengan ular laut.
Memang benar, liburan adalah hal yang menyenangkan dan perlu dilakukan sebagai bagian dari proses penyegaran pikiran, namun pertimbangan keselamatan tetap menjadi hal yang paling diutamakan. Berlibur yang seharusnya menyenangkan akan berubah seratus delapan puluh derajat menjadi mencekam jika terlalu abai terhadap keselamatan. Sekali saja keselamatan itu hilang, maka kesempatan berlibur tidak akan pernah kembali lagi.
Kini, sejak tahun 2017 telah terbit larangan berwisata ke Pulau Sempu kecuali dalam rangka kegiatan penelitian atau kunjungan kebudayaan. Jadi, siapapun yang nekat berkunjung ke Pulau Sempu saat ini akan ditindak tegas oleh pihak yang terkait.
Tulisan ini dibuat untuk kalian yang ingin ke Pulau Sempu tapi kini dilarang atau kalian yang pernah ke sana dan kali ini rindu ingin ke sana lagi. Semoga tulisan ini mampu mengobati penasaran dan kerinduan kalian. Akhir kata, selamat menikmati dan selamat menyambut hari-hari penuh rindu pada Pulau Sempu.
Akhmad Idris
Dosen STKIP Bina Insan Mandiri Surabaya