Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin (Unhas) resmi luncurkan Lingkar Bertahan sebagai wadah bercerita dan dukungan kesehatan mental inklusif. Agenda berlangsung dalam Seminar Internasional Festival Titik Koma 2025 bertema “Mental Health as a Right: Building Inclusive Support Systems”. Kegiata bertempat di Aula Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unhas, Jumat (10/10).
Ketua Panitia, Muhammad Dedy Sasmita SH, menjelaskan, gagasan Lingkar Bertahan muncul dari kepedulian terhadap kondisi psikologis masyarakat.
Awalnya program muncul sebagai wadah sederhana bagi mereka yang merasa tidak baik-baik saja.
“Tapi kemudian kami sadar, perlu ruang yang benar-benar inklusif, tempat siapa pun bisa bercerita tanpa diskriminasi,” ujarnya, Jumat (10/10).
Di samping itu, Dedy menambahkan, nama Lingkar Bertahan lahir dari filosofi tentang kekuatan dan kebersamaan.
“Kita sering mengulang kata ‘bertahan’. Ada kalanya kita bercerita sendiri, tapi adapula saatnya bercerita dalam lingkaran. Lingkar itu seperti pelukan sebuah harapan baru,” jelasnya.
Program Lingkar Bertahan awalnya ditujukan untuk mahasiswa Unhas, namun kini telah diperluas agar dapat diakses oleh masyarakat umum. Dalam kegiatan selama empat hari, panitia juga melibatkan berbagai pihak, seperti psikolog dari Puspaga, Universitas Negeri Makassar, dan Unhas sendiri.
“Dengan peluncuran ini, kami ingin menunjukkan bahwa Lingkar Bertahan bisa dijangkau siapa saja, baik dari lingkungan kampus maupun masyarakat luas,” tambahnya.
Kedepannya, Lingkar Bertahan akan memiliki akun media sosial khusus di Instagram dan TikTok untuk mempermudah akses bagi masyarakat. Untuk sementara, informasi pendaftaran dapat ditemukan melalui akun Instagram Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin.
“Semoga Lingkar Bertahan benar-benar menjadi ruang bercerita yang hidup 24 jam untuk siapa pun yang sedang merasa tidak baik-baik saja,” tutupnya.
Suci Aulia Tenri Ajeng
