Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengenai distorsi lambang Unhas. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Rapat B, Lantai 7 Rektorat Unhas Kampus Tamalanrea, Rabu (14/9).
Hadir pada FGD, Razak Djalle selaku adik dari Mustafa Djalle yang membuat logo Unhas. Pada kesempatan itu, ia menuturkan sejarah bahwa lambang Unhas sebenarnya disayembarakan sekitar tahun 1956-1957. Sebelum lambang dibuat, ada masukan dari Gubernur Sulawesi Selatan saat itu Andi Pangerang Pettarani.
“Sebelum membuat ada masukan dari narasumber, gubernur saat itu (Andi Pangerang Pettarani). Dinamika perubahan yang tidak disengaja. Paling kelihatan ayamnya, tapi sebenarnya bukan itu yang mau ditonjolkan. Itu hanya mencerminkan Sultan Hasanuddin,” tuturnya.
Razak melanjutkan bahwa dalam bagian lambang Unhas yang ingin ditonjolkan ada pada bagian dada, yakni pohon lontara. “Lambang yang ingin diperjelas adalah pohon Lontara, itulah inti dari gambarnya.” katanya.
Lontara sendiri diyakini bahwa setiap bagiannya memiliki manfaat. “Niranya misalnya bisa dimmanfaatkan ke hal baik atau tidak, sama halnya dengan ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Razak berharap terkait logo ini bisa segera dipatenkan sehingga ada rujukan yang dapat diikuti oleh semua orang.
Muhammad Nur Ilham