Di penghujung tahun 2019, Bank Indonesia menggelar pertemuan tahunan dengan tema “Sinergi, Transformasi, Inovasi Menuju Indonesia Maju”. Pertemuan ini digelar di Hotel Claro, Makassar, Kamis (5/12).
Sejumlah tokoh penting di Indonesia hadir dalam pertemuan ini, seperti Menteri Negara Pendayagunaan BUMN tahun 1998-1999 (Tanri Abeng), Menteri Kelautan dan Perikanan Periode 2014-2019 (Susi Pudjiastuti), Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) (Bambang Kusmiarso), Wakil Ketua Umum KADIN Bidang GCG dan CSR (Dr. Suryani SF Motik), serta Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 6 Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Zulmi).
Turut hadir Wakil Gubernur Provinsi Sulsel (Andi Sudirman Sulaiman ST), Konsul Kehormatan Jerman Makassar (Oswald Sirapandji), Konsulat Jenderal Australia di Makassar (Richard Matthews), Kapolda Provinsi Sulsel (Drs Mas Guntur Laupe SH MH), Pejabat Wali Kota Makassar (Dr M Iqbal S Suhaeb), dan sejumlah kepala daerah di Sulsel.
Salah satu rangkaian acara dalam pertemuan tahunan ini ialah Leader’s Talk yang bertemakan “Memimpin Perubahan: Mewujudkan Mimpi, Membangun Negeri”. Dalam hal ini, Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, menjadi salah satu pengisi dalam segmen tersebut bersama dengan Dr Tanri Abeng SE MBA, Susi Pudjiastuti, serta Dr Suryani SF Motik.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Dwia menjelaskan bahwa di era Revolusi Industri 4.0 yang penuh kompleksitas, disrupsi, dan perubahan seperti saat ini diperlukan beragam perspektif dan pengalaman untuk menaklukkan tantangan. Seiring dengan hal tersebut, karakter kepemimpinan yang kuat, inklusif dan inovatif menjadi kunci keberhasilan.
“Pemimpin bertugas dan bertanggung jawab untuk menyinergikan seluruh potensi bangsa agar dapat digunakan secara optimal untuk menyejahterakan masyarakat. Leaders yang punya visi, konsistensi, dan kecerdasan dan mampu mengeksekusi apa yang harus dikerjakan segera itu adalah kunci. Sebagai pemimpin, kita harus menciptakan pemimpin lainnya,” kata Prof Dwia dalam rilis yang diterima identitas.
Beliau juga menjelaskan pentingnya pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan mampu bersaing seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi.
“Peran SDM ini masih tetap vital, secanggih apapun teknologi yang kita miliki sekarang. Itulah mengapa SDM harus punya kapasitas dan kualitas yang menyesuaikan kebutuhan,” katanya.
Lebih lanjut, Prof Dwia memaparkan bahwa proses menjadikan SDM unggul tidak hanya menjadi tugas di bidang pendidikan saja, namun tugas bersama yang disesuaikan dengan kebutuhan. Di sektor pendidikan tinggi, sudah menjadi kewajiban untuk merangkul masyarakat. Bersama dengan pemerintah daerah, pendidikan tinggi harus mendesain program apa yang dibutuhkan agar tidak tumpang tindih.
Untuk itu, Unhas sebagai penyelenggara pendidikan tinggi bekerjasama dengan pimpinan daerah dalam menghadirkan pendidikan khusus/vokasi terapan, yang bertujuan menghasilkan lulusan unggul dan bisa mengelola sumber daya yang ada di daerah tersebut.
“Kami sudah menandatangani banyak nota kesepahaman dengan bupati-bupati di Sulsel. Unhas diminta membuka semacam ‘Unhas Cabang’ yang spesifik, rumpun ilmunya lebih khusus, sesuai dengan sumber daya apa yang mejadi unggulan di daerah tersebut. Misalnya peternakan, pertanian, atau perikanan. Jadi tidak perlu jauh-jauh kuliah di Unhas, nanti kami yang ke sana dan membentuk SDM ahli terapan di bidangnya,” tutup Prof Dwia.
Wandi Janwar