Kampung di pesisir Desa Kanaungan, Kecamatan Labakkang, Pangkajene agak berbeda dalam tiga hari itu. Betapa tidak, Kampung Buttue dikunjungi relawan pendidikan. Jumat hingga Ahad, 21-23 Februari 2020, sejumlah relawan KPAY FM melakukan touring pendidikan dengan tema “Membangun Sinergitas untuk Pendidikan Lebih Maju.”
Aku bersama sekitar 157 relawan lainnya turut andil dalam touring pendidikan tersebut. Perjalanan memerlukan waktu kurang lebih dua jam dari Kota Makassar. Dari dua jam itu, 40 menit digunakan berjalan kaki, hal ini dikarenakan akses kendaraan yang belum memadai.
Kedatangan relawan pendidikan Indonesia di Kampung Nelayan ini, sangat disambut baik oleh masyakarat. Kampung pesisir yang memiliki sekitar 30 Kepala Keluarga ini, tentunya memiliki anak-anak. Terhitung yang hadir waktu itu 23 anak. Kala itu, kami memberikan kelas agama, inspirasi, karakter, bahasa dan infrastruktur.
Setiap kelas sudah memiliki bahan dan trik untuk mengajar adik-adik agar pembelajaran dapat berlangsung tanpa rasa bosan dan kantuk. Tempat belajar yang disebut sekolah terapung berdiri tegak layaknya rumah panggung terkemas kayu seadanya, sekolah ini terdiri dari dua kelas.
Setiap kelas berlangsung dalam waktu yang telah ditentukan. Siswa sangat antusias menerima pembelajaran, terbukti dengan keaktifan mereka dalam setiap sesi kelas . Semangat luar biasa dari para relawan terus membangun dan mendorong mereka untuk tak lelah mengejar cita-cita meski dengan berbagai keterbatasan. Kolaborasi para siswa dan relawan membuat suasana kelas begitu hidup. Hal tersebut tergambar jelas pada wajah adik-adik yang memiliki mimpi dan semangat untuk belajar.
Selain mengajar di SDN 38 Buttue, para relawan juga turut membantu kegiatan masyarakat sambil melakukan wawancara. Kurangnya infrastruktur menjadi keluhan, utamanya akses jalan, masjid, listrik, dan air bersih yang belum mampu dipenuhi dengan baik oleh pemerintah setempat.
Akses jalanan yang hingga detik ini masih belum dibangun membuat fasilitas seperti listrik dan air bersih menjadi sulit pula. Semangat anak-anak di desa setempat untuk tetap bersekolah perlahan redup akibat kelelahan berjalan kaki. Mereka harus menempuh perjalanan sekitar 5 kilometer setiap harinya bila ingin melanjutkan pendidikan ditingkat SMP.
Meski ada perahu yang dapat digunakan untuk sampai lebih cepat, perahu tersebut tidak bisa digunakan setiap hari. Sebab, perahu adalah sarana utama orang tua mereka dalam mencari nafkah. Bensin yang mahal juga menjadi alasan para siswa memilih untuk berjalan kaki. Bahkan, dari hasil wawancara, hanya ada satu anak yang mampu bertahan hingga kini untuk tetap melanjutkan sekolah di tingkat SMP, sedangkan yang lainnya tidak melanjutkan sekolah dan memilih membantu orangtua.
Tidak adanya infrastruktur seperti akses jalan yang baik menuju sekolah tingkat SMP dan SMA membuat anak-anak tidak dapat memenuhi rasa haus mereka akan dunia pendidikan. Pemerintah seharusnya bertanggung jawab dalam hal ini sebagaimana maksud Pasal 28I UUD RI 1945 bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Untuk itu sudah sepatutnya pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Pemerintah setempat berulang kali mendapat keluhan. Warga sering mengutarakan kegelisahannya kepada kepala desa yang sudah dua periode menjabat. Namun hingga sekarang hanya sedikit bantuan yang diberikan di Kampung Buttue, padahal warga setempat telah dijanji akan dibangunkan jalanan, masjid dan pengadaan listrik.
Bahkan, data dari pusat menunjukkan bahwa sudah ada anggaran untuk alokasi pembangunan masjid di Kampung Buttue yang bersamaan dengan pembangunan sekolah dasar, tetapi hanya sekolah yang dibangun, masjid dibiarkan tetap tidak ada.
Keluhan tidak adanya masjid sebagai tempat beribadah membuat mereka tergganggu, khususnya saat salat jumat dan bulan ramadan. Seperti yang disampaikan oleh warga setempat.
“Di bulan puasa paling susah karena kami harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke masjid menunaikan tarawih, belum lagi ongkos bensin untuk perahu yang mahal,” ungkap salah satu warga. Belum lagi cuaca yang kurang mendukung seperti hujan dan ombak yang tinggi seringkali menghalangi untuk berangkat.
Saripuddin selaku Kepala Rukun Tetangga (RT) Kampung Buttue sangat berharap agar pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan lebih memperhatikan lagi persoalan infrastruktur yang begitu dibutuhkan warganya. Jalan yang dirasa begitu sulit untuk dilewati, masjid sebagai tempat beribadah, dan listrik sebagai kebutuhan utama.
Penulis : Salwa Yulianti
Mahasiswa Jurusan Hukum Administrasi Negara,
Fakultas Hukum Unhas,
Angkatan 2016.