Selasa, 9 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Headline

Benci Lalu Cinta, Meilin Lee dan Monster Panda Merahnya

21 Maret 2022
in Headline, Resensi
Resensi turning red
Editor Risman Amala Fitra

“Namun tak ada yang tetap selamanya. Kita memiliki sisi yang liar, aneh, dan gila. Akan tetapi, kita jarang memperlihatkan sisi itu kepada orang lain.” -Meilin Lee

Di dalam sebuah kelas Meilin Lee tampak gelisah duduk di bangkunya. Gadis berdarah China yang kerap disapa Mei itu ia nampak sedang menyembunyikan sesuatu. Sahabatnya, Miriam, Priya, dan Abby juga nampak kebingungan pada tingkah laku Mei yang tidak biasa. Pelajaran matematika tetap berlangsung seperti biasa, hingga seisi kelas menyadari, Ming Lee, ibu dari Mei sedang cekcok dengan penjaga keamanan sekolah lantaran ngotot untuk memantau putrinya yang ia kira sedang menstruasi untuk yang pertama kali. Perseteruan ini menjadi tontonan seisi kelas, apalagi Ming Lee berteriak memanggil Mei sambil memamerkan pembalut. Mei pun tidak sanggup menahan malu, emosinya memuncak dan boom, ia berubah menjadi seekor panda merah raksasa yang imut.

BacaJuga

Menyelami Tradisi Gowok Melalui Perjalanan Hidup Nyi Sadikem

Berebut Jenazah, Kisah Anak yang Diperebutkan Agama

Itulah salah satu adegan yang cukup ikonik dalam film Turning Red. Film animasi garapan Disney dan Pixar ini menceritakan tentang seorang remaja bernama Meiling Lee (Rosalie Chang) yang dapat berubah menjadi seekor panda merah raksasa apabila sedang merasakan emosi yang sangat kuat. Film yang berdurasi 1 jam 40 menit ini memiliki visual yang ceria dan settingan cerita yang unik, yaitu kehidupan orang Asia di Toronto, Kanada pada tahun 2002. 

Meilin Lee
Meilin Lee

 

 

Singkatnya Turning Red bercerita tentang kegalauan yang dialami oleh gadis remaja dikemas dengan cukup unik. Masa remaja adalah masa yang menantang dan banyak perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan itu tidak hanya tampak dari tubuh saja, tetapi cara berpikir, sifat, dan ketertarikan pun mulai berubah. Belum lagi pada film ini, Mei lahir dan dibesarkan oleh budaya asia yang kental dari  ibunya, yang ingin Mei menjadi anak yang “sempurna”. 

Setelah menyadari kalau ia bisa berubah menjadi panda merah, hidupnya berubah drastis. Sekalipun mengetahui kalau ia hanya akan berubah menjadi panda merah ketika emosinya meledak, Mei seakan merasa tidak bisa melakukan apa-apa selama monster berbulu itu masih bersarang dalam tubuhnya. Dalam titik ini, Mei menjadi sulit menerima kenyataan, dan sulit menerima dirinya sendiri. Hingga suatu ketika ia memutuskan untuk mulai menerima keadaannya dan mencoba memperbaiki situasi.

Panda merah dalam film ini merupakan roh yang melindungi leluhur Mei. Keluarga Mei sangat menghormati para leluhurnya. Mei dan ibunya sehari-hari bekerja menjaga kuil keluarga mereka yang ramai dikunjungi wisatawan. Panda merah dalam film ini sesungguhnya merupakan representasi dari sisi lain Mei yang ingin bebas dan diperlakukan seperti orang dewasa. Jika kamu penasaran mengapa Mei bisa berubah menjadi panda merah, silakan saksikan selengkapnya di filmnya yah.

red panda

Dari didikan ibunya, Mei akhirnya tumbuh menjadi remaja 13 tahun yang berbakat dalam akademis, rasa bersaing yang sangat tinggi, aneh, dan overachiever. Sehingga membuat beberapa orang di sekolahnya kadang merasa jengkel dengan sifatnya itu. Walaupun sifatnya seperti itu, Mei memiliki tiga sahabat setia, yaitu Miriam, Abby, dan Priya.

Yang membuat Turning Red ini cukup seru untuk ditonton adalah fakta bahwa kita semua pernah melalui masa remaja. Beberapa peristiwa yang ada dalam film ini mungkin pernah kita lakukan ketika remaja, misalnya membangkang pada orang tua, kabur dari rumah, mengkhianati teman, mengagumi orang lain secara rahasia, atau mungkin ngefans dengan beberapa grup band seperti JKT48 atau SMASH. Semua peristiwa itu akan sangat terasa dalam film Turning Red ini.  

Hal yang paling terasa dalam film ini adalah orang tua, terutama ibu Mei, Ming Lee menerapkan aturan yang sangat ketat untuk Mei. Bagi kamu yang memiliki orang tua ketat akan peraturan dan menuntut banyak mungkin bisa mengerti bagaimana perasaan Mei. Tumbuh dan besar di keluarga asia memanglah berat. Mulai dari budaya menghormati orang tua, hingga harus menjaga sikap untuk tidak terlihat kasar. Seolah-olah anak tidak boleh mengekspresikan emosi mereka dan berkata jujur terhadap diri sendiri. Pencarian jati diri Mei membuatnya bertengkar dengan ibunya.

Visual CGI dari film ini sangat memanjakan mata. Mulai dari warna, hingga desain setiap karakter. Ceritanya pun menyenangkan untuk ditonton sendirian maupun bersama teman. Ada banyak makna tersirat yang dapat dipetik dari Turning Red, apalagi Budaya Asia yang disajikan cukup kental, tentu tidak asing lagi bagi segelintir penonton.

Turning Red rilis di Disney+ Hotstar pada tanggal 11 Maret 2022. Cuplikan filmnya pertama kali dirilis pada Juli 2021 di YouTube. Film ini disutradarai oleh Domee Shi, dan uniknya lagi lagu-lagu dari boyband 4*Town diciptakan oleh Billie Eilish dan Finneas O’Connell.

Bagaimana? apakah kamu tertarik untuk menonton film ini? kalau iya, selamat menonton.

 

Rizka Raisa Fatimah Ramli

Tags: animasiDisneyfilmresensiturning red
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Hari Jadi Ke-3, Komunitas 09 Runners Hadirkan Fun Run se-Sulsel

Next Post

Hafalan Qur’an Firda

Discussion about this post

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In