“Berusahalah terus karena rezeki itu tidak akan tertukar.”
Begitulah prinsip yang dipercaya oleh Muhammad Reza Rustam, Alumni Sastra Jepang Universitas Hasanuddin (Unhas). Memiliki mimpi untuk menjadi pekerja migran di Jepang membawanya kepada hal lain yang lebih besar. Hal yang mengungkap kebenaran akan sisi lain dari negara impiannya tersebut.
Mimpi yang bertransformasi menjadi seorang peneliti membawa banyak perubahan positif, tidak hanya kepada dirinya, tetapi juga orang lain di sekitarnya. Dengan tekad yang kuat, Reza percaya bahwa suatu saat nanti orang-orang akan melihat apa yang tidak mereka sadari selama ini.
Kecintaan Reza terhadap Jepang dan keinginannya untuk bekerja di Jepang muncul berkat surat-surat yang rutin ia terima dari Kanto Natsuko, seorang guru dari Shihan Gakko (Sekolah Pendidikan Guru) pada 1942 – 1945, sekolah neneknya dulu. Kini sekolah tersebut telah berganti nama menjadi SMA Negeri 1 Makassar.
Mimpi tersebut kemudian membawanya menempuh pendidikan Sastra Jepang di Universitas Hasanuddin (Unhas). Namun, ia mengaku sempat mengubur mimpinya itu karena sibuk berorganisasi. Di tahun 2006, setahun setelah memasuki dunia perkuliahan, Reza bersama teman-temannya mendirikan Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang (Himaspa) di Unhas.
Setelah lulus, Reza melanjutkan pendidikan S2 dan S3-nya melalui Beasiswa Monbukagakusho yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan Jepang di Hiroshima University. Ia mulai bergabung dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Hiroshima, PPI Jepang, bahkan PPI seluruh dunia yang membuatnya semakin lebih dekat kepada mimpinya.
Sepulangnya meneliti di Osaka, Jepang, ia kembali ke Indonesia dan mengabdi sebagai Assistant Professor Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Wilayah Jepang di Universitas Indonesia.
Perjalanannya tidak berhenti di sana. Setelah lulus, Reza ditawari kembali untuk melanjutkan studinya ke Negeri Sakura itu. Perjalanan pendidikannya membawanya kembali ke Jepang untuk meneliti tentang kondisi pekerja migran Indonesia di sana.
Bukan tanpa alasan, keputusannya untuk memilih permasalah tersebut bermula dari keterkejutannya saat ia pertama kali sampai di Jepang. Jepang yang sedari kecil ia impikan nyatanya memiliki sisi gelap yang tidak diperlihatkan kepada masyarakat luar.
“Orang-orang melihat sisi luarnya saja. Tetapi saya melihat adanya kesenjangan ataupun disparitas yang dialami oleh para pekerja migran di Jepang yang jarang orang tahu,” tutur Reza.
Demi mendapatkan informasi lebih dalam terkait hal tersebut, Reza dengan sengaja bekerja paruh waktu di perusahaan gelap yang ada di Jepang. Setelah mendapatkan data yang cukup, ia bersama lima peneliti lainnya memutuskan untuk mendirikan Rumah Masyarakat Indonesia (RUMI) di Jepang.
Tujuan utama RUMI adalah untuk mengadvokasi dan mengedukasi pekerja migran mengenai hak-hak mereka, serta mengisi peran negara Indonesia yang tidak terisi dalam perlindungan tenaga kerja migran.
Ia melihat realitas kondisi pekerja migran yang dinilai masih sangat minim akan pengetahuan hukum ketenagakerjaan migran di Jepang. Hal inilah yang juga membuat para pekerja migran tidak mendapatkan hak-haknya dengan baik. Seperti gaji yang tidak dibayar dengan benar, kekerasan dalam bekerja, hingga kekerasan seksual.
Meskipun awalnya dihadapkan pada tantangan untuk meyakinkan para pekerja migran, RUMI di Jepang akhirnya mendapatkan kepercayaan dan diakui sebagai organisasi hubungan kerjasama ketenagakerjaan Indonesia dan Jepang yang pertama setelah 30 tahun.
Kini, Reza fokus untuk mensosialisasikan hukum ketenagakerjaan Jepang bagi pekerja migran Indonesia di Jepang, bahkan sampai ke beberapa universitas di Indonesia. Ia juga aktif menyuarakan isu imigran jepang melalui blog pribadinya, https://rezarustam.com/. Ia menyebut dalam waktu dekat ini, ia akan bekerjasama dengan Sophia University di Tokyo terkait isu reproductive justice.
Ia berpesan kepada masyarakat Indonesia yang memiliki keinginan untuk bekerja di luar negeri, agar sebaiknya memahami terlebih dahulu aturan dan perundang-undangan yang dimiliki negara tujuan, supaya nantinya tidak akan dirugikan dan bisa menerima hak milikinya secara penuh.
Bagi Reza, menyampaikan fakta lain dari Negeri Sakura itu merupakan sebuah keharusan. Guru sekaligus koleganya, Susy Ong lah yang menginspirasinya untuk memberi tahu masyarakat Indonesia bahwa Jepang memiliki sisi lain yang jarang dilihat.
Melalui upayanya, Reza berharap dapat mengubah persepsi masyarakat Indonesia tentang kehidupan di Jepang, terutama terkait hak-hak pekerja migran. Ia juga bermimpi untuk untuk masuk ke dalam sistem pemerintahan agar dapat merubah undang-undang yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja migran Indonesia, khususnya di Jepang.
Najwa Hanana