Mengapa Rima tidak menjemput suaminya, Jaka, daripada menunggu anaknya, Naila, setiap kali pulang dari ritual hariannya? Rima hanya menjawab singkat, “Mungkin pria lebih merasa terhormat jika pulang dengan kakinya sendiri”. Jawaban itu terdengar seperti tanda menyerah, namun apa yang dilakukan Rima bukanlah sekadar menunggu di ruang tunggu kenangan.
Narasi dari film pendek berjudul Ruang Tunggu ini menceritakan tentang kisah asmara dan keluarga, Rima (Henidar Amroe dan Ratu Azri Adlina), Jaka (Erlangga Noor), dan Naila (Yuriska Patricia). Kisah keluarga yang terpisahkan oleh jarak tanpa adanya sepucuk kabar di antara mereka.
Dengan sentuhan gaya bahasa klasik dan modern, film ini menggambarkan betapa sulitnya melupakan seseorang yang sudah begitu dicintai. Ini terlihat dalam cara Rima merespons nasihat dari rekannya, Hendra (Irvan Ubaidillah), yang membahas tentang anaknya, Naila. Selain itu, film ini juga memperlihatkan fenomena serangan panik yang sering dialami seseorang saat berada di tempat umum, menambah kedalaman emosional pada karakter Rima.
Kisah Rima dan Jaka bermula ketika keduanya bertemu dalam gerbong kereta. Pertemuan yang begitu hangat membuat keduanya saling berkenalan dan menjalin hubungan yang semakin dekat. Kedekatan dan keakraban mereka memunculkan benih asmara dan memantapkan hati Jaka untuk mengutarakan keinginannya untuk menjadikan Rima istrinya.
Setelah berhasil membangun rumah tangga mereka, Jaka harus pergi merantau dan meninggalkan Rima dalam keadaan hamil muda. Naasnya, krisis moneter yang melanda Indonesia di tahun 1998 justru membuat Jaka hilang arah dan tak kunjung kembali pada Rima dan anaknya.
Rima tetap berharap. Ia terus menanti di ruang tunggu stasiun, tempat di mana ia pertama kali bertemu dengan Jaka, seolah ingin mengulang kembali pertemuan hangat mereka di masa lalu. Namun, tahun demi tahun berlalu, dan Jaka tak pernah kembali.
Sementara itu, Naila yang tumbuh tanpa kehadiran ayahnya mulai mempertanyakan kesetiaan ibunya. Bagi Naila, ritual menunggu yang dilakukan Rima tampak sia-sia dan melelahkan. Ia tak mengerti mengapa ibunya begitu teguh memegang harapan pada sesuatu yang sudah lama hilang. Namun bagi Rima, menunggu di stasiun adalah simbol cinta dan janji yang belum terpenuhi. Baginya, Jaka masih ada di luar sana, mencari jalan pulang, dan ia akan tetap menunggu hingga saat itu tiba.
Film persembahan PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini merupakan prekuel dari film pendek berjudul Pulang. Film ini juga menggambarkan sifat warga Indonesia yang begitu arif dan ramah walaupun dalam ruang publik dan bersama orang asing. Hal ini nampak dari bagaimana suasana kereta yang begitu hangat di kala magrib tiba.
Penyajian plot maju-mundur dalam kisah cinta dan perjuangan Rima benar-benar menyentuh hati. Meskipun ritual penantian yang dilakukan Rima dianggap Naila sia-sia, sang ibu tetap setia menunggu di ruang tunggu kenangan. Alur yang cepat berpindah, namun terstruktur, berhasil membawa penonton masuk ke dalam kisah padat yang penuh cinta, keluarga, dan harapan.
Raden Agus Dwinanto Budiadji, selaku EVP of Corporate Secretary KAI menjelaskan film Ruang Tunggu ini mencoba untuk mendefinisikan kereta api bukan hanya sebagai alat transportasi massal saja namun terdapat sisi ikatan emosional dengan penumpang.
“Film ini kami produksi dalam rangka memasuki momen mudik Lebaran yang menceritakan bahwa kereta api tidak hanya sebagai alat transportasi massal berbasis rel saja. Tetapi lebih dari itu, kereta api mempunyai sisi ikatan emosional bagi masyarakat Indonesia,” tutur Raden.
Disutradarai oleh Galih Firdaus, film berdurasi 39 menit ini menghadirkan soundtrack lagu Mendarah dari Nadin Amizah. Prekuel ini juga berhasil menjadi Film Terbaik pada Festival Film TVRI Jawa Barat tahun 2023.
Citra yang dibangun oleh PT KAI di beberapa media sosial sebagai instansi yang sangat loyal kepada pengikutnya dan sangat begitu mengikuti zaman berhasil meraup segmentasi pemuda. Di Tiktok dan X (Twitter) juga menjadi tren “Twitter KAI gak pernah gagal” karena konten-kontennya. Hal ini ternyata juga ditampakkan dan berusaha dibangun di laman Youtube PT KAI dengan memproduksi dan mempersembahkan film-film menarik, salah satunya adalah film pendek Ruang Tunggu ini.
Entah sampai kapan Naila akan bersabar dan entah sampai kapan Rima akan terus melanjutkan ritual hariannya dalam rintihan sendu di gerbong kereta?
Andika Wijaya