Jika selama ini lampu hanya berfungsi sebagai alat penerangan. Beda halnya dengan Aroma Pamelo Electric (Rolic). Lampu jenis ini, juga berguna untuk membasmi serangga dan pengharum ruangan. Pengguna pun tak perlu khawatir karena produk ini berbahan dasar alami, kulit jeruk pamelo. Olehnya, Rolic juga dapat berfungsi sebagai aromaterapi dan memperindah ruangan. Sehingga, cocok dijadikan sebagai cendera mata.
Sosok yang menemukan lampu Rolic itu ialah mahasiswa Jurusan Statistika, Fitrawan Mufly Haskari. Ia bercerita, ide membuat Rolic bermula secara tidak sengaja pada Oktober 2015 silam. Saat itu, Fitra hendak kembali ke kampung halamanya, Pinrang, Sulawesi Selatan. Di tengah perjalanan, ia kehujanan dan memutuskan untuk berteduh di penjual jeruk pamelo, Pangkep, Sulawesi Selatan.
“Pulang kampung ka ke Pinrang lewat di Pangkep namun tiba-tiba kehujanan jadi singgah ke salah satu pohon tempat penjual pamelo. Kemudian, saya melihat di belakang tempat tersebut banyak limbah kulit pamelo. Setelah itu, saya mencari di internet terkait pamelo. Ternyata itu dapat dimanfaatkan jadi obat nyamuk karena mengandung minyak atsiri yang bisa menenangkan dan dapat menjadi aroma terapi,” kenangnya, (5/3).
Mahasiswa angkatan 2014 ini mengungkapkan, untuk membuat Rolic cukup sederhana. Ia hanya membutuhkan dua komponen penting yaitu Pomelo Neon sebagai lampu pijar yang terbuat dari limbah mebel dan Pomelo Relif. Komponen kedua ini, diperoleh dari hasil ekstraksi limbah kulit jeruk pamelo dan menghasilkan minyak atsiri yang mengeluarkan aroma harum.
“Ada dua bagian penting yaitu pamelo neon sebagai kap lampu yang dibuat dari limbah sisa mabel kemudian dimodifikasi dengan membuat rangka terlebih dahulu. Setelah itu,dibuat model lampunya, kemudian untuk refill-nya kita kumpulkan limbah jeruk pamelo kemudian di ekstraksi untuk diambil minyak atsirinya kemudian direndam di gabus,” ujar Fitra.
Fitra menambahkan, pembuatan Rolic sebagai bentuk pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh Desa Padangalampe Kabupaten Pangkep. Selama ini, menurutnya, kulit jeruk pamelo hanya dianggap sebagai limbah. Sebagaimana dengan sisa kayu, ditumpuk lalu dibakar dan menghasilkan polusi.
“Kita melihat potensi dari limbah di Sulawesi Selatan, salah satunya kulit jeruk pamelo. Kami berpikir mengapa bahan-bahan tersebut tidak dimanfatkan untuk hal yang lebih berguna,” tambah Fitra.
Lebih lanjut, Fitra menjelaskan, ia hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk merakit dan menghasilkan satu produk lampu Rolic. Namun, di awal membuat produk ini, ia sempat terkendala dengan keterbatasan alat ekstraksi. Sehingga, harus menyewanya dengan menggunakan biaya sendiri karena belum ada sponsor. Ia juga sering mendapat kesulitan dalam menggunakan laboratorium untuk ekstraksi.
Pelbagai kendala yang dialami Fitra tak membuatnya patah semangat. Bahkan, ia harus menelan pil pahit karena sebanyak tujuh kali mendapat penolakan di berbagai kompetisi. Hingga, perjuangannya berbuah manis kala Kemenristekdikti melalui Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) menggelar perhelatan untuk para pengusaha pemula. Dikabarkan, Rolic mendapatkan pendanaan sebesar 400 juta rupiah.
“Awalnya, kita submit ke beberapa kegiatan seperti kemarin di PKM di tolak karena kurangnya disini, PMW ditolak lagi, di Tanoto ditolak, hingga event terakhir kemarin di Singapura hanya sampai semi final intinya kami sudah ditolak tujuh kali hingga akhirnya ini lolos,”ujarnya.
Selain memperoleh dana dari Dikti, melalui produk ini, Fitra telah berhasil menginjakkan kaki ke beberapa negara, seperti Turki dan Singapura. Kini, produknya tengah dipersiapkan untuk mendapatkan hak paten.
Keberhasilan Fitra tentu tak luput dari sifat pantang menyerah. Setiap kegagalan yang menimpa, ia jadikan sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan diri. Ia percaya produknya hanya perlu untuk selalu dievaluasi dan diperbaiki.
“Dari event yang saya ikuti, disitukan banyak saran-saran yang diberikan. Hal itu justru menjadikan saya lebih semangat. Selain itu kami juga menemui beberapa pengusaha, saran-saran mereka kami tampung dan evaluasi lagi,” ujarnya.
Laki-laki yang bercita-cita menjadi investor ini berpesan kepada mahasiswa yang ingin lolos dalam berbagai penelitian untuk tidak patah semangat dan terus mencoba mengikuti berbagai kegiatan. Selain itu, tambahnya, selalu bertanya kepada orang-orang yang berpengalaman.
Fitra juga berharap kepada pihak birokrasi untuk lebih memperhatikan karya-karya dari mahasiswanya. Unhas perlu bercermin pada beberapa univeritas lain yang menghargai inovasi dari mahasiswa hingga dibuatkan galeri.
“Disini (Unhas), biasa karya mahasiswa hanya disimpan saja di lab tanpa diapa-apakan begitu. Bahkan itu PKM Karsa Cipta dan PKM Teknologi sudah dilombakan sudah saja, tidak ada tidak lanjut. Namun, beberapa kampus justru menggalerikan dan setiap ada seminar diundang untuk dipamerkan sehingga mahasiswa ada semangat, merasa dihargai,” harap Fitrah.
Norhafizah