Dalam sebuah keluarga, setiap kelahiran anak tentu sangat dinantikan. Kehadirannya menjadi penanda bagi sepasang suami istri bahwa mereka resmi menyandang gelar sebagai orang tua. Tak hanya sekadar gelar, orang tua turut menjalankan tugasnya yang dikhususkan pada sosok anak pertama, apalagi anak pertamanya adalah perempuan.
Hal inilah yang menjadikan anak pertama perempuan memiliki tempat spesial di hati keluarga. Ia adalah saksi perjalanan bagi orang tua yang sedang merintis hidup layak. Keberadaan anak pertama perempuan memainkan peran penting pada roda kehidupan rumah tangga sepasang insan.
Di sepanjang perjalanan hidupnya, anak pertama perempuan punya keistimewaan tersendiri. Ia adalah alasan mengapa seorang ayah tersenyum lebar ketika sosok bayi kecil muncul dalam rahim istrinya. Ia adalah bukti kekuatan dari seorang ibu yang mengandung selama sembilan bulan lamanya.
Seorang anak pertama perempuan adalah anak yang sejatinya pernah memangku posisi sebagai anak tunggal dengan iming “kesayangan”. Ketika memiliki seorang adik, bahkan di usia yang masih sangat muda ia harus terimbas transisi pengurangan perhatian dari kedua orang tuanya.
Dari sudut pandang psikologi, faktor urutan kelahiran memang berpengaruh pada kepribadian seorang anak. Terdapat sebuah teori yang diungkapkan oleh seorang Psikolog ternama bernama Alfred Adler. Ia mengungkapkan, urutan kelahiran dari saudara kandung akan menentukan kepribadian individu. Meskipun ada perbedaan situasi, ia percaya bahwa prinsip-prinsip umum pada keluarga mempengaruhi perkembangan seorang anak dari waktu ke waktu.
Berdasarkan teori tersebut, maka tidak heran jika anak pertama perempuan adalah anak yang keras kepala, namun tegak berdiri dengan sifat mandirinya. Secara gamblang, anak pertama bisa dibilang anak percobaan. Didikan dari orang tua yang pertama kali menjadi “orang tua” menjadi faktor utama pembentukan karakter seorang anak pertama perempuan. Pasalnya, ia kerap diberikan tanggung jawab sejak dini untuk merawat adiknya.
Saat ia tumbuh dewasa, tantangan dan harapan mulai membentuknya. Ia harus memenuhi segala ekspektasi orang tua dan keluarga yang dibebankan kepadanya. Anak pertama sering kali dituntut menjadi contoh dan panutan yang baik bagi adiknya. Tekanan untuk memenuhi harapan inilah yang dapat mendorong mereka untuk kian berusaha dengan sikap yang keras kepala.
Hal ini juga yang mengganggu pikiran setiap anak pertama perempuan. Setiap hari, ia dihantui dengan perasaan gundah, “Bagaimana jika misalnya aku berbuat salah?” Ia takut akan timbulnya rasa kecewa yang terucap dari orang tua dan keluarga. Seakan-akan, jalan kehidupan mereka wajib dihiasi dengan segala kesempurnaan. Tak jarang, di setiap sela kegiatan yang dilakukannya harus disertai kritikan tajam.
Namun di balik itu semua, anak pertama perempuan juga anak yang butuh perhatian. Secara naluri, anak pertama perempuan tetaplah perempuan. Ia turut butuh seseorang untuk bersandar dan seseorang yang ingin melindunginya.
Anak pertama dengan segala sifat keras kepala dan kemandiriannya pasti ada titik ketika ia merasa lelah akan tanggung jawabnya. Terkadang terpaksa mengalah, karena ia mengerti akan posisinya. Terkadang harus meluapkan amarah, ia tahu tidak semuanya harus dipendam karena takut akan menjadi luka.
Hati seorang anak pertama perempuan itu mudah rapuh, karena tak punya tempat mengadu. Otaknya sudah merekam bahwa dirinya-lah yang akan menggantikan posisi kedua orang tuanya kelak. Sehingga, ia harus mengambil langkah lebih awal dan mempersiapkan segala kemungkinan buruk yang terjadi di masa depan.
Ada saat-saat merasa tertekan oleh ekspektasi yang mengelilinginya, namun seorang anak pertama selalu menemukan kekuatan dalam dirinya untuk tak gentar dan tetap melangkah maju. Dengan senyuman yang tulus, seorang anak pertama perempuan dapat menunjukkan kepada dunia bahwa ia bisa menjadi sosok yang mandiri, berani, dan penuh kasih.
“Kepada seluruh anak pertama perempuan, saya harap pesan ini tersampaikan untuk kalian.Tak apa sekali-kali kalian menangis, tak apa sekali-kali kalian menjadi manja. Pundakmu terlalu lelah untuk menanggung beban. Kamu sudah sampai di titik untuk selalu tersenyum dan tetap tegar, artinya kamu sudah sangat hebat.”
Nabila Rifqah Awaluddin
Fakultas Ilmu Budaya 2021
Sekaligus Reporter PK identitas Unhas 2024