Kehadiran sistem informasi dgital membawa banyak kemudahan bagi sivitas akademika Unhas. Selama lebih dari sepuluh tahun beroperasi sistem informasi tersebut kerap kali mengalami masalah.
Beberapa tahun belakangan ini, keluhan terkait masalah portal akademik semakin gencar, baik dari kalangan mahasiswa, maupun dari kalangan dosen dan pegawai. Banyaknya masalah yang bermunculan ternyata disebabkan teknologi yang digunakan aplikasi portal lama sudah sangat lama. Portal lama ini sudah digunakan di Unhas sejak 2008.
Untuk mengatasi hal tersebut, teknologi yang digunakan harus di update. Pihak Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi (DSTI) sendiri mengatakan tidak dapat melakukan update terhadap sever pada portal lama ini. Hal ini dikarenakan pihak pengembang yang bukan dari Unhas, melainkan pengembang dari Jawa.
Oleh karena itu, pihak DSTI dengan tanggap menggarap portal baru yang kemudian akan menggantikan portal lama. Portal baru tersebut, yang dinamai neosia.unhas.ac.id digarap selama kurang lebih enam bulan. Portal inipun sudah digunakan dalam pengisian KRS online semester genap 2019/2020, meskipun masih ada beberapa fitur yang belum dapat diakses karena proses pemindahan data yang belum rampung.
Menurut penelusuran identitas, permasalahan portal ini rupanya sudah menjadi masalah klasik, bahkan sejak awal portal ini dirintis. Dirangkum dari bundel identitas dan laman identitasunhas.com, berikut sejumlah permasalahan portal lama yang terjadi di Unhas :
Teknisi yang kurang memadai
Tahun 2010, Sistem Informasi Akademik (SIAKA) yang berisi data-data terkait mahasiswa, termasuk sisitem KRS online, pembayaran SPP dan jadwal kuliah belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Penyebabnya dalah kurangnya pengetahuan mengenai pemanfaatan teknologi informasi ini baik oleh pegawai maupun tim teknisi. Padahal, sejak tahun 2008, mereka telah mengikuti lima kali pelatihan terkait pemanfaatan dan penggunaan teknologi sistem informasi Unhas. Dampaknya, pemanfaatan fasilitas database secara online oleh mahasiswa menjadi kurang maksimal. Database yang harusnya bisa diakses di website tidak dimanfaatkan dan mahasiswa tetap mengaksesnya secara manual.
Koneksi jaringan
Pada tahun 2011, Penggunaan portal akademik sedang gencar-gencarnya. Namun, belum diterapkan secara menyeluruh dikarenakan masalah koneksi jaringan. Para pegawai merasa kewalahan dalam pengimputan data dikarenakan koneksi jaringan yang tidak memadai. Beberapa mahasiswa di Fakultas Farmasi bahkan diharuskan mengisi KRS secara manual stelah mengisi secara online. Mahasiswa pun turut mengeluhkan masalah ini karena dianggap terlalu berbelit-belit.
Meskipun sudah ada sejak 2008, saat itu baru beberapa fakultas dan prodi yang menerapkan pengisian KRS secara online, yaitu Departemen Sastra Asia Barat dan Fakultas Farmasi. Sedangkan fakultas Hukun dan Ilmu Kelautan yang berencana memberlakukan KRS online, urung melaksanakannya dikarenkan kondisi koneksi jaringan.
Server eror
Dilansir dari bundel identitas, edisi Agustus 2011. Mahasiswa mengeluhakan akses KRS online yang PINnya hanya bisa digunakan satu kali, padahal tahun sebelumnya PIN untuk akses KRS online bisa digunakan berkali-kali. Karena masalah tersebut, mahasiswa harus berurusan bagian akademik demi mendapatkan PIN baru.
Masalah lain yang disebabkan erornya server yaitu nilai yang tidak sesuai. Nilai yang tertera di KHS online tidak sesuai dengan nilai di rapor asli. Hal ini disebabkan karena beberapa dosen belum menyetor nilai, sehingga nilai yang tercantum adalah nilai dari dosen yang sudah menyetor nilai.
Setelah melakukan penelusuran, didapati akar dari semua masalah tersebut disebabkan kapasitas internet Unhas yang tidak memadai (kekurangan bandwith). Berdasarkan data dari Pusat Informasi, Teknologi dan Komunikasi (PTIK) Unhas tahun 2009, Kapasitas bandwith yang dimiliki Unhas saat itu hanya 16 Mbps.
Diretas Hacker
Pada tahun 2019, mahasiswa dibuat repot karena harus mengurus KRS secara manual. Dilansir dari identitasunhas.com, Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu bahkan mengeluarkan imbauaan dengan nomor 21585/UN4.1/DL.02/2019 terkait pengisian KRS secara manual.
Beberapa mahasiswa pun mengelukan terkait pengisian KRS manual ini. Hanifa misalnya, mahasiswa Fakultas Perikanan ini telah mengisi KRS secara online dan harus mengisi kembali dikareakan data yang terhapus, pengisian ini pun harus dilakukan melalui jaringan internal kampus. Sepekan berselang, Hanifa kembali diharuskan mengisi KRS secara manual. Pengisian KRS secara manual ini bahkan berimbas pada pekan pertama perkuliahan yang kurang kondusif, dikarenakan masih banyak mahasiswa yang menyelesaikan pengurusan KRS secara manual.
Ketua DSTI, Dr Eng Muhammad Niswar ST MIT, menjelaskan bahwa masalah yang terjadi disebabkan ada hacker yang mencoba menerobos sistem keamanan server. Untuk itu pihaknya mencoba mengamankan dengan memindahkan server ke jaringan lokal kampus. Sementara itu, tim DSTI menggarap portal baru yang nantinya akan menggantikan portal lama. Portal inipun telah digunakan sejak semester genap 2019/2020.
Tim Laput