Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin (FEB-UH) menggelar Literature Talk dengan mengangkat artikel berjudul “Bermimpi tapi Tak Bisa Tinggi-Tinggi, Cerita Anak Pinggiran Berkhayal Masa Depan tanpa Jaminan Pendidikan”. Kegiatan ini berlangsung di Student Center FEB-UH, Senin (24/02).
Acara menghadirkan Anggota Departemen Pengkaderan SEMA FEB, Baiyinah Firman, sebagai pemantik diskusi. Dalam pemaparannya, Baiyinah menguraikan realitas anak-anak pinggiran yang tumbuh dengan mimpi besar namun terbentur keterbatasan ekonomi dan minimnya jaminan pendidikan.
Ia menekankan bahwa keterbatasan tersebut bukan semata masalah keluarga, melainkan bagian dari ketidakadilan struktural yang menghalangi generasi muda untuk berkembang. “Banyak dari mereka ingin berkhayal setinggi-tingginya, tetapi tembok ketidakadilan sosial selalu membatasi langkah. Sama halnya dengan pagar di kampus yang membatasi ruang gerak mahasiswa, akses pendidikan pun dibatasi oleh ketimpangan,” ungkapnya.
Diskusi berlangsung interaktif. Peserta menilai forum ini memberi ruang refleksi kritis yang jarang mereka dapatkan di kelas. Beberapa menyampaikan pandangan bahwa mahasiswa, dengan segala privilese pendidikan yang dimiliki, tidak boleh bersikap apatis terhadap realitas sosial di sekitarnya.
“Dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa bisa lebih peka terhadap realitas sosial dan terdorong meningkatkan literasi mereka,” kata Baiyinah.
Ia berharap Literature Talk dapat menjadi agenda berkelanjutan, menjadi sarana belajar kolektif, memperkuat budaya intelektual, serta menumbuhkan kepedulian sosial mahasiswa. “Kepedulian adalah nilai hakiki dari pendidikan, dan mahasiswa harus berani melampaui tembok apatisme,” tegasnya menutup materi.
Mutia Aulia
