Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Hasanudddin (Unhas) menyelenggarakan Seminar Nasional State of Global Islamic Economy (SGIE) Mastery 2024. Kegiatan ini berlangsung di Aula Lantoro, FEB Unhas (29/02).
Seminar bertema “Leading the Sharia Economy in the Digital Age” ini menghadirkan Pengawas Senior Lembaga Jasa Keuangan 2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), M Rahmat Amin. Pada kesempatannya, ia menjelaskan seputar SGIE.
“SGIE ini adalah laporan yang disusun oleh Dinar Standar di Timur Tengah dan Department of Economy and Tourism Dubai yang ditujukan untuk mengetahui pengembangan dan peluang di beberapa sektor ekonomi,” sebutnya.
Sektor ekonomi ini sendiri mencakup makanan halal, busana, wisata, kosmetik, obat-obatan, hingga keuangan. Rahmat mengungkapkan, keuangan Indonesia secara global mencapai 3,9 triliun dolar Amerika serikat.
“Memang sangat besar secara nominal, tapi Indonesia sendiri itu baru di peringkat ketiga, nomor satunya Malaysia. Padahal secara ukuran, Malaysia relatif kecil dibandingkan Indonesia ataupun Saudi Arabia,” katanya.
Menurutnya, Indonesia seharusnya menjadi pusat ekonomi syariah karena memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Meski begitu, Malaysia masih lebih unggul karena campur tangan pemerintah.
“Sebagai contoh, proyek-proyek pemerintah seperti pembangunan tol sekian triliun anggarannya. Kalau di Indonesia diserahkan ke pasar, sedangkan di Malaysia, itu pemerintah yang langsung menentukan,” ungkapnya.
Ia juga menceritakan sejarah singkat Bank Muamalat yang didirikan pada 1992. Berdirinya Bank Muamalat ini murni dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), bukan dari pemerintah. Berbeda dengan Malaysia dan Arab Saudi yang langsung dari pemerintah.
Jum Nabillah