September, bulan kesembilan dalam penanggalan masehi atau gregorian ini ternyata memiliki sejarah kelam tersendiri bagi bangsa Indonesia. Entah mengapa, pada bulan ini banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi. Disengaja atau tidak, peristiwa-peristiwa kelam bulan ini menjadi luka sejarah bagi Indonesia.
Tragisnya peristiwa tersebut tidak hanya mengguncang negeri ini pada masa lalu, tetapi juga membawa dampak yang masih kita rasakan hingga hari ini. Untuk itu, kali ini untuk mengenang hal tersebut agar tak hilang dari ingatan, identitas telah merangkum beberapa peristiwa pelanggaran HAM penting yang terjadi di bulan ini. Yuk, simak bersama!
1. Tragedi pembantaian 1965-1966
Sobat Iden tentu sudah tidak asing lagi dengan peristiwa ini. Salah satu tragedi berdarah yang menjadi kenangan pahit dan kontroversial dalam perjalanan bangsa kita. Peristiwa ini terjadi pada akhir bulan ini, tepatnya tanggal 30 September 1965, dan menjadi bagian dari sejarah kelam yang tak akan terlupakan.
Peristiwa yang sering dikenal dengan G30S ini melibatkan sekelompok perwira militer yang berupaya menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno. Aksi mereka dimulai dengan menculik dan membunuh enam jenderal TNI. Namun, kudeta ini berakhir dengan kegagalan. Lalu memicu pembantaian massal terhadap anggota Partai Komunis Indonesia dan simpatisannya. Ribuan hingga jutaan nyawa melayang di berbagai wilayah Indonesia, terutama di pulau Jawa dan Bali.
Hingga kini, peristiwa ini masih menyisakan banyak pertanyaan dan kontroversi, termasuk tentang siapa sebenarnya dalang dan apa motivasi dibalik G30S. Dampaknya terhadap politik dan sosial di Indonesia masih terasa yang menjadikannya salah satu momen paling sulit dalam sejarah bangsa.
2. Tragedi Tanjung Priok 1984
Peristiwa yang terjadi pada 12 September 1984 ini menjadi salah satu tragedi pelanggaran HAM berat di era Orde Baru. Berawal dari konflik ideologis akibat penerapan “Asas Tunggal Pancasila,” pemerintah mereduksi kebebasan komunitas yang menganut ideologi lain, termasuk Islam.
Ketegangan mulai memuncak saat seorang anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia bernama Hermanu melakukan tindakan yang dianggap menistakan umat Islam di mushala As-Sa’adah. Ia menginjak Alquran dan menyiram dinding mushola dengan air got. Tindakan ini memicu kemarahan warga yang berujung pada pembakaran motor Hermanu.
Pada puncaknya, ribuan demonstran bergerak menuju kantor Polsek dan Koramil, menuntut pembebasan warga yang ditahan. Aksi ini disambut dengan penembakan massal oleh pasukan bersenjata, yang menewaskan dan melukai banyak demonstran. Setelahnya, daerah Tanjung Priok dijadikan daerah operasi militer, dan puluhan orang ditahan tanpa proses hukum yang jelas.
Menurut catatan Komnas HAM, peristiwa ini menewaskan setidaknya 23 orang, melukai 55 orang, dan puluhan lainnya dinyatakan hilang. Menjadi noda kelam dalam sejarah penegakan HAM di Indonesia.
3. Tragedi Semanggi II 1999
Peristiwa Semanggi II adalah salah satu bagian paling kelam dalam sejarah reformasi Indonesia. Pada tahun 1999, mahasiswa turun ke jalan untuk menuntut perubahan lebih lanjut, termasuk penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) dan penghapusan dwifungsi ABRI.
Aksi damai ini berubah menjadi tragedi ketika aparat keamanan melakukan tindakan keras, yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, kasus ini belum sepenuhnya terpecahkan. Banyak masyarakat yang merasa keadilan belum tercapai.
Masalah utama dalam kasus Semanggi II adalah ketidakmampuan hukum untuk menuntut para pelaku pelanggaran berat. Upaya yang dilakukan oleh keluarga korban, seperti pembentukan Pansus dan penyelidikan oleh Komnas HAM, belum membuahkan hasil yang memuaskan. Kegagalan untuk mengungkap kebenaran dan menghukum para pelaku tidak hanya menyakitkan bagi keluarga korban, tetapi juga menghambat penyelesaian dan rekonsiliasi yang diperlukan untuk masa depan bangsa yang lebih adil.
4. Pembunuhan Munir 2004
Kematian Munir Said Thalib, seorang aktivis HAM indonesia, pada tanggal 6 September 2004 menyisakan misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya. Munir meninggal dalam penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam setelah diracun dengan arsenik. Meskipun pilot pesawat, Pollycarpus, telah diadili dan dijatuhi hukuman, banyak yang meragukan bahwa Pollycarpus adalah otak di balik pembunuhan tersebut.
Dugaan bahwa ada pihak-pihak berpengaruh yang terlibat semakin menguatkan keyakinan bahwa pembunuhan Munir adalah tindakan yang sangat terencana. Ketidakkonsistenan dalam proses hukum dan putusan yang diberikan kepada para tersangka membuat pencarian kebenaran semakin sulit. Sampai sekarang, keluarga Munir dan masyarakat terus menuntut agar kasus ini diusut tuntas dan semua pelaku diadili.
5. Aksi Reformasi Dikorupsi
Pada September 2019, mahasiswa Indonesia melancarkan aksi besar-besaran yang dikenal sebagai “Reformasi Dikorupsi.” Mereka turun ke jalan untuk menuntut perubahan pada undang-undang yang dianggap merugikan rakyat dan pembatalan UU KPK. Demonstrasi ini memuncak pada 30 September 2019. Meskipun dimulai sebagai aksi damai, segera berubah menjadi bentrokan dengan aparat keamanan.
Selama aksi tersebut, muncul berbagai laporan tentang pelanggaran HAM. Kekerasan terjadi tidak hanya terhadap mahasiswa, tetapi juga terhadap petugas medis, wartawan, dan keluarga korban. Banyak pengaduan mengungkapkan penangkapan sewenang-wenang, pengeroyokan, dan intimidasi verbal oleh aparat. Walaupun demonstrasi ini mencerminkan semangat mahasiswa dalam memperjuangkan perubahan, kekerasan yang terjadi menunjukkan betapa besar tantangan dalam menegakkan hak asasi manusia di Indonesia.
Nah, itu dia berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di bulan September, Sobat iden! Ayo, jadikan bulan September sebagai momentum untuk refleksi dan komitmen kita dalam memperjuangkan keadilan dan HAM.
Adrian