Himpunan Mahasiswa Antropologi (Human) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Seminar Nasional “Antropologi Kritis: Penghidupan Berkelanjutan Masyarakat Pariwisata” di Baruga AP Pettarani Unhas, Senin (02/10).
Kegiatan ini merupakan rangkaian acara dari Pra-Sarasehan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI) XVI. Kegiatan menghadirkan sejumlah tamu penting mulai dari bupati hingga Ketua Departemen Antropologi Unhas.
Seminar nasional ini menghadirkan Bupati Kabupaten Maros, Andi Syafril Chaidir Syam SIP MH yang diwakili oleh Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporapar), Rahmatia SE MA DM dan Ketua Departemen Antropologi FISIP Unhas, Dr Tasrifin Tahara Msi.
Pada kesempatannya, Tasrifin membahas studi terbaru yang disebut politik ekologi. Politik Ekologi merupakan cara pandang dinamika lingkungan dengan melibatkan persoalan sosial, budaya, politik, dan ekonomi.
Tasrifin juga dengan tegas menunjukkan sikap kontranya terhadap UNESCO yang serta-merta mengatasnamakan warisan budaya warga lokal Indonesia menjadi milik dunia.
“Masalahnya, apakah warisan budaya ini menjadi milik masyarakat lokal? Ketika mengeluarkan sertifikat dari UNESCO, warisan budaya ini bukan lagi milik warga lokal itu, tetapi semua tatanan nilai yang ada di kawasan tersebut menjadi milik UNESCO,” ungkap Tasrifin.
Sementara itu, kedatangan perwakilan Bupati Maros pada kegiatan ini bertujuan menyampaikan pandangan dari segi pemerintah terkait topik seminar. Sementara Tasrifin Tahara sebagai seorang Antropolog. Dengan begitu, para peserta dapat mengetahui materi pembahasan dari dua sisi yang berbeda.
“Jadi ini kita sengaja menghadirkan pihak pemerintah dan Antropolog sehingga kita bisa mendapatkan dua sudut pandang berbeda,” ujar Dosen Antropologi Unhas, Andi Balara sebagai moderator.
Mengawali materi, Rahmatia memaparkan bentuk dukungan Pemerintah Maros pada bidang Pariwisata, seperti Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Air Terjun Bantimurung, Desa Wisata Leang-Leang, dan Rammang-Rammang sebagai wisata pegunungan karst terbesar ke-2 di dunia.
“Pemerintah Maros sangat mendukung pariwisata, dibuktikan dengan adanya Taman Kupu-Kupu, Air Terjun Bantimurung, Desa Wisata Leang-Leang, dan Karst Maros yang baru-baru ini diresmikan UNESCO,” ucap Rahmatia.
Khaila Thahirah