Lebih dari setengah abad lalu, tepat pada 24 September 1960 Presiden Republik Indonesia kala itu Soekarno menetapkan Undang-Undang nomor 5 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau kini lebih dikenal sebagai peringatan Hari Tani Nasional.
Prof Dr Sjarifuddin Baharsjah, salah seorang tokoh pertanian pernah menerbitkan buku berjudul Reposisi Politik Pertanian. Buku itu ia tulis bersama dua koleganya, Prof Faisal Kasryno dan Prof Effendi Pasandaran.
Dalam buku tersebut, Sjarifuddin mengemukakan arah baru pembangunan pertanian Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Ekonomi Biru. Menurut Sjarifuddin, untuk mereformasi pertanian Indonesia, maka perlu pembenahan pada politik pertanian terlebih dahulu. Sebab, pertanian tanpa politik akan membawa keterpurukan pada sektor pertanian.
Politik Pertanian pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah dalam mempercepat laju pertumbuhan pembangunan pertanian Indonesia. Pembangunan pertanian tidak hanya mencakup kegiatan petani saja, tetapi juga pada usaha pertanian dan perkebunan, pengangkutan, asuransi, hingga permodalan.
Tak heran, ia pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian (Mentan) pada masa Orde Baru atau masa pemerintahan Presiden Soeharto. Selama menjabat sebagai Mentan periode 1993-1998, ia bekerja dengan sangat ulet. Karena itu, sederet prestasi berhasil ditorehkannya hingga ia kembali kepada pangkuannya 14 Januari 2021.
Sjafruddin lahir pada 16 Mei 1932 di Cirebon, Jawa Barat. Ia merupakan anak dari pasangan Sutan Pangeran Baharsjah dan Siti Fatimatul Zahrah. Sjarifuddin secara garis keturunan masih berdarah Sultan Bagagarsyah dari Pagaruyung, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan anak dari cucu raja Minangkabau tersebut.
Pada 1962, ia memutuskan untuk menikah dengan Justika Baharsjah, seorang wanita Sunda. Justika merupakan Mentan pada Kabinet Pembangunan VII dan Menteri Sosial pada Kabinet Reformasi Pembangunan. Penikahannya dikaruniai dua orang anak yakni Gita Khaerunisa Indahsari dan Rubiantini Indahsari.
Dalam perjalanan hidupnya, Sjarifuddin meraih penghargaan bergengsi Dioscoro L Umali Achievement Award dalam bidang pertanian dari Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA). Kontribusinya dalam membangun pertanian dan pedesaan sehingga ia menjadi penerima pertama penghargaan itu di Indonesia, sebagaimana dikutip dari laman resmi Kementerian Pertanian.
Sjarifuddin merupakan lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan menjadi guru besar di almamaternya itu. Ia juga pernah menempuh pendidikan di Universitas of Kentucky Lexington dan North Carolina State University.
Kontribusi Sjarifuddin pada bidang pertanian membuatnya dipercaya menjadi ketua independen pada Food Agriculture Organization (FAO). Organisasi itu berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berbasis di Roma, Italia. Ia menjabat selama dua periode pada organisasi tersebut, yakni pada 1997-1999 dan 1999-2001.
Sederet prestasi membanggakan itu tidak hanya menjadi kebanggaan tersendiri bagi Sjarifuddin, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan berpulangnya beliau, kemudian membawa duka mendalam. Walau kini kehadirannya sudah tiada, namun jasanya masih dikenang oleh masyarakat Indonesia.
Zidan Patrio