Litbang data PK identitas Unhas baru-baru ini melakukan survei kepada para mahasiswa Unhas soal prokrastinasi akademik. Hasilnya, 77 persen mengaku kerap menunda menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Terutama dalam hal mengerjakan tugas kuliah dengan 62,8 persen.
Ainun tampak panik saat memasuki ruang kuliah siang itu. Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unhas itu baru menyadari, ia harus mengumpulkan tugasnya. Alhasil, dalam waktu yang sempit sebelum dosen memasuki ruangan itu, ia mesti melakukan perbuatan culas seperti menyontek.
“Karena terlalu sering tunda kerja tugas, biasa lupa ka kerja dan di kelas baru ku ingat, jadi terpaksa nyontek mi punyanya temanku, ” katanya, Jumat (16/11).
Mahasiswa Departemen Statistika itu mengakui, ia kerap kali menunda menyelesaikan tugas-tugas akademik. ” Biasanya kalau masih lama, malamnya pi baru kukerja,”tambahnya.
Sering menunda mengerjakan tugas lantas membuat Ainun merasa bersalah. Ia seringkali dihampiri rasa iri melihat temannya yang sukses mencapai tujuan lantaran disiplin dalam mengelola waktu.
Berbanding terbalik dengan Ainun, Alief Anshary justru mengaku selalu tepat waktu dalam mengerjakan tugas. Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional itu mengatakan, kebiasaan itu telah ditanamkan oleh orangtuanya sejak belia, serta mengaplikasikannya dalam hal akademik.
“Dari kecil itu sudah ditanamkan sama orang tua, kalau setiap hari pasti semakin ada beban. Supaya tidak menumpuk, maka harus diselesaikan segera,” ucapnya, Kamis (21/11).
Kendati bergabung dalam beberapa organisasi, ia tetap bisa memanajemen waktu dengan baik. Prinsipnya, pekerjaan yang paling penting selalu ia dahulukan untuk diselesaikan.
Suatu tindakan mengganti tugas berkepentingan tinggi dengan tugas berkepentingan rendah, sehingga tugas penting pun tertunda disebut prokrastinasi. Kendati kebiasaan ini memiliki dampak negatif utamanya jika dilakukan dalam akademik, mahasiswa Unhas mayoritas masih saja melakukan prokrastinasi.
Terbukti, hasil survei yang telah dilakukan oleh Litbang Data PK identitas Unhas, mahasiswa mengakui pernah melakukan prokrastinasi sebesar 77 persen, dan selebihnya mengatakan tidak pernah. Mengerjakan tugas kuliah pun menjadi faktor terbesar mereka kerap menunda pekerjaan yaitu 62,8 persen.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab mahasiswa sering melakakukan prokrastinasi ialah belajar sebelum ujian dengan persentase 14,5. Disusul, aktivitas membaca sebesar 13,9 persen.
Bukan hanya itu, menyelesaikan tugas administratif, seperti malas mengurus Kartu Rencana Studi, menunda meminta tanda tangan dosen pembimbing, dan lain, ternyata juga kerap dilakukan mahasiswa, tepatnya 5 persen pelaku. Faktor terakhir yang memiliki persentase terendah yaitu menghadiri pertemuan akademik, 3,2 persen.
Menanggapi persoalan ini, Elvita Bellani SPsi MSc sangat menyayangkan besarnya jumlah mahasiswa yang melakukan prokrastinasi. Dosen psikologi Unhas ini mengatakan, mahasiswa mesti menghilangkan perilaku menunda menyelesaikan pekerjaan itu.
“Kalau kita terus menunda pekerjaan, maka otomatis akan mengurangi waktu yang kita punya. Misalnya, kalau mengerjakan makalah, waktu yang seharusnya kita pakai untuk membaca ulang, justru dipakai untuk memulai mengerjakannya,” jelasnya, Senin (19/11).
Elvita juga menambahkan, perilaku menunda-nunda seharusnya tidak boleh dilakukan oleh mahasiswa, terlebih mereka telah diberi bekal materi agar dapat cakap, dan disiplin dalam mengelola waktu.
Ketua Pusat Bimbingan Konseling (PBK) Unhas ini pun berpesan kepada mahasiswa untuk menanamkan prinsip ‘just do it’. Artinya, jika mengerjakan tugas, maka jangan banyak berpikir, tapi lakukan saja.
“Karena yang membuat sesuatu susah itu adalah memulainya, bukan ketika melakukannya, ” lanjutnya.
Tak hanya itu, ia menyarankan pula agar mahasiswa memikirkan strategi yang tepat untuk terhindar dari perilaku buruk tersebut. Pelbagai metode dapat dibuat dan diuji coba oleh mahasiswa sendiri, hingga ada yang cocok dengan dirinya. Kesimpulannya, perilaku prokrastinasi dapat dihilangkan dengan kesadaran diri sendiri.
Metode Penelitian:
Jejak pendapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menyebar kuesioner dengan mendatangi langsung reponden, dan melalui google formulir. Penelitian ini dilaksanakan Litbang data identitas pada 1-5 Desember 2018. Jumlah responden ialah 339 mahasiswa aktif yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan otomatis dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Meski demikian, kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi. Hasil jejak pendapat ini tidak dimkasudkan untuk mewakili pendapat seluruh mahasiswa.
Reporter: M13