Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) atau SDGs adalah salah satu agenda pembangunan yang disusun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Terdiri atas 17 tujuan dengan 169 capaian dalam mewujudkan kemaslahatan manusia dan bumi. SDGs ini merupakan lanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs) yang dahulu dicanangkan pada tahun 2015.
Keberlanjutannya pun ditargetkan hingga 2030 mendatang. Agenda SDGs itu, turut diadopsi oleh pemerintah Indonesia sebagai agenda pembangunan lima tahun ke depan. Lebih rinci, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menjelaskan terkait Agenda SDGs yang sempat dikutip reporter identitas, Mayangsari saat memberikan Kuliah Umum di Ruang Senat Rektorat, Selasa (12/2).
Bagaimana pendapat Anda terhadap SDGs?
SDGs ini esensinya yang pertama adalah orang (people), yaitu siapa yang akan kita berdayakan. Makanya ada goal terkait kemiskinan, dan kesenjangan. Misalnya ada mahasiswa yang akan menjadi walikota atau bupati, maka akan dituntut untuk menghilangkan kesenjangan atau kemiskinan. Selanjutnya, di mana orang itu tinggal (environment).
Gangguan iklim ternyata membuat bumi ini menjadi tidak sekuat yang kita bayangkan. Seperti adanya global warming. Tapi global warming ini tidak membuat bumi menjadi lebih panas dari yang sebelumnya. Namun justru membuat cuaca semakin ekstrim. Yang dingin makin dingin, dan yang panas makin panas.
Intinya, planet itu harus kita jaga, kalau tidak, maka cuaca ekstrim akan semakin ekstrim, dan akan tidak produktif sehingga hidup lebih sulit. Hal itu dapat berdampak pada perbaikan hidup atau tuntutan akan kesejahteraan(economy). Artinya, bagaimana kebutuhan hidup dasar dapat terpenuhi.
Apa yang membedakan MDGs dengan SDGs?
Selain kata Millenium dan Sustainable yang membedakannya, MDGs itu sifatnya Governmentsentric. SDGs diharapkan lebih besar mencapai tujuannya karena yang bekerja tidak hanya pemerintah. Tapi melibatkan aktor di luar pemerintah. MDGs juga sama sekali tidak berbicara mengenai perdamaian, karena memang fokus pada isu pembangunan yang bersifat ekonomi. Tahun 2015, perdamaian (peace) ini dilihat sebagai hal yang penting, maka masuklah ke dalam bagian SDGs.
Lantas, mengapa Anda memilih Unhas sebagai SDGs Center?
Kita mewujudkan SDGs center di Unhas sebagai perwujudan partisipasi kalangan akademik dalam upaya pencapain SDGs. Tujuan pembangunan berkelanjutan adalah agenda pembangunan, jadi SDGs center ini untuk membuatsivitas akademika, terutama mahasiswa agar memiliki kepedulian yang tinggi terhadap upaya kita dalam mencapai agenda pembangunan itu. Pertimbangannya juga, Unhas sudah memiliki persiapan dan konsep yang bagus.
Poin mana pada SDGs yang harus betul-betul diperhatikan oleh mahasiswa sebagai agen intelektual?
Sebenarnya, fokusnya harus jelas. Yang perlu dilakukan adalah mau fokus di mana, dan mau berkontribusi paling besar di mana. Kalau menurut saya tidak perlu semuanya di ‘gas full’ kemudian ramai-ramai dikerjakan, karena kembali lagi, dengan sumber daya terbatas maka perlu ada prioritisasi. Jadi, saya harap rektor Unhas dan jajarannya dapat menentukan, yang mana akan menjadi kontribusi paling optimal dari sivitas akademika Unhas.
Bagaimana langkah pemerintah untuk meningkatkan kepedulian pemuda terhadap SDGs?
Dalam SDGs ini, kami mempopulerkannya sebagai gerakan, bukan hanya sekedar komitmen yang harus dijalankan. Jangan hanya menjadi sebuah kewajiban, tapi menjadi semacam gerakan. Karena ujung-ujungnya, kita harus mengubah mindset orang. Tidak bisa lagi hanya dengan sekadar peraturan atau kebijakan. Melainkan bisakah hal tersebut mengubah pola pikir seseorang. Nah itulah yang menjadi esensi SDGs.
SDGs ini juga sudah kami masukkan sebagai rencana pembangunan lima tahun. Sebenarnya, saat kita mengerjakan agenda SDGs, kita mengerjakan agenda kita sendiri. Kita juga sudah punya legal basis, seperti rencana aksi nasional dan rencana aksi daerah.
Apa harapan anda terhadap SDGs ini?
Sivitas akademika sebagai kalangan akademisi diharapkan dapat memiliki peran yang lebih dalam dan esensial dalam menyelesaikan masalah pembangunan yang dinyatakan dalam SDGs.
Data Diri Narasumber :
Pendidikan :
SD di Jakarta
SMP di Jakarta
SMA di Jakarta
S1, Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 1985-1990.
S2, Ekonomi Pembangunan, University of Illinois, Urbana-Champaign, Amerika Serikat, 1991-1993
S3, Ekonomi Pembangunan, University of Illinois, Urbana-Champaign, Amerika Serikat, 1993-1997.
Karier :
Menteri Keuangan RI, 2014-2019
Wakil Menteri Keuangan R1, 2013
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI, mulai Januari 2011
Direktur Jenderal, The Islamic Research and Training Institute (IRTI), Islamic Development Bank (IDB), 2009 -2011
Dekan FE – UI, 2005 – 2009
Ketua Jurusan Ekonomi, FE – UI, 2002 – 2005
Ketua Tim Ahli Menteri Keuangan untuk Desentralisasi Fiskal, 2007 – 2008
Direktur Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, UI, 2001 – 2004
Wakil Direktur bagian Ekonomi Regional dan Riset Infrastruktur, LPEM-FEUI, 1999 – 2002.
Anggota Tim Ahli Menteri Keuangan untuk Desentralisasi Fiskal, 2005 – 2006
Sekretaris Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, UI, 1998 – 2001
Komisionaris Independen, PT Adira Insurance, 2006 – 2011
Komisionaris Independen, PT PLN, 2004 – 2009
Ketua Komite Tata Pamong, Dewan Komisionaris, PT PLN, 2007 – 2009
Anggota Tim Penasehat Independen, Asia Bond Fund, PT Bahana TCW Investment, 2007 – 2009
Ketua Komite Audit, Dewan Komisionaris PT PLN, 2004 – 2006
Menteri Keuangan RI 2014-2016
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, 2016-2019
Penghargaan
Visiting Fellow, The Indonesia Project – Australian National University (ANU), Canberra, Australia, Desember 2004
Eisenhower Fellowships, The Single Region Program – Southeast Asia, Amerika Serikat, September – November 2002
ISEAS-World Bank Research Fellowship Award (as Visiting Research Fellow), The Institute of Southeast Asian Studies, Singapura, Maret – Juni 1999
Visiting Fellow, The Institute of East Asian Studies, Thammasat University, Thailand, Maret 1999
Academic Scholarship awarded by the Indonesian Government – HED, Agustus 1991 – Desember 1995
Mahasiswa Berprestasi Universitas Indonesia, 1989