Hobinya sebagai traveler membuat Fransiske Tatengkeng sudah mengunjungi total 16 negara. Wow, keren… ! Padahal dia bukan pemandu wisata dan juga dia bukan mahasiswa pariwisata, melainkan mahasiswa Kedokteran Gigi angkatan 2012.
Gadis kelahiran 6 Juni 1995 ini, merupakan WNI keturunan negeri Tirai Bambu, China. Tapi, justru besar di Kota Palopo. Ditemui identitas, ia menuturkan suka-dukanya sebagai solo traveler yang melakukan traveling ke berbagai negara. Bermula ketika mencoba mandiri sejak dirinya berstatus siswa SMA Rajawali Makassar di tahun 2009. “Saya memang menyukai traveling,” ungkapnya.
Sike, begitu panggilan akrabnya, mengakui, nekat melakukan solo travel sejak akhir tahun 2016. Tapi jangan salah, keputusannya dalam melakukan solo traveler tidak didapatkan dengan mudah, terlebih untuk mendapatkan restu kedua orangtuanya. Acap kali mendapatkan penolakan walaupun hampir keseluruhan dari biaya traveling-nya berasal dari program yang ia dapatkan.
“Saya bangga pada diri saya yang bisa traveling sendiri. Bagi saya semua achievement bukan sesuatu yang membanggakan karena Tuhan yang kasih. Hidupku bukan saya yang pegang. Ketika saya traveling, saya sadar Tuhan sangat luar biasa,” ujarnya penuh semangat.
Berbicara soal achievement, mahasiswi Kedokteran Gigi angkatan 2012 ini telah banyak mengikuti berbagai kejuaran di tingkat nasional maupun internasional. Bahkan pernah mengikuti pertukaran mahasiswa di India tahun 2017. “Nah, melalui pertukaran mahasiswa ini, saya manfaatkan untuk traveling juga,” jelasnya.
Sebenarnya dia terhitung baru memulai untuk mengembangkan dirinya di tahun kedua perkuliahan. Sebelumnya, aktif ikut kegiatan organisasi. Karena sering diminta mengisi kolom achievement, dia kemudian sadar untuk membuka pikirannya agar aktif mengikuti perlombaan.
“Saya pernah tidak tidur selama tiga hari dua malam. Saya terpengaruh akan pikiran saya tentang lomba yang akan saya ikuti. Karena tidak pernah tidur, setelah presentasi saya langsung ngantuk berat. Saya beri tahu teman; ‘mau ka ke WC tapi lama ka nah‘. Alhasil tidur ka sejam di WC,” terangnya sembari menyebut, berkat perjuangannya itu dia mendapat ganjaran Juara Pertama.
Diakui pula Sike, tahun 2016 menjadi The lost point of my life, bagi dirinya. “Saya hanya berpikir Win.. win dan win. Tetapi, sekarang saya sadar kalau perlu ka reward untuk diriku sendiri. Makanya, saya memiliki hari untuk dirinya sendiri seperti hari Selasa sebagai hari ice cream,” tukasnya.
Sebagai solo traveler, ternyata Sike merupakan sosok yang berjiwa sosial. Cita-citanya untuk menjadi dokter bukan tanpa alasan. “Saya sangat ingin membantu orang lain, as simple as that,” katanya.
Sike pun memiliki hari khusus untuk melakukan pekerjaan sosial di hari Sabtu dan Minggu. Sebenarnya hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan latar belakang keluarganya yang sangat fokus pada bisnis.
Menurutnya, menjadi seorang solo travel itu tidak mudah. Banyak kejadian yang sangat berbahaya pernah dialami. Seperti di Singapura, saat HP-nya mati namun tak bisa pulang karena tak mengetahui di mana letak hotelnya. Uang ada di tangan tapi tak ada taksi yang mau mengantarnya pulang karena hotel yang ditempati berada di daerah sangat macet. Terpaksa harus jalan kaki yang membuat kakinya melepuh dan naik sembarang kereta. Dia menangis dan berdoa kepada Tuhan. Tak dinyana, kereta yang ditumpanginya ada orang yang secara kebetulan juga ingin ke hotel tersebut.
Lain lagi di Maroko, saat dirinya berkunjung ke salah satu gunung, ternyata begitu jam menunjukkan pukul 19.00 malam seorang penjaga cafe menyuruhnya untuk segera turun karena tidak ada penginapan. Sike satu-satunya cewek yang naik gunung saat itu, hingga akhirnya harus turun gunung dan terpaksa naik taksi bersama dengan tiga orang cowok lainnya. Celakanya, taksi yang ditumpangi dihadang dan diperiksa polisi, dan cowok yang duduk di sebelahnya seorang pengedar narkoba. Sontak Sike sangat terkejut, Tuhan sekali lagi menyelamatkannya.
Bagi Sike, setiap negara punya masing-masing tema. Setiap negara memiliki nilai tersendiri dalam pembelajaran hidupnya. Dia pun menyebut beberapa Negara dengan labelnya sendiri, di antaranya Nepal “Kedamaian”, Jepang “Komitmen”, China “Ekonomi”, Hongkong “Mandiri”, Maroko “Budaya”, Filipina “Tuhan”, dan Malaysia “Nasionalisme”.
Ditanya mengapa doyan solo traveling; “Saat saya bertanya pada diri saya, Whats the meaning of my life? Tuhan memberikan jawabannya melalui traveling. Makanya kalian harus solo traveling,” sarannya kepada identitas.
A.Suci Islameini H.