“Mimpi saya adalah kalau orang Muslim sakit mereka langsung ingat Ibnu Sina, dan kalau ada yang sakit diabetes langsung ingat Rumah Sakit Ibnu Sina,”
Itulah harapan yang disampaikan oleh seorang Dr dr H Sultan Buraena MS Sp OK, Direktur Rumah Sakit (RS) Ibnu Sina Periode 2018-2021. dr Sultan adalah seorang tenaga pendidik di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) dan Ilmu Kesehatan Komunitas (IKK), Fakultas Kedokteran (FK) Univeritas Hasanuddin. Ia adalah sosok pemimpin yang sangat memperjuangkan kemajuan dari rumah sakit yang dinahkodainya itu.
dr Sultan menyelesaikan S1 Pendidikan Kedokteran Umum di Fakultas Kedokteran Unhas pada 1975. Melanjutkan studi S2-nya, ia masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1991. Sultan mengambil program spesialisnya di tahun 2015, satu tahun setelahnya ia kembali ke Unhas untuk menyelesaikan program doktoral.
Sebagai seorang direktur rumah sakit, pria kelahiran Rappang ini memiliki tanggung jawab untuk membawa Rumah Sakit (RS) Ibnu Sina menuju masa kejayaannya. Selama hampir 50 tahun berkiprah di dunia kedokteran, sosoknya dikenal selalu rapi dalam setiap aktivitasnya yang menunjukkan kerja nyata dan dedikasi terhadap RS Ibnu Sina.
Di masa jabatannya, Sultan berhasil menyelesaikan pembangunan gedung baru RS Ibnu Sina yang terdiri dari 12 lantai, 128 kamar pasien, dan 320 tempat tidur untuk pasien. Gedung ini diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu, H. Jusuf Kalla ini terletak di Jl. Urip Sumoharjo, Kota Makassar.
Sultan merupakan sosok yang dapat dijadikan panutan. Sebab dalam waktu yang bersamaan, ia dapat mengemban tiga tugas sekaligus. Mulai dari menjadi dosen di dua kampus yaitu Unhas dan Universitas Muslim Indonesia, juga sebagai direktur RS Ibnu Sina.
“Dalam lingkungan kerjanya, dia dikenal mudah bergaul dan santai sebagai seorang pemimpin. Dia itu tidak pernah memposisikan diri sebagai seorang senior, tapi justru membuka ruang bagi teman-teman dan koleganya agar lebih hangat dalam lingkungan kerja,” ungkap salah satu sahabat sekaligus koleganya, dr Dahlia M Kes, Selasa (10/09).
Walaupun ada beban berat yang diamanahkan kepadanya, Sultan adalah tipikal orang yang lebih memilih menjalani hidup dengan tenang. Ketika menjabat sebagai direktur rumah sakit, masalah kompleks tentu sering terjadi. Namun ia melaluinya dengan santai, tapi tetap berpegang pada aturan yang berlaku.
Selama hidupnya, prinsip “Kalau bisa dipermudah, kenapa harus dipersulit?” menjadi pegangan Sultan dalam melayani pasien. Ia tidak suka jika harus menyusahkan orang lain apalagi pasien yang tujuannya ke rumah sakit hanya untuk berobat.
Tak hanya itu, kepribadian dari Sultan dikenal dengan bentuk kepedulian yang tulus kepada semua orang. Menurut Dahlia, ia dapat memposisikan dirinya dengan baik sebagai anak, orang tua, bahkan menjadi saudara.
Ia juga selalu menyempatkan mengunjungi anaknya yang menetap di luar negeri di waktu-waktu tertentu. Sepulang dari sana, sebuah keharusan baginya membawakan buah tangan untuk kerabatnya.
“Ketika itu yang bikin saya sedih adalah karena beliau baru pulang dari Amerika. Dia titip oleh-oleh untuk saya lewat staf. Lalu staf itu memberikan kepada saya pada saat dia (Sultan) sudah tidak ada. Jadi oleh-oleh itu ada di tangan saya tapi belum bilang terima kasih sama beliau,” kata Dahlia.
Bukan hanya tentang kepedulian, Sultan adalah sosok yang sangat memperhatikan pendidikan. Pesan-pesan sering ia tuturkan kepada siapapun untuk melanjutkan jenjang kuliah. Dahlia lagi-lagi menjadi orang yang mendapat motivasi dari beliau, agar melanjutkan pendidikannya tanpa harus malu walaupun di usia yang tergolong tidak muda lagi.
“Kamu baru 60 tahun, coba kau lihat saya saya 70 tahun ini umur saya. Mana yang lebih tua, kamu apa saya?” ingat Dahlia dari sahabatnya itu.
Berpulangnya Sultan pada 12 Oktober 2023 menjadi hari duka bagi semua orang yang mengenalnya. Terkhusus mereka yang memiliki hubungan dekat dengan beliau. Sultan menutup usia di umurnya yang telah 78 tahun. Sebagian dari hidupnya didedikasikan untuk memberikan manfaat dan dampak bagi orang-orang di sekitarnya.
Andika Wijaya