Seorang mahasiswa Jurusan lmu Politik Unhas, Awal (bukan nama sebenarnya), telah lama berstatus Drop Out (DO) dan nekat berpura-pura jadi wisudawan. Parahnya, ia ikut mengundang orang tuanya menghadiri prosesi wisuda periode II, yang digelar Desember 2019 lalu di Gedung Baruga Andi Pangerang Pettarani Unhas.
Diketahui status mahasiswa angkatan 2014 tersebut, tidak lagi terdaftar sebagai mahasiswa aktif FISIP Unhas karena tidak berhasil memenuhi syarat jumlah SKS minimum ketika dilakukan evaluasi empat semester di tahun 2016.
Saat Reporter identitas mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut ke Wakil Dekan (WD I) Bidang Akademik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas, Dr Phil Sukri PhD, pun angkat bicara dan membenarkan adanya kejadian tersebut.
“Ya, benar dan ini harus diluruskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman bahwa mahasiswa ini telah di DO dan itu bukan urusan kami lagi. Jadi mahasiswa ini tidak lolos evaluasi empat semester dan tidak memenuhi syarat untuk lanjut,” jelasnya, Rabu (12/02).
WD 1 FISIP juga mengatakan, Awal sempat masuk ke dalam Gedung Baruga dan keluar kembali. Setelah diselidiki, ternyata Awal tidak ada di dalam daftar mahasiswa yang akan di wisuda.
“Dia sempat masuk ke dalam Gedung Baruga. Mungkin dia mau cek kondisi di dalam gedung bagaimana. Jadi semua mahasiswa yang wisuda saat itu mendapatkan kursi dan nomor dada, namun anak ini keluar karena tidak punya nomor tadi,” jelasnya
Setelah berpura-pura jadi wisudawan, Awal ikut merayakan kelulusan yang dibuat-buatnya itu dengan mentraktir makan sahabatnya. “Dengar-dengar dia sempat ji katanya traktir teman-temannya di situ makan-makan,” katanya.
Menurut dosen FISIP Unhas ini, Awal tidak mengkomunikasikan kondisi perkuliahannya kepada orang tuanya, sehingga ia berani mencoba-coba mengikuti prosesi wisuda seakan-akan telah lulus kuliah. Sukri, begitu WD 1 FISIP akrab disapa, berharap agar ke depan para orang tua dapat ikut andil dalam memantau kuliah anak-anaknya di kampus.
“Nah ini juga yang perlu ditekankan kepada orang tua, tolong dipantau betul anak-anaknya karena kan orang tua tidak tahu apa-apa dan hanya mengiyakan permintaan anaknya tanpa mengonfirmasi kebenaran,” pungkasnya, Rabu (12/02).
M20