Keinginan untuk mempelajari dunia jurnalistik tidak pernah berada dalam daftar hal-hal yang mau saya lakukan. Saya selalu memandang para jurnalis sebagai seorang yang berwawasan luas, memiliki public speaking yang baik, sosok yang kritis, memiliki jiwa yang tangguh dan tidak takut.
Mereka salah satu definisi dari orang-orang berjiwa nasionalisme. Salah satu jurnalis yang sering saya saksikan program acaranya yaitu Najwa Shihab. Siapa yang tidak kenal dengan sosoknya? Seorang jurnalis dari kaum perempuan dengan cara berpikirnya yang luar biasa dan termasuk pribadi yang berani.
Kemudian di awal 2020, saya mendaftarkan diri pada salah satu lembaga pers di kampus yakni Penerbitan Kampus identitas Unhas. Itupun mendaftar hanya untuk mencari kesibukan lantaran perkuliahan waktu itu tidak terlalu sibuk dibanding pada semester 4 dan 5. Saya juga melihat beberapa teman telah mendaftar di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sejak masih semester 1. Pada semester 2 hanya PK identitas yang sedang membuka penerimaan anggota baru maka saya mendaftarkan diri dengan memilih spesifikasi fotografer.
Awalnya, saya mengira ketika mengambil spesifikasi fotografer hanya akan terus berfokus pada fotografi. Namun nyatanya saya juga diajarkan cara menulis sebuah berita ataupun rubrik lainnya. Melakukan wawancara dengan beberapa orang dari berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa, supir angkutan umum, satuan pengamanan dan dosen untuk kepentingan sebuah berita yang diliput.
Saya tidak pernah menyangka akan melakukan hal tersebut. Apalagi saya tipe orang yang cukup pemalu dalam memulai suatu obrolan. Terkadang juga merasa takut ketika melakukan wawancara bersama narasumber mengenai isu yang berkaitan dengan hukum atau politik. Bahkan perlu mencari tahu di berita-berita daring terlebih dahulu mengenai hal tersebut agar nantinya tidak terlihat bodoh dan bingung sendiri.
Menurut saya mengikuti kegiatan jurnalistik adalah suatu tantangan. Bagaimana kita dituntut untuk menelusuri dan menggali lebih dalam tentang isu, meskipun hal itu berada diluar dari bidang yang sedang saya pelajari secara teori di kelas. Dimana saya sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian harus mempelajari isu-isu politik ataupun yang berkaitan dengan hukum khususnya tentang Omnibus Law yang kerap kali menjadi polemik di kalangan mahasiswa dan masyarakat. Selain itu, penting juga diajarkan ke seorang wartawan harus tepat waktu ketika ada jadwal wawancara bersama narasumber.
Kemudian salah satu pengalaman yang membuat akhirnya merasa cukup berani dalam meliput demo pada 28 Oktober 2020, saat aksi peringatan Sumpah Pemuda yang digelar oleh mahasiswa Unhas di depan pintu satu Unhas. Pada saat itu, saya mendapat penugasan untuk turun meliput. Namun ternyata saya harus sendiri untuk meliput kegiatan aksi tersebut. Meskipun awalnya meragukan diri sendiri namun, dengan berani saya tetap pergi untuk meliput kegiatan aksi tersebut. Dengan harapan semoga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti terjadi ricuh. Bagi saya ini tantangan yang saya alami. Selalu siap untuk meliput suatu peristiwa meskipun harus sendiri.
Daripada itu, menjadikan kami yang terlibat dalam anggota pers kampus, lebih peka terhadap lingkungan sosial dan kritis terkait isu-isu yang muncul khususnya berkaitan dengan persoalan kampus sendiri. Dari tantangan menjadi fotografer, menggali isu, wawancara hingga menulis, kemudian dapat membuka pola pikir saya sebagai mahasiswa.
Di samping tetap menjalankan peran sebagai seorang pelajar, mahasiswa juga berperan sebagai agen perubahan. Salah satunya dengan mengkritik suatu kebijakan atau hal lain yang dapat meresahkan sebagian besar orang melalui tulisan.
Friskila Ningrum Yusuf
Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian
Angkatan 2019,
Sekaligus Koordinator Foto identitas Unhas.