Pendidikan Dasar Jurnalistik yang diselenggarakan Penerbitan Kampus (PK) identitas Universitas Hasanuddin (Unhas) menghadirkan Jurnalis Lepas, Irmawati Puan Mawar untuk mengulik cara-cara menulis feature. Kegiatan tersebut berlangsung di Lecture Theatre 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unhas, Sabtu (02/11).
Jurnalis yang sering disapa sebagai Imhe mengatakan, teknik bercerita menjadi hal yang sangat penting dalam penulisan feature. Hal yang menarik dari penulisan feature adalah tidak melupakan cerita-cerita kecil yang ilustratif terhadap pokok cerita. Menurutnya, wawancara salah satu aspek yang sangat penting dan wajib dalam penulisan feature.
“Di era sekarang ini, jurnalis sudah gampang untuk melakukan wawancara wawancara. Namun penggambaran objek akan berbeda jika tidak bertemu langsung,” tutur Imhe.
Ia menyebut tulisan feature berbeda dengan straight news yang memiliki pola piramida terbalik. Menurutnya, kalau membaca feature itu jernih dan jelas karena terdapat deskripsi, narasi dan kutipan sebagai unsur dalam penulisannya.
“Jadi feature harus dibaca sampai tuntas karena informasi pentingnya disebar di berbagai paragraf. Feature itu disebar sedikit-sedikit di samping adanya deskripsi cerita supaya enak dibaca,” jelasnya.
Imhe turut menerangkan jurnalisme sastra muncul pertama kali di Amerika Serikat pada 1960, namun beberapa tahun selanjutnya, di dunia media terjadi berbagai gejolak.
“Dari gejolak ini, kemudian muncul media sosial menjadi informasi utama yang mengenalkan bentuk narrative story, dan di Indonesia dikenal sebagai jurnalisme sastra,” terangnya.
Ismail Basri